Bukan Gadis Culun Biasa

"Astaga Ly, kamu kemana saja dua hari tidak masuk bekerja? ku kira kamu resign, ku datangi rumahmu tidak ada apalagi ponselmu juga tidak aktif."

Pagi itu Lily yang baru datang di kantornya langsung dicecar oleh Sarah dengan berbagai pertanyaan perihal ketidakhadirannya di kantor selama dua hari ini, namun bersamaan itu Elizabeth dan Nancy juga baru datang kemudian mereka pun segera mendatangi gadis itu.

"Ck datang juga kamu, kau kira ini kantor keluargamu atau suamimu jadi seenaknya sendiri libur tanpa alasan?" ucap Elisabeth dengan sinis menatap ke arah Lily.

"Benar, anak magang saja banyak tingkah." timpal Nancy menambahi.

"Aku sakit lagipula aku sudah ijin melalui tuan Miller karena kebetulan waktu itu aku bertemu dengannya di rumah sakit dan aku juga tak mempermasalahkan jika gajiku akan dipotong nanti." terang Lily meskipun sedikit berbohong tapi ia yakin jika tuan Miller tahu pasti akan memaafkannya toh ada anak bosnya dalam perutnya.

"Apa kamu bilang? kamu juga menggoda tuan Millerku?" Nancy langsung naik pitam, ia memang menyukai Alexander namun rasanya mustahil bisa mendapatkannya jadi apa salahnya asistennya yang ia incar.

Mendengar itu pun Sarah langsung memutar bola matanya malas. "Ck, tuan Millerku." gumamnya mengejek.

"Apa kamu bilang?" Nancy langsung menatap wanita itu dengan kesal ketika tak sengaja mendengarkan gerutuannya.

"Tidak, ayo Ly kembali bekerja." Sarah pun segera mengajak Lily untuk segera duduk di kursinya.

Sementara Elizabeth dan Nancy juga kembali ke mejanya. "Aku jadi penasaran apa alasan tuan Wilson tidak memecatnya padahal jelas-jelas waktu itu dia datang bersama tuan muda Xavier," ucap Elisabeth berbisik kepada sahabatnya itu meskipun masih terdengar sampai meja Lily dan Sarah.

"Benar, apa jangan-jangan tuan Wilson sengaja berpura-pura mengikuti sandiwara gadis itu dan saat ada kesempatan maka takkan diampuninya," tebak Nancy setelah berpikir sejenak.

"Ya kau benar, aku jadi tak sabar menunggu hal itu tiba karena pasti akan menjadi tontonan yang sangat menarik." sahut Nancy lantas keduanya nampak tertawa nyaring hingga membuat Lily dan Sarah langsung melirik keduanya.

"Jangan diambil hati perkataan mereka," bisik Sarah namun Lily hanya tersenyum tipis di sela mengecek pekerjaannya.

"Kenapa kamu tidak bilang jika sakit Ly?" imbuh Sarah seraya memperhatikan gadis itu yang memang nampak sedikit pucat.

"Hanya sakit perut biasa," sahut Lily meyakinkan wanita itu karena ia takkan mengatakan yang sebenarnya sesuai perjanjian pernikahan kontrak tersebut.

Siang harinya tiba-tiba terdengar keributan saat jam makan siang tiba dan Nancy sang ratu gosip yang baru mengeceknya langsung kembali dengan wajah semringah.

"Perhatian semuanya mulai hari ini kita semua akan mendapatkan makan siang gratis dari kantor," terangnya kepada teman-teman satu divisinya itu hingga membuat mereka nampak terkejut sekaligus senang.

"Kamu serius kita mendapatkan makan siang gratis?" ulang Elizabeth saat sahabatnya itu kembali ke mejanya, sudah bertahun-tahun ia bekerja disini dan baru kali ini itu terjadi.

"Kata tuan Miller itu bentuk perhatian kantor kepada semua karyawan agar lebih meningkatkan kinerjanya," sahut Nancy sesuai gosip yang baru saja ia dengar.

"Alexku memang bos yang sangat dermawan," Elizabeth pun langsung memuji bosnya tersebut dan itu membuat Sarah maupun Lily langsung berpandangan.

