SUN MATEK AJIKU SI JARAN GOYANG, TAK GOYANG ING TENGAH LATAR. UPET-UPETKU LAWE BENANG, PET SABETAKE GUNUNG GUGUR, PET SABETAKE LEMAH BANGKA, PET SABETAKE OMBAK GEDE SIREP, PET SABETAKE ATINE SI Wati BIN Sarno.... terdengar suara mantra dengan sangat sayup didalam sebuah rumah gubuk dikeheningan sebuah malam.
Adjie, seorang pemuda berusia 37 tahun yang terus melajang karena tidak menemukan satu wanita pun yang mau ia ajak menikah karena kemiskinannya merasa paling sial hidup di muka bumi.
Bahkan kerap kali ia mendapat bullyan dari teman sebaya bahkan para paruh baya karena ke jombloannya.
Dibalik itu semua, dalam diam ia menyimpan dendam pada setiap orang yang sudah merendahkannya dan akan membalaskannya pada suatu saat nanti.
Hingga suatu saat nasibnya berubah karena bertemu dengan seseorang yang memurunkan ajian Jaran Goyang dan membuat wanita mana saja yang ia kehendaki bertekuk lutut dan mengejarnya.
Bagaimana kelanjutan kisah Adjie yang berpetualang dengan banyak wanita...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lara
Seorang pria berusia 37 tahun dengan kulit coklat dan cenderung gelap sedang berjalan sembari memanggul sebuah cangkul dipundaknya menuju kebun.
Pria itu bernama Adjie. Diusianya yang sudah sangat matang, namun ia masih saja menjomblo. Bukannya ia ingin terus melajang, akan tetapi nasibnya yang belum saja beruntung untuk mendapatkan tambatan hati.
Sebenarnya ia tidak memilih, jika tidak mendapatkan seorang gadis, yang janda juga tak masalah baginya, yang penting jangan tua renta apalagi yang sudah stroke.
Ia memiliki paras yang manis, otot tubuhnya menyembul dan kulit jemari serta telapak tangannya sangat kasar, itu menandakan ia seorang pekerja keras.
Rambutnya ikal bergelombang, dengan hidung bangir serta bibir tebal dibagian bawahnya, tentu saja sebenarnya ia adalah pria yang
Hidupnya sebatang kara. Kedua orangtuanya telah lama meninggal dan ia hanya mendapatkan warisan sebuah rumah gubuk. Dalam kesehariannya, ia menjadi kuli serabutan dan akan senang hati jika ada warga yang meminta tolong jasanya dan itu membuat ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Beberapa hari ini, ia sedang menaruh hati pada seorang janda muda yang baru saja ditinggal minggat suaminya karena kecantol wanita lain dikota yang merupakan rekan kerja suami sang janda dipabrik tempat mereka bekerja.
Janda itu bernama Wati. Wajahnya lumayan cantik, dengan body menggoda, dan itu juga membuat orang-orang merasa bingung, mengapa suaminya meninggalkannya, sedangkan ia terbilang memiliki kecantikan yang standar.
Adjie tampak bersemangat untuk berangkat bekerja pagi ini. Sebab ia akan menggarap kebun milik pak Wahyu yang mana letaknya tepat dibelakang rumah Wati.
Kebun itu sangat luas, dan akan ditanami singkong yang mana Adjie dipercaya untuk mengerjakannya.
Ia tiba disana sangat pagi. Saat bersamaan, ia melihat sang janda yang menjadi incarannya sedang menyapu halaman rumahnya. Kulit kuning langsat dan betisnya bak padi bunting tua membuat Adjie harus menelan salivanya berulang kali.
Usianya yang sudah sangat dewasa, tentu mendambakan pasangan hidup untuk dapat melepaskan hasratnya yang selama ini selalu dituntaskan oleh sabun mandi.
Mentari yang bersinar membuatnya harus sadar ia harus mulai bekerja.
Ia mengayunkan cangkulnya untuk membuat gulutan singkong dan itu harus tepat waktu sesuai perjanjian. Baru beberapa cangkulan, ia mengjentikan pekerjaannya.
Fikirannya tak tenang saat melihat sang pujaan hati barusan. Otaknya terus berfikir bagaimana caranya ia mengungkapkan perasaannya pada wanita itu.
Hal yang paling membuatnya merasa ngenes, yaitu sesuatu yang ada dibalik celananya merangkak naik karena tak tahan membayangkan tentang Wati yang mana tadi hanya menggunakan rok panjang dibawah lutut saja.
Tak berselang lama. Sang janda keluar dari dapurnya. Ia sepertinya akan mencuci pakaian ke kali yang tak jauh dari rumah dan juga kebun milik pak Wahyu.
Sepertinya Adjie akan mengambil kesempatan ini untuk mengungkapkan isi hatinya pada wanita tersebut.
Melihat suasana yang sangat sepi, karena rumah Wati sedikit terlindung oleh lebun warga, membuat nyali Adjie sedikit bangkit untuk mendekati sang punaan hatinya.
Ia mengekori Wati dari arah belakang, dan hal itu disadari oleh sang wanita, sehingga membuatnya harus menghentikan langkah dan menoleh le arah Adjie yang hanya berjarak tiga meter saja dari tempatnya berdiri.
