“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Araska
Sementara itu, Cessie dan kedua orang tuanya tiba di salah satu kantor polisi terdekat. Sebelum masuk, pria paruh baya itu menatap istri dan putrinya.
“Alaska belum hilang 24 jam, pasti polisi tidak akan menggubris laporan kita”
“Pi, lebih baik kita laporkan saja kehilangan cucu kita daripada kita diam. Bagaimana jika Aska menghubungi salah satu dari kita, apa yang harus kita katakan,“
Cessie mengangguk, “ Benar kata mami pi, kita laporkan saja. Cessie ingat ciri-ciri wanita yang membawa Laska pergi ! “ ceplos Cessie membuat papi Varen menatapnya curiga.
“Seorang wanita ? Sejak kapan Laska mau ikut orang lain ? “ tanya Papi Varen heran.
“Maksud Cessie, —”
Tok ! Tok ! Tok !
Ketiganya terkejut saat kaca jendela mobil diketuk oleh seorang pria berseragam lengkap. Cessie dan kedua orang tuanya kompak mengusap dada hingga akhirnya Papi Varen menurunkan kaca jendela mobilnya.
“Permisi, selamat siang. Bisa parkir di sana, karena mobil di belakang kalian ingin masuk ! “
Papi Varen menoleh ke arah kaca spion. Dia baru menyadari jika mereka belum sampai di halaman parkiran. Papi Varen meminta maaf, kemudian menjalankan mobilnya menuju parkiran yang kosong.
“Sudah, ayo masuk ! “ ajak Mami Tea.
Tiba-tiba ponsel Papi Varen berdering, setelah melihat siapa yang menghubunginya membuat Papi Varen menoleh ke arah istri dan putrinya.
Seolah mengerti apa yang ditanya putrinya, Papi Varen menyerahkan ponselnya kepada sang putri.
“Papi, ini kak Aska video call. Bagaimana ini !! “ ucapnya panik.
Mendengar itu, Mami Tea juga panik. Dia menggelengkan kepalanya saat putrinya menyerahkan ponsel itu kepada dirinya.
“Jangan mami, mami takut” ucapnya panik.
“Gimana dong, pi ? “
Sedangkan di seberang sana, seorang pria tengah menahan amarahnya. Sudah belasan kali dia menghubungi mertuanya namun sama sekali tidak diangkat membuat Araska meminta asistennya untuk membeli tiket malam itu juga.
“As, kamu beneran mau pulang malam ini ? “ tanya Papa Regan kepada putranya seraya menepuk pelan bahu Araska.
Araska mengangguk. Papa Regan menghela nafasnya kasar. Jika sudah menyangkut cucu semata wayangnya, Papa Regan juga ingin pulang namun kondisi istrinya belum pulih membuatnya harus menunggu lebih lama lagi.
“Papa pulang tunggu keadaan mamamu pulih. Jika butuh bantuan hubungi papa, papa akan mengirimkan bantuan untukmu, “
“Baik pa, kalau begitu As siap-siap dulu dan langsung ke bandara ! “ kata Araska.
Setelah beberapa saat menerima email dari asistennya. Araska langsung pergi ke bandara. Dengan wajah datar dan dingin, Araska melangkahkan kakinya masuk ke dalam bandara.
Di kediaman Maverley, Acio tengah dibuat pusing dengan kelakuan dua bocah laki-laki yang kini bermain di kamarnya. Acio yang baru pulang bekerja bukannya hilang lelahnya malah dibuat semakin lelah dengan keberadaan dua bocil dikamarnya.
Saat ini, Arasyi tengah mengotak atik remote AC di kamar abangnya. Dia begitu senang dengan bermain temperature AC. Hal itu membuat Acio selalu menegur adiknya.
“Rasyiiii, bisa tidak remote AC abang jangan diutak-atik ? “
“Nda bica, “ jawab Arasyi cepat.
“Rasyi, mandi dulu nak ! “ seru Audrey memanggil putra bungsunya.
“Hiii balu jam belapa ini loh, mommy ! “ rengek Arasyi saat melihat Audrey sudah berkacak pinggang di depan pintu.
“Mandi ! Alaska, kamu juga mandi. Nanti pakai pakaian Arasyi, “ ucap Audrey lembut.
“Kololna ? “ tanya Alaska membuat Arasyi menganga.
“Kau di ajak ku bicala nda mau, di ajak mommy bicala kelual cuala buayamu itu, Alas kaki ! “
Alaska menatap kesal Arasyi. Dia berdiri seraya menatap Arasyi dengan tatapan datar. “ Laska nda nyinyil kayak citu, mending Laska mandi. Pakai kolol ini aja nda papa. Dalipada kolol citu bau pecing ! “
Arasyi membesarkan kedua matanya, “ APA KAU BILANG ! BAU PECING ?? HEEEE ALAS KAKI ! LACI K3NCING BELDILI BUKAN JONGKOK ! NDA PELNAH KENA KOLOL YAA !! “ pekik Arasyi membuat Alaska kocar-kacir menghampiri Audrey.
“Cembalangan kali, alas kaki ni. Kakak Ana nemu dimana alas kaki ? Mulutnya celam kali kalau udah belsuala, “
Mendengar ucapan adiknya, Acio hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Bakal ada yang kalah suara ini, hmmm” ejek Acio sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membuang air s3ninya.
