Anelis Siera Atmaja, wanita cantik berumur 23 tahun yang setiap harinya harus membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan sepasang anak kembarnya, Arsha Abelano Aillard dan Arshi Ariella Agatha.
Anelis selalu menikmati setiap momen berharga dengan kedua buah hatinya. Baginya, Arsha dan Arshi adalah kebahagian terbesar dalam hidupnya, anugrah yang dikirimkan Tuhan di tengah rasa putus asanya.
Namun di hari itu, penederitaan seolah kembali menyergapnya, saat kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan, kini menghampirinya dengan tiba-tiba.
"Putra anda menderita penyakit Juvenile Myelomonocytic atau kanker darah. Kita memerlukan tindakan transplantasi sumsum tulang belakang segera"
Seketika itu air matanya langsung luruh, apakah Tuhan sekejam ini hingga tega memberikannya cobaan seberat ini.
Haruskah ia mencari keberadaan ayah mereka, laki-laki yang tanpa hati telah menghancurkan kehidupan sederhananya, demi keselamatan buah hatinya.
Salam sayang dari Reinata Ramadani
Ig : Chi Chi Rein
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong Selamatkan Putra Anda
°°°~Happy Reading~°°°
Sebuah mobil hitam berangsur memasuki kediaman mewah itu, gerbang yang awalnya tertutup rapat, kini mulai membelah menyambut kedatangan sang tuan rumah.
Anelis yang baru beberapa langkah menepi dari depan gerbang itu hanya menatap kosong pada mobil yang kian menghilang dari pandangannya.
Namun di detik berikutnya, ia mulai tersadar, bukankah ia harus memasuki bangunan megah itu jika ingin bertemu dengan ayah dari anak-anaknya?
Iya... benar, ia harus bisa memasuki bangunan itu, dengan atau tanpa seizin dari pemiliknya. Di terima atau tidak, itu urusan nanti. Yang terpenting, ia harus bisa memasuki bangunan megah itu lebih dulu.
Anelis segera melangkahkan kakinya mendekati gerbang, berusaha menggapai gerbang yang mulai menutup secara otomatis itu dengan langkah cepat.
Gerbang itu kian menyempit, memaksa Anelis menambah kecepatan jika saja ingin lolos dari himpitan benda besi itu.
Selangkah lagi, ia berusaha menyelipkan tubuh mungilnya di antara sela gerbang yang sudah tak lebar lagi, hingga akhirnya... Berhasil. Tubuh mungilnya berhasil lolos dari himpitan gerbang besi itu tepat sebelum gerbang itu benar-benar tertutup sempurna.
Huhhhh... Huuuhhh...
Nafasnya terengah-engah, hatinya berdebar setelah harus berperang dengan himpitan gerbang yang siap melindasnya.
Ia mengistirahatkan tubuhnya sejenak, bersandar pada dinding gerbang yang tadi jadi musuh bebuyutan nya.
Baru saja nafasnya mulai teratur, kini nyawanya kembali terancam, ketiga scurity itu mulai mendekati tubuhnya, siap menangkapnya lalu mengusirnya ke jalanan.
Tidak... ia tidak boleh tertangkap, ia harus bertemu dengan sang pemilik kediaman dan menyampaikan maksud kedatangannya.
Tekatnya kian membara, membuat Anelis mau tak mau harus kembali melangkahkan kakinya, mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari secepat mungkin menjauh dari kejaran.
Namun dewi keberuntungan seolah tak berpihak padanya, halaman rumah itu terlalu luas untuknya bermain kejar-kejaran, bahkan rumahnya saja bisa di bangun beberapa disana.
Nafasnya mulai kembang kempis, langkah kakinya pun mulai melambat, namun sang serigala lapar masih saja mengejarnya tanpa henti, membuatnya begitu frustasi dan ingin menyerah saja kalau bisa.
Sebulir dua bulir air matanya jatuh merembes di tengah rasa lelahnya berlari, wajah Arsha terus bermunculan dalam isi kepalanya, ada rasa ingin menyerah namun tak bisa. Nyawa putranya lebih berharga dari rasa letihnya, di hempaskannya air mata itu di tengah pelariannya.
Akhirnya Anelis bisa bernafas lega, beberapa langkah lagi ia akan mencapai pintu utama bangunan mewah itu, membuat langkahnya semakin cepat di tengah sisa tenaganya yang kian menipis.
Brak...
Anelis membuka pintu utama bangunan mewah itu tanpa permisi, menciptakan bunyi cukup nyaring di tengah keheningan yang selalu menyelimuti kediaman itu.