"Kenapa kamu ngikuti saya, Kang?!" tanya Wati dengan wajah ketus. Ia terlihat tak suka dengan sikap Adjie yang sangat menjengkelkan.
"Dik Wati mencuci-kah?" Adjie terlihat gugup karena wanita itu tiba-tiba saja menegurnya.
"Sudah tau pake nanya! Emang mau nyuciin baju saya!" Wati semakin kesal. Entah mengapa ia sungguh tak suka dengan Adji, meskipun pria itu sesungguhnya memiliki tubuh proposional dengan tinggi 178 cm dan BB 73 kg, ia dapat disebut pria macho.
Bahkan dibagian perutnya terlihat sixpack, namun aura yang dipancarkan oleh Adjie membuat para wanita tak menyukainya, apalagi tergoda.
Adjie semakin gugup dengan ucapan yang dilontarkan oleh sang janda, hal ini membuat kepercayaan dirinya menurun, akan tetapi ia tak memiliki waktu untuk menunda mengutarakan isi hatinya.
"Em, Dik Wati, akang mau melamar kamu, jika kamu bersedia, akang akan usahakan uang lamarannya," Adjie mencoba mengumpulkan keberaniannya, berharap sang pujaan hati menerima cintanya.
Wati mengangakan mulutnya. Ia meletakkan ember berisi pakaian diatas tanah dengan kasar, dan lebih tepatnya membanting, hingga terdengar suara keras saat benda plastik itu menyentuh tanah.
Sang wanita mengacakkan pinggang sembari menengadahkan wajahnya beserta tatapan tajam merendahkan lawan bicaranya. "A-apa? Tadi kang Adjie ngomong apa?" Wati menghadapkan telinganya kearah sang pria.
"Akang ingin melamarmu? Apakah kamu mau menjadi istri akang?" ungkapnya dengan begitu penuh harapan.
Wati terkekeh, dan ia memandang wajah pria tersebut dengan sangat lucu. "Eh, Kang! Kamu itu nyadar diri! Udah miskin mau dekati aku! Kamu bukan levelku!" wanita itu mencebikkan bibirnya. "Yang ada kamu itu cuma numpang hidup denganku nantinya, karena rumahku lebih bagus dari rumah kamu!" Wati kembali menimpali ucapannya.
Adjie menatap kosong pada sang wanita. Ia tak mengira jika sang janda akan sesadis itu. Ia sudah berapa kali mendapatkan penolakan dari beberapa gadis yang ia cintai, akan tetapi kali ini yang paling sadis, bahkan dari seorang janda.
"Akang hanya menyatakan cinta, mengapa kamu jawabannya seperti itu?" Adjie masih mencoba bersabar dan tak ingin terpancing emosinya.
"Cuuuih! Najis tau!" Wati meludah dan meraih ember berisi pakaiannya, lalu kembali ke rumah dan membatalkan niatnya yang hendak mencuci.
Adjie terhenyak dalam diam. Ia menatap punggung Wati yang berjalan menuju kerumahnya dengan langkah yang cukup cepat.
Hatinya benar-benar hancur. Ia hanya ingin menghalalkan wanita untuk menjadi pendamping hidupnya, tetapi mengapa penolakan itu terlalu kasar, tidak dapatkah Wati menolaknya dengan halus, atau setidaknya tanpa meludahinya.
"Bu, maafkan aku yang tak pernah bisa mewujudkan keinginanmu untuk mendapatkan menantu apalagi cucu," gumamnya dengan nada miris.
Ia menarik nafasnya dengan berat, lalu menghelanya kasar, dan tatapannya kembali pada rumah yang mana tempat Wati tinggal.
Dari kejauhan ia mendengar suara mesin motor pak Wahyu datang untuk meninjau pekerjaannya, dan hal itu menyadarkannya pada pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Ia mempercepat langkahnya dan pria pemilik kebun itu tak terlihat, dan hal itu membuat Adjie penasaran, sebab ia dengan jelas mendengar suara mesin motor pak Wahyu.
Adjie memilih untuk kembali kepekerjaannya dan ia ingin segera menyelesaikannya agar tak lagi bertemu dengan sang janda yang telah memberikan lula cukup dalam pada hatinya, bahkan itu adalah hinaan yang menyakitkan baginya.
"Aku akan membuatmu bertekuk lutut suatu saat nanti, hingga kau yang datang sendiri padaku untuk menghiba dan liur yang sudah kau ludahkan akan kau jilat kembali!" Adjie berguman dengan nada dendam dan kembali pada cangkulnya.
baru x ni si Adjie garap sawah tp mlh dia yg ambruk sndri 🤣🤣
slma ini kn si Adjie sllu diam dan Nerima JK sllu di bully ,,,
tp skrg pas punya ilmu , akhirnya di pakai tuk Balas Dendam
g aji pangestu ataupun aji masaid kan? 🤭🏃♂️
🎤🎤🎤🎤
kursi pelaminan biru
dimalam pengantin
jadi saksi menghias diruang tamu
tapi bencanaaaaaaaas.... 🎼🕺🕺🕺🕺
korban uji nyali dari muji🤭