Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.
Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.
Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.
Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?
*
Ig: aca0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Sore hari nya Siena pulang ke mansion Harrison. Bangunan megah itu nampak sepi, tentu saja karena Hutama dan Evelyn sudah terbang ke Los Angeles, California.
Tadi siang sebelum berangkat, kedua orang tua Erlan sudah mengunjunginya di rumah sakit sambil mengatakan serangkaian permohonan maaf karena tidak bisa menemani Siena lebih lama.
Salah satu adik Evelyn yang tinggal di Los angeles sakit parah, itu juga yang menjadi alasan kuat keduanya terbang ke kota di negara bagian Amerika Serikat itu.
Siena baru saja turun dari mobil, para maid dan bodyguard yang berjaga di rumah membentuk barisan, menunduk hormat pada nyonya besar.
"Selamat datang kembali Nyonya." Ucap mereka serempak dan penuh hormat.
"Terimakasih. Kalian bisa melanjutkan pekerjaan kalian."
Siena menggaruk pipinya canggung, ia tidak terbiasa dengan sambutan penuh hormat jadi dengan cepat meminta mereka untuk bubar.
Sedangkan para maid terkejut dengan sikap Nyonya mereka, tidak biasanya Siena berperilaku demikian, rendah hati dan sopan santun sungguh bukan sifat Siena sekali.
"Aku lelah, sebaiknya kalian bubar saja." Siena memasang wajah lelah saat melewati mereka, sengaja melakukannya agar mereka tidak curiga.
Setelah semuanya bubar, Siena pergi ke kamarnya. Ia rebahan santai di ranjang, Erlan belum pulang sedari tadi. Mungkin dia akan kembali pada malam hari.
"Apa yang harus aku lakukan dengan pria itu?" Siena memijit kepalanya pusing, memikirkan Erlan membuatnya seketika merinding. Pria itu benar-benar sesuai dengan kriteria seorang Tiran, kejam dan tak punya hati.
Barangkali Erlan punya hati tapi mungkin hanya untuk Cindy seorang.
...°°°...
Di kantor pusat Harrison Company, di tengah-tengah kota Limerick, Erlan duduk di belakang meja kerja dengan kacamata bertengger di hidung mancungnya. Pria itu menghela nafas lagi, untuk kesekian kalinya.
Tidak ada masalah dalam pekerjaan, Erlan hanya memberi tanda tangan pada berkas-berkas penting. Tapi, otaknya tidak bisa berhenti untuk memikirkan Siena.
Siena yang ia kenal adalah wanita keras kepala dan pembangkang, berjiwa bebas dan tentu saja selalu bersikap murahan untuk menarik perhatian dirinya.
Namun sejak sadar dari pingsan, Siena berubah. Dia bukan Siena yang selama ini Erlan kenal, hal itu, entah mengapa sangat mengusik nya sekarang.
Tatapan waspada dari Siena membuat Erlan beberapa kali mencoba membaca apa yang tengah dipikirkan istrinya itu. Nihil. Ia tidak bisa lagi menebaknya.
" Matthew!"
"Ya, tuan." Matthew, sang asisten menjawab dengan cepat, berdiri tegap dengan sikap siap.
"Apakah terjatuh ke kolam renang bisa menyebabkan seseorang berubah drastis?"
Matthew tidak langsung menjawab, ia mencerna pertanyaan itu sebentar lalu menjawab tegas, "Tidak tuan."
" Kau yakin?" Tanya Erlan memastikan.
" Sangat yakin, tuan."
" Baiklah." Erlan berdiri memberikan tepukan ringan di bahu Matthew, "Aku harus pulang. Kau uruslah beberapa pekerjaanku hari ini."
"Baik, tuan." Jawab Matthew.
Sambil terus berpikir Erlan berjalan keluar. Setiap kali ia lewat, para pegawai menunduk hormat.
" Sayang, aku merindukanmu."
Erlan baru menginjakkan kaki di lobi kantor ketika satu suara riang juga manja menyapanya. Cindy memeluknya erat.
" Aku lelah." Hari ini Erlan tidak bersemangat. Pelukan Cindy tidak lagi menenangkannya, ia hanya ingin pulang, ingin melihat istrinya.
Sadarlah Erlan. Wanita itu licik, dia hanya bermain trik. Logika Erlan terus menolak, tak boleh mempercayai Siena begitu saja.
"Sayanggg..."rengek Cindy ketika menyadari Erlan tak membalas pelukannya.
