Shiza, murid pindahan yang langsung mencuri perhatian warga sekolah baru. Selain cantik, ia juga cerdas. Karena itu Shiza menjadi objek taruhan beberapa cowok most wanted di sekolah. Selain ketampanan di atas rata-rata para cowok itu juga terlahir kaya. Identitas Shiza yang tidak mereka ketahui dengan benar menjadikan mereka menganggapnya remeh. Tapi bagaimana jika Shiza sengaja terlibat dalam permainan itu dan pada akhirnya memberikan efek sesal yang begitu hebat untuk salah satu cowok most wanted itu. Akankah mereka bertemu lagi setelah perpisahan SMA. Lalu bagaimana perjuangan di masa depan untuk mendapatkan Shiza kembali ?
“Sorry, aku nggak punya perasaan apapun sama kamu. Kita nggak cocok dari segi apapun.” Ryuga Kai Malverick.
“Bermain di atas permainan orang lain itu ternyata menyenangkan.” Shiza Hafla Elshanum
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn rira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan random
Ryuga masih belum melepaskan pandangannya dari meja Shiza. Kenapa mantan kekasihnya itu semakin cantik ? Sesal mulai menggerogoti hati apa lagi Shiza bersikap acuh seakan mereka baru saja kenal. Tidak membekas kah, kenangan mereka beberapa waktu lalu ? Bagaimana caranya menaklukan seorang Shiza Hafla Elshanum ? Haruskan Ryuga bersikap tidak tahu malu ? Tiba-tiba berkedip lampu pijar di benaknya sebuah ide muncul untuk memulai semua ini. Senyum aneh terbit di bibir Ryuga.
"Semuanya." Ryuga berdiri menepuk tangan tiga kali. Benar saja seluruh atensi tertuju padanya termasuk teman-temannya di meja yang sama. "Kalian bebas ambil apa saja makanan hari ini aku yang bayar semuanya."
Yeeeaahhh
Thanks Ryu...
Makin cinta deh
Wah atm berjalan ku ini
Sering-sering ya Ryu...
Angkat aku jadi beban hidup kamu dong Ryu
Aku doain deh kamu balik sama Shiza...
Celetukan terakhir membuat hidung Ryuga kembang kempis salah tingkah belum lagi kedua pipinya memanas menjalar sampai ke daun telinga. Sekuat tenaga ia tidak tersenyum agar selalu cool di depan sang mantan. Berkaca dari pria dewasa semalam haruskah ia berubah seperti itu agar di notice Shiza. Membayangkan nya saja Ryuga merasa senang.
"Mental aman, 'kan?" Chio tidak bisa kalau melewatkan komentarnya atas tingkah sahabatnya. Sedotan es masih menempel di kedua bibir membuat suara Chio terdengar lucu.
"Sebentar lagi gila kalau Shiza nggak notice aku disini. Lihat dia mendengar tanpa melihat emangnya aku makhluk kasat mata."
"Alien sih lebih tepatnya." Chio terkekeh sendiri dengan ucapannya.
"Jangan bertindak berlebihan karena itu bisa saja buat Shiza nggak nyaman." Saran Deriel bijak.
"Ah, Dariel kamu yang terbaik." Ryuga merentangkan tangan bersiap memeluk.
"Thanks traktirannya."
"Ah i—iya sama-sama." Ryuga kelabakan karena tiba-tiba Shiza bersuara sambil melewati meja nya. "Shiza." Panggilnya lagi setelah gadis itu cukup jauh. "Ini hati aku buat kamu." Sepasang finger heart dilayangkan Ryuga.
"Aku nggak suka hati."
Rahang Ryuga nyaris jatuh mendapatkan balasan datar dari Shiza. Apa gadis itu hanya memiliki jantung seperti batang pisang. Ia menurunkan bobot tubuh perlahan di kursi dengan raut wajah terluka. "Riel, hati mungil aku remuk. Lukanya nggak berdarah tapi sakit." Ucapnya dramatis.
"Kalau mau kaya gitu bilang dong." Chio berkata ketus. "Biar aku sembunyi, ah kemana taruh muka aku ketemu Shiza nanti punya teman sedeng kaya kamu."
"Di depan lah ! Kalau di belakang kamu nggak bisa jalan dong."
"Ryu..." Panggil Fira lembut. "Kenapa mempermalukan diri kamu sendiri ? Shiza udah gak perduli sama kamu."
"Fira bener Ryu, Cewek itu nggak cocok sama kamu. Shiza itu sasimo." Tambah Adel lagi. Rupanya Fira sudah bercerita apa yang dilihatnya tadi malam.
"Fira, aku nggak mempermalukan diri sendiri kok, itu adalah salah satu usaha buat deket Shiza lagi. Aku kehilangan dia satu kali karena kesalahanku yang bermain-main." Ryuga berkata jujur. "Apapun akan aku lakuin biar bisa sama Shiza lagi."
Fira menelan saliva nya itu artinya Ryuga serius dan tentang keberadaannya hanya di anggap adik ketemu besar. Benar ada nya. Dalam gumpalan daging lunak di tubuhnya rasa diremas sakit sampai nafas menyesak.
Jika Fira nyaris tidak bisa menguasai diri setelah mendengar kalimat itu. Maka Adel duduk kaku sambil mengepal tangan erat di bawah meja. Kenapa harus Shiza dan Shiza lagi. Tidak bisakah Ryuga melihatnya sebentar saja? Hatinya sakit mendengar semua kata-kata Ryuga. Tapi Adel tidak patah semangat selagi Ryuga belum mendapatkan Shiza maka kesempatan untuk memiliki Ryuga masih terbuka lebar.
