Ava Seraphina Frederick (20) memiliki segalanya kekayaan, kekuasaan, dan nama besar keluarga mafia. Namun bagi Ava, semua itu hanyalah jeruji emas yang membuatnya hampa.
Hidupnya runtuh ketika dokter memvonis usianya tinggal dua tahun. Dalam putus asa, Ava membuat keputusan nekat, ia harus punya anak sebelum mati.
Satu malam di bawah pengaruh alkohol mengubah segalanya. Ava tidur dengan Edgar, yang tanpa Ava tahu adalah suami sepupunya sendiri.
Saat mengetahui ia hamil kembar, Ava memilih pergi. Ia meninggalkan keluarganya, kehidupannya dan juga ayah dari bayinya.
Tujuh tahun berlalu, Ava hidup tenang bersama dengan kedua anaknya. Dan vonis dokter ternyata salah.
“Mama, di mana Papa?” tanya Lily.
“Papa sudah meninggal!” sahut Luca.
Ketika takdir membawanya bertemu kembali dengan Edgar dan menuntut kembali benihnya, apakah Ava akan jujur atau memilih kabur lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Di kediaman mewah keluarga Anderson, Cleo yang sudah selesai mandi dan berganti pakaian mahal, mondar-mandir di ruang keluarga.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan Edgar belum juga pulang. Janji untuk makan malam di luar pun batal.
“Mama! Papa ke mana, sih!” rengek Cleo, menendang sofa kulit dengan kesal. “Papa bilang akan membelikanku ponsel baru hari ini! Papa pembohong!”
Ivy, yang duduk sambil menyeruput teh, berusaha tetap tenang, tetapi kecemasannya juga memuncak.
Biasanya, Edgar akan memberi kabar, atau setidaknya Jeremy akan menghubunginya. Tapi malam ini, Edgar seolah menghilang begitu saja.
Apa Edgar lupa bagaimana Cleo kalau sudah merengek?
“Tenang, Sayang. Papa mungkin ada urusan penting mendadak. Papa Edgar sangat sibuk,” ujar Ivy, meskipun hatinya dipenuhi kecurigaan tentang dua anak bernama Lily dan Luca itu.
“Urusan penting apa? Urusan penting anak-anak miskin itu? Jangan-jangan Papa justru sedang bertemu dengan mereka, Ma!” teriak Cleo, ekspresi marahnya yang manja bercampur dengan manipulasi licik.
“Papa tidak sayang lagi sama Cleo! Kalau Papa sayang, Papa pasti sudah memecat semua anak miskin itu!” serunya.
Ivy memejamkan mata. Ia harus mendapatkan informasi.
“Baiklah, Mama akan telepon Jeremy,” putus Ivy.
Ivy segera menghubungi Jeremy. Telepon diangkat setelah dering kedua.
“Jeremy, di mana Edgar? Kenapa dia tidak pulang? Dan apa yang terjadi dengan dua anak yang mengganggu Cleo di sekolah?” tuntut Ivy tanpa basa-basi.
Jeremy, yang sedang berada di basement bersama Edgar, sangat berhati-hati. Ia sudah berjanji pada Edgar untuk merahasiakan semua urusan si kembar dan rencana perceraian.
“Maaf, Nyonya Ivy. Tuan Edgar sedang ada urusan mendadak di luar kota,” Jeremy berbohong dengan tenang. “Ini terkait dengan investasi besar yang baru. Tuan Edgar mungkin tidak pulang malam ini. Anda tahu bukan suami anda adalah pebisnis handal?”
“Di luar kota? Kenapa mendadak sekali?” desak Ivy, nadanya curiga. “Dan bagaimana dengan dua anak itu? Apa Edgar sudah mengurusnya?”
“Tuan Edgar sudah menyerahkan masalah itu pada saya, Nyonya. Saya sudah membereskannya. Jangan khawatir, nona Cleo tidak akan diganggu lagi. Tuan Edgar meminta Nyonya untuk beristirahat. Dia tidak akan pulang malam ini,” tutup Jeremy cepat, sebelum Ivy sempat bertanya lebih jauh.