"Iya, kenapa hm?" Mengenyahkan perasaan lain di hatinya, pria tampan itu pun membalas pelukan sang kekasih.
" Ayo pergi ke butik madame Bevali. Aku ingin berbelanja beberapa gaun untuk pesta ulang tahun Cecilia." Pinta Cindy. Cecilia adalah adiknya, si judes yang entah kenapa selalu menjaga jarak dari Cindy.
"Apapun untuk tuan putri." Erlan menjawil gemas ujung hidung Cindy, merengkuh pinggangnya lalu berjalan menuju parkiran.
Siena melihat semua itu dari belakang pot bunga. Niat hati ingin mengajak Erlan makan malam bersama, siapa tahu ia akan melihat pemandangan menyesakkan. Selain cemburu, ada perasaan lain yang bergemuruh dalam dada Siena.
Semacam amarah ketika melihat Cindy. Itu murni perasaan milik Siena asli. Dan lagi-lagi itu membuat bingung.
Siena berjalan gontai menuju mobilnya. Ia akan mengikuti kemana Cindy pergi, ia harus mencari tahu apa hubungannya dengan Siena.
Lima belas menit kemudian mobil yang di kendarai Erlan berhenti di sebuah butik kelas atas. Sepasang kekasih itu bergandengan tangan masuk kedalam.
Siena dengan cepat mengikuti, tentu dengan menyembunyikan sebagian wajahnya dengan tudung Hoodie. Sengaja ia memakai Hoodie oversize agar bisa bersembunyi dengan baik. Karena sebelum berangkat, Siena sudah memikirkan dua rencana. Pertama mengajak Erlan makan malam untuk memperbaiki hubungan mereka. Kedua, jika ternyata Erlan pergi bersama Cindy, ia akan mengikuti keduanya.
Ternyata opsi kedua yang bisa ia lakukan. Cindy memilih beberapa gaun mewah, tentu dia tidak akan memikirkan harganya karena ada Erlan yang membayar.
Erlan sesekali tersenyum tipis saat Cindy tertawa ceria. Siena mendengus, di matanya tawa ceria itu seolah dibuat-buat.
"Kau menguntit mereka?" Satu suara bertanya dari samping. Siena menoleh, seorang pria muda berdiri tepat di sebelahnya.
"Bukan urusanmu." Ketus Siena.
" Tentu jadi urusanku karena aku seorang polisi. Aku tidak akan membiarkan penguntit seperti mu sukses melakukan kejahatan."kata pria itu songong.
Ada apa dengan wajah pria songong ini? sejak kapan polisi berkerja dengan benar? Siena mencibir dalam hati dan mengabaikan pria itu.
"Ada undang-undang tentang penguntit..."
"Diam! Aku tidak menguntit!" potong Siena ketus, matanya melotot marah, "aku tidak tahu kau polisi atau bukan, yang jelas jangan mencampuri urusanku."
Suasana hati Siena berubah buruk. Setelah mendelik sebal, ia pun pergi.
"Hei, namaku Qaif Rexton! Ingat ya, sampai jumpa lagi nona!" Pria itu berteriak hingga menarik perhatian orang-orang.
" Aku tidak ingin bertemu lagi dengan pria menyebalkan itu."keluh Siena semakin menurunkan tudung Hoodie nya, ia melangkah lebar menuju pintu sambil sesekali melirik ke belakang untuk memastikan pria gila itu tidak menyusul nya.
Bruk!
Karena tidak berhati-hati, Siena tidak sengaja menabrak orang hingga belanjaan orang yang ia tabrak berceceran di lantai.
"Maaf, aku tidak sengaja." Sesal Siena membantu mengumpulkan kantong belanja yang berceceran di lantai.
"Lain kali hati-hati, anda hampir melukai kekasih saya."
Siena tertegun. Itu suara Erlan. Astaga! Apakah ia baru saja menabrak Cindy? Gawat!! Ia harus pergi secepatnya sebelum salah satu dari mereka menyadari bahwa Siena yang sudah menabrak.
Siena tidak bisa membayangkan kemarahan Erlan jika ia ketahuan. Maka ia buru-buru mengembalikan kantong belanja ke tangan Cindy sembari menurunkan lebih dalam tudung Hoodie, kepalanya juga sengaja di tundukkan.
"Sekali lagi aku minta maaf." Ucap Siena lalu berjalan cepat meninggalkan pasangan kekasih itu.
"Tunggu..."
...***...
Jangan lupa Like, komen dan vote.