seorang anak yang memiliki kelebihan bisa mendengarkan bisikan-bisikan dari alam dan hewan-hewan, hingga dia dianggap gila oleh warga desa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hambali balon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 : Bisikan Dari Bukit
Berakhir diskusi mereka di sore itu, mereka pulang masing-masing kerumah dengan misi yang mereka emban untuk menyelamatkan desa mereka, dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kecuali Danu yang masih dirumah sari.
“Sayang, aku sedikit cemas dengan kedatangan orang asing ke desa kita”
“tenang Sar, walaupun ini sulit. Aku yakin kita bisa melewatinya”
“iya Dan, kalau kamu sudah ngomong seperti ini, aku mulai tenang.”
“aku balik dulu ya, mau bersih-bersih nanti malam aku kemari lagi”
dengan sedikit berat hati sari mengiyakan kemauan danu “hmmm, iya Dan.”
Waktu danu dan sari makan telepon sari berdering
“Sar hp mu bunyi tu?”
“Biarkan saja dulu, kita kan lagi makan”
“Ambil. angkat dulu, mana tau penting loh”
“Iya”
Sari beranjak ke meja mengambil hpnya
“Waalaikumsalam, ada apa Pak”
“Oh iya, sehabis isya nanti warga di kumpul di balai desa, kalian ada di undang”
“Ngapain pak? Diundang sama siapa pak?”
“Kepala desa lah, pasti kalian gak di kasi tau. Kepala desa pasti takut kalian datang. Kalau datang pasti kalian tidak setuju dan mempengaruhi warga”
“Masalah apa sih pak?”
“Masalah penambangan lah Neng?
“Ohhh. Ya sudah, nanti saya sama danu ke sana pak, makasih ya pak. Assalamualaikum?
“Waalaikumsalam.”
Hp langsung sati matikan.
“Siapa sar?”
“Pak soleh, katanya kepala desa mau ngadain rapat masalah pembukaan tambang di bukit Dan”
“Kenapa kepala desa gak ngundang kita, pasti ada yang aneh ini”
“Iya Dan, dia takut kalau kita datang”
“Ya sudah, sehabis ini kita kesana”
“Iya Dan.”
Danu dan Sari menuju balai desa, terlihat acara sudah mulai, terdengar suara pak soleh yang menentang keras penambangan di desanya.
danu mendekati pak soleh, “sabar Pak, sabar. Kita dengarkan kepala desa menjelaskannya dulu”
“ok Dan.”
terlihat wajah kepala desa mulai cemas. ‘danu datang, bisa-bisa banyak warga yang tidak setuju. Mana aku sudah ambil uang dari kota itu untuk meyakinkan warga”
seluruh warga yang datang di acara rapat itu mendengarkan kepala desa menjelaskan apa keuntungan kalau kita menerima tawaran dari pengusaha itu.
setelah kepala desa selesai bicara, danu segera berdiri memberikan sarannya dengan lembut.
“maaf pak coba dipikirkan dulu tawaran dari mereka, karena pertambangan akan merusak ekosistem hutan, dampak nya ke para warga. Lahan pertanian akan rusak, dari mana lagi hasil pendapatan kita”
kepala desa menjawab “kalau masalah itu, seluruh warga di pekerjakan oleh mereka dan anak-anaknya ditanggung untuk sekolah sampai SMA”
“bukan masalah itu pak, permasalahannya bukan sekarang saja, untuk anak cucu kita gimana, terus apa warga tau apa saja yang di ambil sama mereka, pohon-pohon yang di tebang, mereka bukan ambil emas yang ada di bukit saja, banyak mineral yang lain. apa kita tau? sementara warga kita hanya taunya kerja sama mereka, itu pun jadi buruh mereka. mending kita berjuang di pertanian, selama ini juga pertanian kita tidak pernah gagal”
suasana mulai menegang beberapa warga mulai memikirkan apa yang dibilang dengan danu, hanya kepala desa dan antek-anteknya yang tidak setuju dengan usulan danu.
beberapa antek-antek kepala desa mulai mendekati danu “kamu jangan mengadu domba warga ya”
danu di intimidasi, “siapa yang mengadu domba, kalian yang mau merusak desa ini”
“kami hanya mau mengembangkan desa ini, kamu jangan macam-macam”
“iya kamu mengancam ku pula”
keributan mulai terjadi, danu hampir dipukul dengan antek-antek kepala desa. Untung saja danu menghindar, beberapa warga ikut membantu danu. kalau saja tidak dilerai pasti akan terjadi perkelahian. akhirnya pertemuan itu diakhiri dengan tidak ada hasil.
banyak warga yang mendukung danu, karena anak-anak mereka sudah membujuk mereka.
salah satu warga mendekati danu “Danu, kita semua siap melawan kepala desa dan orang asing itu, semenjak anak saya yang ikut kamu menasehati saya, saya jadi terbuka pikiran saya”
“makasih pak, kita harus bersatu demi tempat tinggal kita Pak.”
“iya danu, kami akan selalu mendukung kamu.”
warga dan danu kembali kerumah masing-masing, sedangkan kepala desa merencanakan bagaimana proyek ini harus terlaksana, karena kepala desa sudah diberi iming-iming dengan pengusaha mendapatkan persenan besar dari pengusaha itu.
“Dan kamu tidak kenapa-kenapa kan tadi”
“gak papa Sar”
bukit berbisik ‘danu kamu harus ke bukit sebelum matahari terbit’
‘apa?’