Ivy meletakkan ponselnya.
“Lihat, Cleo. Papa sedang di luar kota. Papa tidak mungkin mengurus anak-anak itu. Papa hanya sibuk dengan uang.”
Cleo, meski sedikit terhibur dengan berita bahwa si kembar tidak diurus Edgar, tetap merengek.
“Tapi aku mau Papa sekarang, Mama! Kenapa Papa lebih mementingkan uang daripada aku!”
Di tengah rengekan Cleo yang menyebalkan, tiba-tiba ponsel Edgar di saku berdering nyaring. Itu panggilan dari Kenzo.
Edgar segera mengangkatnya, wajahnya yang tadinya dingin karena strategi kini menunjukkan sedikit kelelahan.
“Ada apa, Kenzo? Aku sedang—”
“Pama ! Gawat!” Suara Kenzo terdengar panik dan putus asa dari seberang telepon. “Luca masuk rumah sakit! Demam tinggi, dia pingsan. Luca sedang membutuhkanmu Paman! Ava juga bilang, dia menerima tawaranmu. Entah kalian menyepakati apa, yang jelas cepatlah kemari paman. Ke Rumah Sakit Utama Kota!”
Wajah Edgar yang tadinya hanya dingin, kini memutih. Strategi dan ketenangan yang ia kumpulkan seketika hancur.
Bukan karena Kenzo memanggilnya, melainkan karena Luca pingsan.
“Rumah Sakit Utama Kota?” gumam Edgar, matanya memancarkan ketakutan yang mendalam. Ia segera menoleh pada Jeremy, yang berdiri di samping mobil.
“Kita harus pergi, Jeremy! Sekarang! Ke Rumah Sakit Utama Kota! Cepat!” perintah Edgar menarik Jeremy masuk ke mobil dengan paksa.
“Tuan, ada apa? Kenapa anda panik begini?!” tanya Jeremy kaget, sambil berlari memutari mobil untuk kembali ke kursi kemudi.
“Luca! Dia di rumah sakit! Dia membutuhkan aku!” Edgar tidak memberikan penjelasan lain. Ia membuka pintu mobil dan langsung duduk di kursi penumpang dengan jantung berpacu tak terkendali.
Saat mobil melesat pergi, Cleo, yang menguping di balik dinding, berlari ke arah Ivy.
“Mama! Tadi Papa bilang apa? Luca masuk rumah sakit? Papa bohong! Papa tidak ke luar kota! Papa pasti bersama anak-anak miskin itu!” teriak Cleo, wajahnya merah karena marah.
Ivy terpaku. Apa hubungan Edgar dengan anak bernama Luca itu? Jantungnya berdebar kencang. Ia tahu dua anak yang mengganggu Cleo, salah satunya bernama Luca.
Ivy meraih tas tangannya, matanya menyipit penuh curiga. Ia harus segera mencari tahu kebenaran di Rumah Sakit Utama Kota.
Sekarang, Edgar sedang panik menuju rumah sakit, sementara Ivy sedang menuju ke tempat yang sama.
*
*
“Kau bodoh Jeremy! Bisa-bisanya kau lupa mematikan sambungan telfon dengan nyonya Ivy,” rutuk Jeremy dalam hati.
“Apa kau belum makan? Kenapa lelet sekali!” Edgar memaki Jeremy yang terlihat gugup dan pelan saat mengendarai mobil.
Rasanya Edgar ingin segera sampai di rumah sakit. Kalau saja dia punya jurus menghilang, dia akan melakukannya sekarang.
“Iya, tuan, iya! Saya akan menambah kecepatannya,” jawab Jeremy. Sembari berdoa, semoga saja Ivy tidak mendengar percakapannya dengan Edgar menenai Luca tadi.
udh gk ada maaf lagi dri edgar😌
klo km msh berhianat jg udh end hidupmu
lanjut kak sem gat terus💪💪💪
apa² jgn² kamu menyukai ivy...
kl iya tamat lah riwayat mu jeremy
untung edgar cocok y coba kl ava ataupun edgar tidak cocok... pastinya mereka disuruh memilik anak lagi🤔