"Dasar gatel sudah tahu bos sudah tunangan malah masih berharap," cibir Sarah lirih dan Lily yang mendengarnya pun nampak tersenyum nyengir sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Entah kenapa ia merasa menjadi tersangka atas tuduhan sahabatnya tersebut karena ialah yang sebenarnya menjadi orang ketiga dalam hubungan bosnya dan tunangannya, tapi mau bagaimana lagi ia juga tak bersalah dalam hal ini karena ia juga seorang korban.

Siang harinya nampak petugas datang membagikan sebuah box berisi makanan kepada seluruh meja yang ada di divisi design dan mereka pun langsung menyambutnya dengan suka cita.

"Ah gagal deh dietku," Sarah yang baru membuka makanannya tersebut langsung menelan ludahnya karena terlihat nikmat dan tak sabar untuk segera memakannya lalu wanita itu pun beralih ke arah Lily yang rupanya bekalnya isinya lebih banyak darinya terutama proteinnya.

"Apa mereka salah meletakkan menunya ke tempatmu?" ucapnya namun gadis itu hanya mengedikkan bahunya, ia juga tidak tahu kenapa lauk dan buah miliknya takarannya lebih banyak.

"Sepertinya ini rezeki anak yatim piatu," timpalnya sembari terkekeh.

"Apa kamu mau?" imbuhnya lagi namun Sarah langsung menolak mengingat ia sedang diet.

Tiba-tiba Elizabeth dan Nancy mendatangi mejanya. "Bagaimana kamu bisa mendapatkan makanan lebih banyak dari kami?" Elizabeth langsung melayangkan protes.

"Benar, jangan-jangan sebelumnya dia menggoda petugas cateringnya lagi," tuding Nancy yang juga ikut tak terima menu gadis itu lebih banyak.

"Dasar penggoda, sudah menggoda Alexku, tuan muda Xavier, sekarang malah petugas catering." sindir Elisabeth lantas kembali ke mejanya dengan kesal.

Sarah dan Lily pun hanya menggeleng kecil tanpa berniat membalas karena mereka lebih memilih menyantap makanannya daripada ribut.

Tak terasa hari menjelang sore dan seharian itu Lily tak melihat bosnya datang, sepertinya pria itu masih menemani kekasihnya yang sedang sakit hingga membuatnya bebas berkeliaran mengantar dokumen tanpa canggung jika bertemu dengan pria itu lagi dengan status yang berbeda meskipun hanya menikah kontrak tapi tetap saja itu berbeda baginya.

Didalam ruangannya Alexander nampak tiduran di sofa dengan wajah pucat, sejak semalam ia tiba-tiba merasa tidak enak badan dan memutuskan tidur di kantor saja setelah menjenguk Victoria di apartemen.

"Tuan, apa anda sudah minum obatnya?" ucap tuan Miller setelah masuk ke dalam ruangan bosnya siang itu.

Entah kenapa tiba-tiba asam lambung bosnya meningkat padahal pria itu selalu menjaga kesehatannya dan makan pun tak pernah telat. Mungkinkah bosnya sedang stres karena memikirkan sebentar lagi akan memiliki seorang anak?

"Singkirkan semua obat tak berguna itu, Miller!" perintah Alexander karena sejak semalam ia sudah minum obat beberapa kali tapi hingga siang ini badannya terasa tak membaik, kepalanya sedikit nyeri dan perutnya semakin mual.

Tuan Miller nampak bingung padahal kata dokter hanya sakit lambung biasa dan setelah minum obat akan membaik apalagi bosnya tak memiliki riwayat sakit tersebut sebelumnya. Kemudian setelah menyingkirkan obat-obat tersebut pria itu pun segera membuka ipadnya untuk mencari opini lain di sebuah situs internet tentang penyakit bosnya selain karena asam lambung meningkat.

"Sindrom kehamilan simpatik, atau Couvade syndrome, adalah kondisi di mana calon ayah mengalami gejala fisik dan emosional yang mirip dengan kehamilan istrinya, gejala fisik yang umum meliputi mual, muntah, kram perut, perubahan nafsu makan dan juga sakit kepala ringan." gumamnya ketika membaca beberapa artikel yang sama.

Apa jangan-jangan bosnya menderita sindrom tersebut gumamnya seraya menatap Alexander yang masih merebahkan tubuhnya diatas sofa.

"Kenapa melihatku seperti itu?" ucap bosnya itu ketika asistennya tersebut tiba-tiba menatapnya aneh.