‘iya kamu harus ke bukit sebelum matahari terbit, angin akan mengarahkan kamu’
‘baiklah’
“Sar, kamu dengan pak soleh jaga desa untuk dua hari ini”
“kamu mau kemana?”
“bukit berbisik dengan ku, agar malam ini aku segera ke bukit’
“aku mau ikut”
“gak Sadar, hanya aku yang boleh kesana sendirian”
dengan berat hati “ya sudah, tapi kamu haru hati-hati”
“segera konfirmasi dengan papa mu, tadi sore aku mendengar bisikan dari seorang wanita yang suaranya tidak pernah aku dengar. Dia bilang kamu harus kabari papa kamu, karena papa kamu salah satu yang bisa menghentikan permasalahan ini”
“apa!!! bisikan wanita?”
“iya Sar”
‘apa itu suara bisikan tante Amel, danu tidak mungkin berbohong dengan ku’
“kok diam Sar”
“gak apa-apa Dan. Ya sudah kamu segeralah berangkat”
“iya Sar”
“oh iya, sebentar kamu pergi, aku mau bawakan kamu makanan untuk dijalan”
“ya sudah aku tunggu”
setelah bekal sudah selesai dibungkus oleh sari, danu langsung pergi menuju hutan, sebelum pergi danu berpesan,
“besok kamu dan pak soleh dan anak-anak tetap di desa jangan ada yang kemana-mana, jaga anak-anak jangan sampai mereka ikut dalam keributan ini, aku tidak mau mereka terluka, besok atau lusa aku yakin mereka akan datang lagi”
itu pesan danu dengan sari
“aku pergi dulu ya sayang”
“iya sayang kamu harus hati-hati”
danu berangkat dengan tergesa-gesa, di dalam hati danu berbicara ‘sepertinya bukan alam yang memanggil ku, perasaan ku berbeda tidak seperti biasanya’
‘iya emang bukan alam yang berbisik dengan kamu danu”
‘siapa kamu?’
‘nanti kamu juga tau siapa aku, tenang aku tidak akan menyakitimu, ikuti saja bisikan dari angin yang aku hembuskan’
‘baiklah firasatku mengatakan kau berpihak dengan ku’
danu berbicara didalam hati sambil berjalan, danu terus mengikuti bisikan angin. kembali dengan keadaan sari yang di rumah, yang masih cemas dan bingung. akhirnya sari menelpon papanya yang di kota.
“Assalamualaikum, Pa”
“Waalaikumsalam sari, ada apa nak”
sari sedikit bingung untuk membicarakan permasalahan yang ada di desa dengan papa nya , akhirnya sari membicarakannya.
“ya sudah Nak, malam ini juga papa konfirmasi anak perusahaan papa, dan om bima”
“makasih ya Pa. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
sebelum fajar menyingsing danu sudah sampai tempat yang ditentukan oleh bisikan yang ia tidak tahu siapa yang membisikkannya.
setelah sampai, danu beristirahat sambil membuka bekal yang dia bawa,
‘sudah jangan bersembunyi harimau, aku tau kamu di sekeliling ku, sudah sembuh kamu’
harimau keluar dari persembunyiannya ‘kau selalu merasakan jika aku dekat dengan ku’
‘ya sudah, kamu pasti tau siapa yang memanggil ku kemari’
‘maaf danu bukan aku tidak mau memberitahu, dia lebih berkuasa di sini ketimbang diri ku’
‘memang siapa dia?’
‘dia sudah hadir di sampingmu dari tadi tapi kamu tidak bisa melihatnya, dia belum membuka mata batin mu’
‘apa maksud kamu harimau’
‘sudahlah makan dulu, dia menunggu mu siap makan dulu, baru sia membuka mata batin mu’
selesai makan, tiba-tiba danu merasa pandangannya lain, sedikit buram “kenapa mata ku ini”
sang raja hutan tetap di samping danu ‘sudah kamu tidak apa-apa danu’
mata danu langsung terang benderang dia langsung menoleh ke samping kanan, karena dia merasakan ada seseorang yang berdiri di sampingnya
danu menoleh “hah. kamu siapa?”
“hmmm. ini rupanya anak si mamat”
“kenapa kamu tau nama ayah ku?”
“masalah aku tau nama ayah kamu, itu urusan aku dengan ayahmu, lagian dia sudah tidak ada didunia ini”
‘dia tau segalanya’
“kamu jangan bicara di dalam hati, itu percuma. semua yang kamu bicarakan dalam hati aku tahu!”
“ok, kita kembali ke permasalahanya, kenapa kamu panggil aku ke sini”
“hmmm, aku melihat duplikat mamat ketika serius”
“jangan bertele-tele kamu, aku juga punya permasalahan besar di desa, aku harus segera menyelesaikannya”
“sabar Danu. itu yang mau aku bahas dengan kamu”
“oke. aku dengarkan”
ratu penguasa gaib menceritakan semuanya tentang dia, ayah danu, bahkan seluruh desa, akhirnya danu tau semuanya yang tidak pernah ayahnya ceritakan.
“aku akan membantu kamu danu”
“terima kasih, jika kamu mau membantu permasalahan kami di desa”
“tidak perlu kau berterima kasih dengan ku Danu”
“baiklah aku sudah tau segalanya, apakah mata ku tidak kau tutup kembali?”
“tidak perlu danu. kau pantas mendapatkan itu, pejamkan matamu, jangan kau buka sebelum aku menyuruhnya”
“baiklah IBU”
“akhirnya kamu panggil aku dengan panggilan yang seharusnya”
danu memejamkan matanya, ketika dia membuka matanya dia sudah berada di rumahnya ‘terima kasih IBU.’