🌷🌷🌷🌷🌷
"Kenapa mantan pacar kamu itu menjadi nggak waras ya ?" Violet merasa ngeri melihat tingkah Ryuga.
"Dia kembali ke setelan awal." Sahut Shiza terkekeh.
"Kamu ada niatan kembali sama Ryu?" Candra duduk di tepi meja menatap lekat.
"Nggak tahu sampai sejauh ini, aku nggak punya perasaan apa-apa sama dia." Shiza menjawab tenang tanpa ragu.
"Za, seandainya di antara Dimas dan Cakra ada yang suka sama kamu terus confess gimana?" Aysela tiba-tiba bertanya hal itu.
Shiza menyandarkan tubuh di kursi. "Kalau misalkan aku memiliki perasaan sama why not. Tapi kalau aku nggak punya perasaan maka lebih baik jangan deh sebab untuk masalah hati sangat sensitif jadi sebisa mungkin meminimalisir hal itu biar kita selalu berteman." Ujarnya panjang lebar. "Kalau di balik posisinya, aku menyukai Candra atau Dimas terus mereka nggak punya feel sama aku maka pilihannya adalah aku bakalan hapus perasaan biar bisa selalu dekat sama mereka sebagai teman."
"Aku setuju, kalau putus dari pacar maka jarang ada kata untuk berteman. Tapi kalau putus sama teman kemungkinan untuk kembali berteman itu ada." Ungkap Violet. "Aku lebih memilih menghilangkan perasaan ketimbang kehilangan teman. Kecuali perasaan itu bisa bersambut dengan baik nggak menutupi kemungkinan dari teman jadi pacar."
"Lampu hijau nih, tunggu confess dari aku." Celetuk Dimas tersenyum nakal. "Aku pastikan kamu nggak kehilangan teman atau kekasih sebab dua sosok itu ada di diri aku semua." Ujarnya penuh percaya diri.
"Apaan sih?!" Violet berkata ketus
"Kalau kamu Candra?" Tanya Aysela.
"Jawabannya sama kaya Shiza, kalau orang yang aku suka itu memiliki perasaan sama biar teman sekali pun akan aku perjuangkan tapi kalau perasaan itu nggak terbalas maka lebih baik menghilangkannya. Supaya hubungan pertemanan tetap ada." Candra tersenyum tipis. "Lagian ya kenapa sih membahas ini ? Kepengen cepat dewasa ? Jadi dewasa itu nggak enak, banyak loh orang nyesal. Jadi dewasa lah sesuai usia tapi tidak menampik banyak juga orang di dewasa kan keadaan."
Percakapan random itu berakhir setelah bel masuk berbunyi. Ya, itu lah remaja banyak keinginan dan rencana memiliki pemikiran singkat tanpa memilah. Kerena itu kesalahan banyak terjadi di usia remaja. Pemikiran labil dan juga ke ingin tahuan yang kuat kadang tidak terkendali dengan baik.
🌷🌷🌷🌷🌷
Ryuga melangkah pelan memasuki rumah besar dan mewahnya. Tas ransel tergantung di bahu sebelah kiri dan lengan kanan menenteng helm kesayangan. Sekian purnama akhirnya ia pulang juga ke rumah besar itu.
"Nak Ryu selama datang." Seorang asisten rumah tangga berusia sekitar empat puluh lima tahun datang menyambut. "Bapak dan Ibu tiba nanti malam. Nak Ryu makan dulu nanti ikut ke bandara jemput mereka."
"Aku nggak ikut Bi." Ryuga menaiki anak tangga menuju kamarnya. "Aku takut mereka nggak datang kecewaku semakin besar nanti." Gumamnya lagi.
Bi Nana hanya menghela nafas panjang sudah sejak kelas enam SD. Ryuga sering di tinggal orang tuanya bekerja, banyak waktu yang tidak mereka lewati bersama. Hal itu membuat Ryuga takut berharap. Semakin lelah tubuhnya maka mata pemuda itu cepat terpejam.
Waktu tanpa terasa menjejal diri, Ryuga belum juga bangun. Seragam yang ia kenakan masih melekat di tubuh. Bahkan ia melewati makan malamnya. Beberapa kali di bangunkan oleh Bi Nana tapi Ryuga enggan membuka kelopak matanya.
Tepat jam sebelas malam Ryuga terbangun. Ia mengumpulkan nyawa sebelum ke kamar mandi. Setelah merasa bangun sempurna Ryuga gegas membersihkan diri. Selesai ritual di dalam kamar kini Ryuga bersiap turun karena merasa lapar. Ia menyesal ketiduran dari sore karena Ryuga akan bangun sampai pagi sebab ia sudah tidur.
"Ryu, mama kangen Nak." Mama Deanda memeluk erat putra semata wayangnya. "Kamu sehat, 'kan?"
"Sehat."
"Sudah makan?" Papa Kai juga mendaratkan pelukan. Anak laki-lakinya sudah setinggi ini.
"Ini mau makan, aku lapar."
🌷🌷🌷🌷🌷
Meski singkat karena sudah larut malam tapi Ryuga senang berkumpul bersama orang tuanya. Langkahnya lebar sambil tersenyum. Ia sampai lupa menjemput Fira karena saking senangnya, tujuan utamanya adalah kelas Shiza. Kemarin saat mamanya menanyakan oleh-oleh Ryuga langsung memesan sesuatu untuk Shiza.
"Shiza dimana?"