Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16 kunjungan
Setelah menempuh perjalanan cukup lama karna mereka sempat terjebak macet, akhirnya Rani dan Vani sampai di kantor tepat waktu.
"Lo tau van gue asli gugup banget tau." Ucap Rani saat mereka berdua baru saja masuk lobi.
" Yee biasa aja kali ran,orang sibos cuman mau dateng ko,bukan mau ngelamar elo.Lagipua kan beliau belum tentu ketmu sama kita.Udah heboh aja lu Ran, Ran." ucap Vani sembari menatap wajah Rani yang memang terlihat gugup.
" haha iya juga ya van,kita mah apa atuh!" Kini giliran Rani yang terkekeh.
Dua wanita beda usia itu kini berjalan menuju keruangan kerjanya.
Namun saat Rani baru melangkah tiba tiba kakinya tersandung sesuatu hingga membuatnya jatuh keningnya membentur sepasang sepatu yang entah dari mana datangnya tiba-tiba sudah ada didepannya.
" Astaghfirullah Ran! Lo gapapa?" teriak Vani spontan menunduk melihat kearah Rani yang masih dengan posisi yang sama.
" Aman aman." Ucap Ra,Namun bukannya bangun Rani justru memperhatikan sepatu yang didepannya tepat didepan matanya.
" Hem,sultan mana yang pakai nih sepatu.Dari bau-baunya nih sepatu mahal." Gumam Rani,tanpa sadar dia sudah menjadi pusat perhatian banyak orang.
" Ran Lo bangun Napa Ran,gak enak banget diliatin orang-orang Ran!" Bisik Vani namun tak digubris oleh Rani.
Sementara seseorang pemilik sekaligus orang yang memakai sepatu itu tetap diam ditempat dan penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh wanita yang kini dengan posisi bersimpuh dikakinya.
" Ssstttttt diem dulu Napa van,nih sepatu pasti yang pake sultan van.Dari bau-baunya nih mahal loh van,gaji kita 2 bulan mana cukup buat beli nih sepatu." Celetuk Rani dengan konyol.
" Ran,Ran bangun!" Bisik Vani sembari terus memperhatikan wajah sang pemilik sepatu
Sementara Ardan justru memberi kode pada Vani dengan meletakan jarinya dibibir.
Vani hanya bisa mengangguk pasrah mendapatkan perintah dari orang didepannya.
" Mampus Lo Ran! Pake acara ngomong begitu, gimana kalau orang ini adalah kolega bos yang memang sengaja datang untuk menyambut bos,atau jangan-jangan dia ini bos yang dibicarakan oleh orang-orang kantor." Batin vain.
" Van,Vani ko Lo diem si.Tunggu bentar npa van!" Racau Rani sembari mencoba mengangkat tubuhnya dan bangun.Namu begitu Rani berdiri matanya membulat sempurna saat melihat wajah seorang laki-laki tampan yang tengah melipat tangannya didepan dada dengan tatapan yang sulit diartikan.
" Sudah puas mengamati dan melihat sepatu mahal saya,apa kamu tidak pernah melihat orang memakai sepatu mahal?" Tanya Ardan dengan wajah datar.
" Astaga nih orang kaya kulkas dua pintu,siapa sih gitu amat ngomongnya mentang-mentang pake sepatu mahal!" Gumam Rani dalam hati.
" Ck,aku sungguh tidak menyangka diperusahaan yang bonafit seperti ini masih memepekerjakan orang udik seperti ini." Ucap Ardan membuat mata Rani membulat dengan sempurna sementara Vani yang baru tau jika laki-laki yang ada didepannya adalah bos besar yang tengah dinantikan semua orang mendadak pucat.
" Ran please hentikan kegilaanmu." Ucap Vani Lirih namun masih bisa didengar oleh Rani.
" Siapa yang gila si van,harusnya Lo bilang sama dia.Bisa-bisanya dia ngatain gue udik.Gue laporin sam pak Ardan baru tau rasa dia. Masa karyawan teladan macam gue dikatain udik.Heh yang benar aja lu bung!" Sungut Rani dengan jumawa.
" Fatah berikan dia format surat pengunduran diri dan suruh dia mengisinya setelah itu bawa keruang.Saya tidak ingin memiliki karyawan seperti ini." Ucap Ardan sambil berlalu melewati Rani yang justru menggerakkan bibirnya dan menirukan gaya bicara Ardan.
" Baik pak Ardan, silahkan bapak keruangan bapak dulu saya akan menyusul nanti." Jawab Fatah.
" Pak Ardan,keruangan dia,format pengunduran,
Oh astaga kenapa aku ceroboh seperti ini.Matailah riwayatmu Rani Mahardita."lirih Rani namun masih samar samar didengar oleh Ardan.
Rani yang baru sadar akan kecerobohan nya sebisa mungkin ingin mengejar Ardan untuk meminta maaf namun Fatah dengan gesit menahannya agar tidak menggangu Ardan.