*
*
*
*
*
*
Makan malam pun dimulai, terlihat jika Alaska selalu menempel di dekat Alana hal itu membuat Arasyi kesal. Tapi karena takut dengan tatapan kakak pertamanya membuat Arasyi menghabiskan makanannya.
“Laska nanti tidurnya sama Rasyi ya, “ ucap Audrey lembut.
Arasyi yang mendengar itu akan protes namun suara Azalea membuat nyali Arasyi menciut.
“Apalah kakak, celam kali dia belcuala.. “
“Protesss terusss, habiskan makananmu ! “ tegur Azalea.
“Lea, “
Chandra menatap putri sulungnya, dia harap Azalea tidak keras dengan adiknya. Apalagi melihat ketakutan Arasyi membuat Chandra harus berbicara dengan putri sulungnya itu.
“Lea selesai, Lea ke kamar ! “ seru Azalea tak lupa dia mencucikan piring kotor bekas dirinya.
Azalea tiba di kamarnya, dia langsung menuju meja belajarnya. Disana setumpuk kertas yang harus dia selesaikan, apalagi Arka membawakannya setumpuk pekerjaan yang tak bisa dia kerjakan di kantor karena dia menyamar sebagai karyawan biasa di perusahaan daddynya.
“Sebanyak ini, dalam semalam ? Ya ampun ! “
Azalea memijat pelipisnya yang terasa pusing. Inilah yang membuatnya enggan menjadi CEO semuanya harus dia lakukan sendiri.
Satu jam kemudian, seorang anak laki-laki datang ke kamar Azalea tanpa mengetuk pintu.
“Kakak kelja ? “
Azalea menoleh, dia mendapati adiknya memeluk sebotol air menghampiri dirinya.
“Kenapa kamu belum tidur ? “ tanya Azalea sembari melihat jam di dinding yang menunjukan pukul setengah sembilan malam.
“Laci mau kaci ini ke kakak, “
“Tumben baik, ada maunya ya ? “ ujar Azalea yang tahu bahwa ada udang dibalik batu dengan kedatangan adiknya yang membawa sebotol air.
Mendengar ucapan kakaknya Arasyi langsung mendatarkan ekspresi wajahnya.
“Baik calah, nda baik calah. Eh, tapi Laci baik kok cama kakak. Kakak nya aja yang nyebelin. Malah-malahin, Laci telus”
Azalea tersenyum tipis, dia membuka laci belajarnya dan memberikan selembar uang berwarna merah kepada adiknya. Arasyi tentu saja senang bukan main, tidak sia-sia kebaikannya malam ini. Namun, saat mendengar kalimat terakhir kakaknya senyum Arasyi luntur seketika.
“Ini, buat jajan satu bulan ! “
“Catu bulan celatus libu ? Yang benel aja kakakkkkkkk !! “ rengek Arasyi kesal.
“Mau atau kakak ambil lagi ? “
“Mau lah, nda papa. Asal ada lembalna dalipada nda ada cama cekali “
“Sana, pergi tidur ! “
Arasyi mengangguk dan berlari keluar kamar Azalea. Melihat tingkah adiknya Azalea hanya menggelengkan kepalanya.
“Punya adik rata-rata mata duitan, “
“Kakkkkkkk jajan Vara mana ?? “
“Kannnnn mulai lagi, “ gerutu Azalea saat melihat adiknya Avara menyembulkan kepalanya di balik pintu.
*
*
*
*
Keesokan harinya seorang pria tampan, tiba di Kota J sementara asistennya sudah menunggu dirinya di arah kedatangan. Araska pria tampan itu memilih untuk berbaur dengan penumpang lainnya sehingga tak ada yang menyadari bahwa dirinya adalah CEO RA Group.
“Tuan, “
“Hm, langsung ke rumah mertuaku ! “
“Baik ! “
Mobil melaju meninggalkan parkiran bandara menuju rumah mertua Araska. Selama perjalanan tidak ada obrolan antara Araska dan asistennya. Sesekali Araska memeriksa ponselnya, dia menatap foto mendiang istrinya yang sudah berpulang empat tahun yang lalu.
Walaupun Araska tak memiliki rasa dengan mendiang istrinya namun dia tak akan melupakan bagaimana perjuangan mendiang istrinya melahirkan putra semata wayangnya.
Tak lama mereka tiba di sebuah rumah yang cukup mewah. Araska segera turun dari mobil, dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putranya yang sudah sebulan lamanya tidak berjumpa.
Namun, saat Araska hendak masuk dia mendengar suara mertuanya yang tengah bertengkar.
“Bagaimana ini, Alaska dari kemarin belum juga kita temukan. Bagaimana jika Araska kembali menghubungi kita ? “ seru Papi Varen dengan suara cukup keras.
“Dan kamu Cessie ! Papi sudah bilang jaga Alaska dengan benar ! Jangan sampai—, “
“Jangan sampai apa ? “
Suara berat menggelegar mengejutkan keluarga kecil itu. Cessie dan kedua orang tuanya terkejut saat melihat Araska berdiri tak jauh dari mereka dengan tatapan mem4tikan membuat ketiganya ketakutan.
“Nak A–-ska, –”
“Katakan padaku, dimana putraku !! “ seru Araska tajam.
“Alas, Alas —”