Beberapa pekerja pun seketika tertegun, sontak menoleh menatap Anelis dengan tatapan menyelidik, tak terkecuali sang pemilik kediaman, Marvell.
" Tung...guh... Tunggu... Sebentar... Huh... huh... " Sahut Anelis di tengah nafasnya yang tak beraturan, ia memegangi dadanya yang kembang kempis. Sedang tangannya yang lain mencengkram gagang pintu untuk menopang tubuhnya yang mulai limbung.
Grep...
Belum juga menyampaikan maksud kedatangannya, tiba-tiba saja kedua tangannya sudah di cekal oleh seseorang dari balik tubuhnya, siapa lagi pelakunya kalau bukan scurity yang sejak tadi mengubernya tanpa henti.
" Aaah... Tolong lepaskan!!! " Anelis memberontak berusaha melepaskan diri, namun usahanya itu hanya sia-sia dengan sisa tenaga yang tak seberapa.
" Diamlah nona... Jika kau ingin hidup, diam dan menurutlah... " Bisik salah satu scurity yang masih setia mencengkeram lengan tangannya.
" Maaf atas ketelodaran kami tuan, kami akan segera membawa nona ini keluar sekarang juga... " Sahut kepala scurity setelah membungkukkan badannya hormat pada sang tuan rumah.
" Sekali lagi kau melakukan kesalahan, aku tidak akan memaafkan mu. Cepat usir wanita itu... " Sahut Marvell dengan sorot mata tajamnya, aura dingin seketika mengambil alih suasana yang sebelumnya hening tanpa suara.
Dengan hati yang jengkel, Marvell kembali melanjutkan langkahnya, namun baru saja beberapa langkah, tangannya kini di cekal oleh seseorang dari balik tubuhnya.
" Tolong... Tolong dengarkan perkataan saya sebentar saja...hiks...hiks... "
Marvell menatap tak suka wanita yang dengan lancangnya telah menyentuh tubuhnya, dialah wanita yang tadi sudah diusirnya. Bukankah tadi wanita itu di cengkram kuat oleh scurity-scurity nya, tapi bagaimana bisa wanita itu lolos begitu saja dari kedua laki-laki kekar yang tadi mengungkung nya?
Di hempaskannya tangan mungil Anelis dengan kasar, hingga membuat Anelis terhuyung ke belakang saking kuatnya dorongan yang ia berikan.
" Apa kalian sudah bosan hidup, hahh... Cepat usir wanita murahan ini dari hadapan ku... " Suara menggelegar Marvell meluncur cepat dari mulut tajamnya, sudah tak terbendung lagi seberapa geramnya Marvell dengan wanita yang punya nyali tinggi itu.
" Ba...baik tuan... " Dengan takut-takut, scurity itu mulai mendekati Anelis yang masih terisak di tempatnya.
Merasa tak di gubris, Anelis tak patah arang, ia menurunkan berat badannya, meringkuk di atas dinginnya lantai keramik berwarna krem itu dengan tangis yang kian menderas, bersimpuh seolah memohon keselamatan pada sang pemilik kekuasaan.
" Tolong dengarkan saya sebentar saja..., putra saya mengidap kanker darah, dia butuh transplantasi sumsum tulang belakang secepatnya, hanya anda yang kini menjadi harapan terakhir saya... Tolong... Tolong selamatkan putra saya... " Tangis Anelis kian menderas, membayangkan akan kehilangan sosok putra kecilnya itu berhasil membuat hatinya semakin tersayat bagai di iris sebilah pedang.
" Cih... Dasar wanita murahan. Apa kamu menggunakan anakmu hanya untuk mendapat kan uang dariku hah... " Marvell menatap sinis Anelis yang masih bersimpuh itu.
Cepat-cepat Anelis menggeleng.
" Tidak... Saya tidak butuh uang anda, saya tidak butuh kekayaan anda. Saya hanya memohon pada anda... tolong selamatkan putra saya... "
" Cih... Lalu apa urusannya denganku, hahhh... Apa peduliku pada anak mu itu... "
Marvell beralih menatap scurity nya yang masih berdiri kaku di belakang Anelis. " Kalian apa sudah tuli... cepat usir wanita ini sekarang juga... "
" Jika anda enggan menolong putra saya, setidaknya, tolong selamatkan putra anda... " Dengan lantangnya Anelis melontarkan kalimatnya, kini wajahnya tak lagi menunduk, tatapannya menghunus tajam pada Marvell, laki-laki yang telah merenggut segalanya dari kehidupannya.
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Happy Reading....
Saranghaja 💕💕💕