Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.
Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengajak bertemu ayah
Dengan berbekal keyakinan yang mungkin tak mencapai satu persen, papa Raka menemui Abimana. Bagaimana pun semua yang terjadi berawal dari putrinya hingga Livia ikut terseret di dalamnya. Anggaplah semua yang dilakukan papa Raka saat ini adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai ayah Zena, walaupun ia tak yakin bisa membantu Livia pada akhirnya.
"Maaf jika kedatangan saya menggangu waktu anda." kalimat pertama yang diucapkan papa Raka setelah Abimana mempersilahkan masuk ke ruangannya. jujur saja, setelah apa yang dilakukan putrinya, papa Raka merasa pertemuannya dengan pemuda itu sedikit canggung. Untungnya, Abimana masih bersikap sopan padanya.
Abimana hanya menanggapinya dengan anggukan serta senyuman, kemudian mempersilahkan papa Raka yang merupakan sahabat sekaligus pemilik salah satu perusahaan yang saat ini terikat kerja sama dengan Sanjaya group, untuk duduk.
Abimana beranjak dari kursinya, menuju sofa bergabung bersama papa Raka. kini kedua pria berbeda generasi tersebut duduk saling berhadapan.
"Sebelumnya saya ingin meminta maaf atas tindakan putri saya." meskipun usia Abimana bahkan jauh lebih muda dari putri sulungnya, sebagai ayahnya Zena, papa Raka merasa perlu minta maaf pada pria itu atas perbuatan putrinya.
"Tidak perlu minta maaf, anda tidak melakukan kesalahan apapun, tuan. lagi pula tidak ada gunanya membahas sesuatu yang sudah berlalu." jawaban Abimana semakin membuat papa Raka tak enak hati, apalagi ucapan pemuda itu di sertai senyuman tulus. terlihat jelas jika Abimana masih sangat mengedepankan adab ketika berkomunikasi dengannya.
Cukup lama suasana hening, sepertinya kedua pria itu sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Apa saya boleh menanyakan sesuatu pada anda???."
pertanyaan papa Raka sekaligus memecah keheningan.
Abimana tak langsung merespon, hingga beberapa saat kemudian pria itu nampak mengangguk tanda memperbolehkan.
"Apa anda akan menikahi gadis itu??? Em... maksud saya, gadis yang anda temui malam itu."
Sekali lagi Abimana mengangguk "Benar, tuan".
Terdengar suara Hela napas papa Raka.
"Maaf jika pertanyaan saya selanjutnya agak sedikit lancang menurut anda. Apakah anda mencintai gadis itu????." bertanya demikian bukan karena menyayangkan Zena tak jadi menikah dengan Abimana, namun dalam situasi dan kondisi saat ini Papa Raka justru mengkhawatirkan nasib Livia. Khawatir jika gadis itu hanya akan menjadi seseorang yang harus dikorbankan demi mewujudkan keinginan seorang Abimana.
Suasana berubah seketika, aura yang terpancar dari wajah tampan Abimana pun berubah seketika . raut wajah tampan pemuda itu berubah datar.
"Rasanya saya tidak berkewajiban untuk menjawabnya, tuan."
Jika jawaban Abimana sudah seperti ini, papa Raka yakin pemuda itu sudah kekeh dengan keputusannya. Sekalipun memohon, Abimana akan tetap pada pendiriannya. Daripada harus terus merendahkan harga dirinya untuk sesuatu yang mustahil, papa Raka memutuskan untuk menyudahi pembahasan mereka sore ini.
"Baiklah, hanya itu yang ingin saya bicarakan dengan anda. Terima kasih atas waktunya." papa Raka berdiri dari tempatnya duduk. Menjabat tangan Abimana sebelum sesaat kemudian pamit undur diri.
"Sepertinya banyak juga yang peduli pada gadis itu." bergumam lirih setelah kepergian papa Raka.
Di lobby gedung, Papa Raka tak sengaja berpapasan dengan Livia yang berjalan beberapa langkah di belakang asisten Purba.
"Livia...."
Livia yang berjalan sambil meremat tas selempangnya sontak saja mengangkat pandangan.
"Uncle..."
"Bagaimana kabarmu, nak???."
"Livia baik-baik saja, uncle." mengulas senyum, seakan ingin menunjukkan bahwa dirinya sedang baik-baik saja.
Sebagai seorang ayah yang juga memiliki seorang putri, tentu saja papa Raka merasa iba pada Livia. Papa Raka mengulurkan tangannya, menepuk pelan puncak kepala Livia."Atas nama Zena, uncle minta maaf. Jaga diri baik-baik, Livia!!!."
