Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Beberapa hari kemudian, pagi pagi, “klap,” Adrian menutup pintunya, dia melihat pintu unit Elsa terbuka, ketika Elsa keluar,
“Udah siap ?” tanya Adrian.
“Oh (menoleh melihat Adrian) kamu udah siap ? yuk jalan,” jawab Elsa.
Setelah mengunci pintu, Adrian mendorong kursi roda Elsa menuju ke lift, mereka turun ke bawah dan keluar dari lobi, selagi berjalan menuju gerbang komplek apartemen, di sebelah mereka ada dua orang siswa sma yang juga ingin berangkat ke sekolah. Adrian melirik melihat layar melayang di atas kedua siswa sma itu.
[Ih mau maunya pacaran ama orang cacat, kalo gue sih ogah.] pikiran seorang siswa berkacamata.
[Hmm cakep juga sih, semok lagi, enak kali ya tidur ama dia, bodo amat punya kaki apa ga.] pikiran seorang siswa yang berambut cepak.
Tiba tiba saja, Adrian menarik kerah siswa berambut cepak itu sampai siswa itu jatuh terjengkang ke belakang, siswa yang berjalan di sebelahnya langsung lari tunggang langgang. Adrian langsung berbalik dan menindih sang siswa dengan tangan sudah siap meninju wajahnya,
“Adrian, kamu kenapa ?” teriak Elsa yang kaget dan panik melihat Adrian yang menjadi beringas.
“Oi apa apaan nih...lo gila ya,” teriak sang siswa cepak sambil mengangkat tangannya dengan wajah bingung dan ketakutan.
“Lo kalo ngomong jangan sembarangan, lo minta gue ancurin di sini hah,” ujar Adrian kepada sang siswa.
“Lah emang gue ngomong apaan, lepasin ga, ini lo yang gila maen tarik orang aja, lo sengaja cari gara gara hah,” teriak sang siswa.
Adrian tertegun, dia menyadari yang dia baca adalah pikiran sang siswa bukan karena sang siswa berbicara, dia langsung menurunkan tangannya dan berdiri, sang siswa langsung bangun,
“Dasar orang aneh, gila, hati hati lo ya,” teriaknya sambil berlari.
Elsa yang melihat Adrian mematung, memegang tangannya, Adrian menoleh melihat Elsa yang cemas melihat dirinya,
“Kamu kenapa ?” tanya Elsa.
“E..enggak, sori, aku hari ini malas sekolah, aku anter aja kamu ke sekolah trus aku pulang lagi,” jawab Adrian.
“Ga mau, cerita ada apa,” balas Elsa.
“Udahlah, ga ada yang perlu di ceritakan,” balas Adrian.
“Cerita, atau aku ga mau jalan,” ujar Elsa mencengkram rem di roda kursi rodanya.
Adrian mendorong kursi roda Elsa ke pinggir, kemudian dia duduk di pembatas jalan tepat di sebelah Elsa.
“Aku ceritain juga kamu ga akan percaya,” ujar Adrian.
“Cerita dulu, percaya apa ga urusan belakangan,” balas Elsa.
Elsa mengayuh kursi rodanya maju kemudian berputar dengan susah payah agar dia bisa melihat wajah Adrian di depannya,
“Cerita, aku dengerin,” ujar Elsa.
“Tapi....jangan ketawa ya,” ujar Adrian.
“Iya, janji,” balas Elsa.
“Aku bisa baca pikiran orang lain, tadi aku baca pikiran dia dan aku kesal,” ujar Adrian.
“Oh...gitu,” ujar Elsa bingung.
“Udah kan, kamu keliatannya ga percaya, udahlah yu, aku anter kamu aja,” balas Adrian.
“Ga, kalau kamu ga sekolah aku juga malas, kamu tahu kan, beberapa hari ini aku ga ada temen, si Yuni flu gara gara kehujanan waktu ke apartemen, jadi dia ga masuk udah beberapa hari kan, kalo kamu juga ga masuk, aku males,” ujar Elsa.
“Aduh...ya udahlah, aku masuk, ayo berangkat,” ujar Adrian.
“Kalau terpaksa ga usah, aku ga keberatan ga masuk (menatap Adrian) kamu juga di kelas ga berbaur, gara gara kemampuan mu itu ?” tanya Elsa.
Adrian tidak menjawab, tapi dia mengangguk, kemudian dia menatap Elsa yang terlihat berpikir di depannya.
“Kayaknya kita jangan terlalu deket deh,” ujar Adrian.
“Loh kenapa ? emang aku salah apa ?” tanya Elsa.
“Bukan, aku ga mau liat kamu di jelek jelekin orang lain di pikirannya gara gara aku,” jawab Adrian.
“Oh....emang mereka ngomong apa ?” tanya Elsa.
“Ga enak di denger, aku ga mau ngomong,” jawab Adrian.
“Hmm ya udah, aku ga tau ini, bodo amat, iya ga,” balas Elsa.
“Tapi...”