Sementara dirumahnya,Rena sedang merasakan skit diarea perut bagian bawahnya.
Ren terpaksa mendatangi bidan terdekat untuk memeriksakan kandungan sekaligus tentang apa yang ia keluhkan.
" Bagaimana ini,aku tidak mungkin menghentikan semua ini.Mas Langit sudah jatuh kedalam pelukanku dengan susah payah.Mas Langit pasti akan meninggalkan aku jika aku tidak bisa ia tiduri.Apa aku harus menggugurkan kandunganku demi hubunganku dengan mas langit atau aku harus melupakan mas Langit demi anak yang ada dalam kandunganku.Ck, Ayahnya saja tidak pernah perduli dengan dia.Tapi rasanya aku terlihat begitu jahat dan egois jika aku sampai menggugurkan kandungan ini demi mas Langit." Gumam Rena seorang diri.
Meskipun Rena kini sangat membenci mantan suaminya namun tak bisa dia pungkiri, kehadiran janin di dalam rahimnya membuatnya bahagia karna dia akan menyandang gelar sebagai seorang ibu.
Terlebih saat dia tau jika Langit di vonis mandul oleh dokter,hingga sebisa mungkin Rani akan mempertahankan anak dalam kandungannya.Rena ingin dia menjadi lebih unggul dibandingkan Rani,karna dia bisa membuat Langit menjadi seorang ayah meskipun bayi yang dikandungnya adalah janin dari mantan suaminya.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa janin dalam kandungan Rena sedang tidak baik baik saja.Bidan menyarankan untuk menghentikan sementara aktifitas diatas ranjang demi keselamatan dan kesehatan bayi yang ada didalam kandungannya.
" Mas Langit,apa dia mau mengrti jika aku meminta untuk membatasi penyatuan kami." Racau Rena.
Mengingat itu wajah Rena bersemu merah.Semenjak Langit memutuskan untuk menjalani hubungan dengannya secara diam-diam Rena merasa jika dia sudah mendapatkan tempat khusus dihati Kaka iparnya.Bahkan Rena sangat yakin jika dalam waktu dekat dia bisa menyingkirkan Rani dengan cepat.
Dor
Dor
Dor
Lamuna Rena akan kebersamaannya dengan Langit buyar saat ia mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya dengan kencang.
" Ck! Siapa si yang datang,apa nenek sihir itu lagi? astaga Rena kamu harus bisa lebih sabar karena saat kamu menikah dengan mas Langit nanti nenek sihir itu akan menjadi ibu mertua kamu." Gumam Rena sembari berjalan menuju ke arah pintu dengan langkah perlahan karena perutnya benar-benar sakit.
Ceklek
" Lama sekali buka pintunya,apa kamu sedang menyembunyikan laki-laki didalam kamar?" Cecar Sarifah dengan tatapan mata yang tak bisa lepas dari Rena.
Tatapan yang menunjukkan ketidaksukaannya,tatapan penuh kebencian.
" Mamah,mas langit dan ka Rani masih dikantor." Ucap Rena sembari meraih tangan Sarifah namun dengan cepat Sarufi menampiknya.
" Stop panggil saya mamah karna saya bukan ibu atau mertua kamu.Anak saya cuman Langit dan menantu saya cuma Rani seorang.Saya tidak mengizinkan siapapun memanggil saya mamah selain mereka.Sentak Sarifah.
Griyuuut
Tangan Rena mengepal dengan erat mendapat penolakan secara langsung dari Sarifah.
" Maaf ,Tante say fikir karena Tante adalah mertuanya Kakaku jadi tidak Maslah saat aku panggil mamah." Kilah Rena, meskipun hatinya begitu marah namun dia berusaha untuk tetap tenang dan bersikap biasa-biasa saja.
" Kamu memang Adik Rani tapi kamu bukan menantuku." Sentak Sarifah.
" Sekarang bukan tapi sebentar lagi aku akan jadi menantumu dan Rani kesayanganmu itu akan aku tendang jauh-jauh dari hidup kalian terutama dari hidup mas Langit." Batin Rena.
" Apa kamu sedang memikirkan cara untuk menyingkirkan Rani?" Todong Sarifah yang seolah dia bisa membaca fikir Rena.
" Tidak Tante,kenapa aku harus melakukan itu.Aku sayang ka Rani aku tidak akan pernah melakukan itu." Dusta Rena,namun tidak dengan isi hatinya.
" Syukurlah kalau kamu sadar diri.Tapi perlu saya tekankan sekali lagi sama kamu.Kalapun nantinya Langit sampai menyakiti Rani dengan siapapun termasuk dengan kamu.Maka aku tidak segan-segan membuangnya dari hidupku dan aku akan lebih memilih menjaga berlianku yaitu Rani." Ucapan Sarifah seperti belati yang menusuk relung hati Rena.
Bersambung....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."