Livia hanya bisa mengangguk pelan. meskipun sekuat tenaga ia menyembunyikan kesedihannya, papa Raka tak bisa tertipu dengan senyum gadis itu. semakin tak tega, papa Raka pun memilih melanjutkan langkahnya.
Perlakuan papa Raka tanpa sadar membuat kedua bola mata Livia berkaca. Menatap punggung papa Raka yang kini telah berlalu.
"Mari, Nona!!!." suara asisten Purba mengembalikan kesadaran Livia.
"Em- iya, tuan." Dengan cepat menyusul langkah asisten Purba menuju ke arah lift.
Setibanya di lantai tertinggi gedung perusahaan, jantung Livia berdebar tak karuan, tubuhnya pun sudah kembali menegang.
Menghela napas dalam-dalam sebelum menyusul langkah asisten Purba yang baru saja masuk ke dalam ruangan Abimana.
Tatapan menusuk Abimana menyambut kedatangan Livia. "Ternyata mau bertemu denganmu, sama seperti mau menemui men-teri ya.... merepotkan....." ketus.
Menundukkan kepala. "Maaf sudah membuat anda menunggu lama, tuan." Livia mengambil jalan ninja, dengan meminta maaf. Menurutnya akan lebih baik minta maaf daripada harus memperpanjang urusan dengan pria tak berperasaan seperti Abimana.
"Sampai kapan kau akan berdiri di situ????." masih dengan nada ketus.
"Silahkan duduk, Nona!!." asisten Purba menarik kursi di depan meja kerja Abimana, kemudian mempersilahkan Livia menempatinya.
"Terima kasih.".
Sudah cukup lama Livia duduk di depan mejanya, namun Abimana tak lagi bersuara, Pria itu nampak sibuk sendiri dengan berkas dihadapannya.
cih ....apa anda memanggil saya ke sini hanya untuk menonton anda bekerja. Saya juga capek, seharian bekerja....Livia.
Livia hanya bisa menggerutu dalam hati, tanpa berani melayangkan protes.
"Malam ini saya akan mengajakmu bertemu dengan ayahku."
Setelah hampir berakar Livia ditempat duduknya, baru Abimana terdengar bersuara.
"Hah????." Livia melongo seperti orang bodoh.
Menyadari ekspresi tak bersahabat di wajah Abimana, dengan cepat Livia berkata. "Baik, tuan."
*
Malam harinya.
Asisten Purba menjemput Livia di rumah orang tuanya.
Di sepanjang perjalanan, Livia sudah membayangkan bagaimana anggota keluarga Abimana akan memperlakukan dirinya, mengingat posisinya dan Abimana tak ubahnya seperti pangeran dan Upik babu. Apakah keluarga Abimana bisa menerima dirinya sebagai istrinya nanti???? Pertanyaan itu berhasil mengusik pikiran Livia.
Tak lama kemudian, gadis itu terlihat menggelengkan kepalanya, seakan mengusir semua yang terlintas di pikirannya.
aku mikirin apa sih.... bukannya bagus kalau orang tuanya tuan Abimana tidak menerimaku, dengan begitu kami tidak perlu menikah." Livia.
Secercah harapan, mampu mengundang senyum di bibir Livia. Tanpa di sadari olehnya, ternyata asisten Purba menyaksikan gerak-geriknya melalui kaca spion di depan pria itu.
Beberapa saat kemudian, mobil yang dikendarai asisten Purba telah tiba di depan sebuah rumah mewah yang Livia sendiri tidak habis-habisnya menatap kagum ke arah bangunan tersebut.
ini rumah apa istana....????. Livia.
Livia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Livia tidak menyangka ada bangunan semewah itu di kota ini, berdiri di lahan seluas hampir satu hektar dengan kolam berenang serta taman yang indah di pekarangan nya.
Menyadari seberapa kaya pria yang akan menikahi itu, justru membuat Livia bergidik ngeri. seperti apa dirinya akan diperlakukan nanti??? apakah dirinya hanya dianggap sebagai boneka hidup oleh Abimana, atau bahkan tidak dianggap sama sekali keberadaannya oleh pria itu???.
mulut mu itu pernah ngomong apa ke Livia,coba ingat2 dulu...
😒😒😒😒
blom lagi liat mertua Livia...
istri ngambek itu bahaya lho...
ntar kamu gak dapat jatah ronda lagi 😂😂😂😂
kamu harus tegas,jangan mau di stir Abi...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