“Udah ga usah tapi, jadi kita berangkat ga nih, kalo ga ya kita mau kemana hehe,” ujar Elsa ceria memotong ucapan Adrian.
“Emang kamu percaya gitu apa yang aku omongin barusan ?” tanya Adrian.
“Percaya aja, coba cek, aku mikirin apa ?” tanya Elsa.
“Ga bisa,” balas Adrian.
“Kok ga bisa, kenapa ?” tanya Elsa.
“Cuman kamu yang ga bisa, yang lain semua bisa, yang aku liat itu ada kotak semacam layar kecil melayang di atas kepala orang orang, di dalamnya ada tulisan dan isi tulisan itu adalah pikirannya, tapi kotak itu ga ada di kamu, jadi aku ga bisa liat pikiran kamu,” jawab Adrian.
“Hmm gitu ya (kok sama ya, jangan jangan dia dapat kemampuan itu dari jantung nya, oh ya tante pernah ngomong kalau kemampuan nya tidak bekerja pada suaminya karena suaminya juga sama...berarti ) hehe ternyata hehehe,” ujar Elsa.
“Loh kok malah ketawa, udah di bilang kan tadi jangan ketawa, emang ini sulit di percaya tapi ini bener, aku sama sekali tidak mengada ngada,” ujar Adrian dengan hati sedikit kesal.
“Bukan bukan, aku ketawa bukan karena kamu, boleh tanya ?” tanya Elsa.
“Apa ?” tanya Adrian.
“Kamu dapat kemampuan itu semenjak habis operasi ?” tanya Elsa.
“Kok tau ? tau darimana ?” tanya Adrian kaget.
“Hehehe...bener.....hehehehehe,” jawab Elsa.
“Lah malah ketawa, kenapa sih ?” tanya Adrian bingung.
“Ok karena kamu sudah cerita, aku juga cerita, kamu ingat kan waktu Erik datang ke apartemen hari pertama kita sekolah yang dia kehujanan ?” tanya Elsa.
“Iya inget, sama Yuni kan ?” tanya Adrian bingung.
“Iya bener, waktu itu kan kamu tanya, kenapa tolak dia, inget kan aku bilang apa ?” tanya Elsa.
“Kamu bilang dia banyak bohongnya dan janji janji ga jelas,” jawab Ardian.
“Bener, kenapa aku bisa bilang gitu, karena telinga ku ini peka jadi bisa mendeteksi detak jantung orang lain, aku bisa tahu dia bohong atau tidak walau wajahnya biasa saja dan meyakinkan, kamu percaya ?” tanya Elsa.
“Oh...jadi kamu mendeteksi aku tidak bohong makanya percaya ya,” jawab Adrian.
“Enggak tuh, kemampuan ku ini ga mempan sama kamu, mau tau ga alasannya ?” tanya Elsa.
“Apa tuh ?” tanya Adrian.
“Karena jantung om ada di dalam kamu, kemampuan ku ini ku dapat dari tante setelah selesai operasi, kamu juga gitu kan hehe,” jawab Elsa.
“Oh...kamu juga ya, aku pikir aku doang,” balas Adrian.
“Hehe iya, kita sama, selain itu, tante kan buta dari lahir, dia itu orangnya sangat peka dan dia bisa dengar pembicaraan orang dari jauh, intuisinya kuat, berkat itu kalau ada orang yang mendekat pada ku dengan niat tertentu, aku pasti menjauh kalau merugikan ku, ya seperti si Erik itu, walau aku tahu orang nya baik, tapi kalau bersamanya aku beresiko karena aku tahu dia tidak mungkin bisa menepati janjinya yang dia ucapkan tanpa dia pikir dulu, jadi mending ku tolak aja, beres, aku sebel sama orang yang omong besar tapi kosong,” ujar Elsa.
“Hmm...gitu ya, tante kebalikan om,” balas Adrian.
“Yap bener, tante pernah bilang gitu juga,” balas Elsa.
“Kalau om pake pikiran, kalau tante pakai insting, mereka berdua bener bener hebat,” ujar Adrian.
“Iya bener, trus mereka kerjasama, jadi tambah hebat dan saling menutupi kekurangan masing masing,” balas Elsa.
“Hmm bener, tapi sayang mereka cerai, entah gara gara apa, om ga cerita,” balas Adrian.
“Tante cerita, yah kalau menurut ku sih, dua dua nya salah, tante juga main menghakimi dan main marah aja, om juga diem aja ga ngajak ngomong baik baik, kalau merid udah lama gitu kali ya ?” tanya Elsa.
“Hmm gitu ya, tapi biarlah, toh pada akhirnya sama sama menyesal dan rujuk walau kita yang bantu mereka rujuk di depan kelas lagi, jadi ya case closed (menoleh menatap Elsa) syukur deh, ku pikir aku aja yang aneh, ternyata ada satu lagi yang aneh,” jawab Adrian.
“Enak aja, aku ga aneh, kamu juga ga aneh, kita spesial gara gara om dan tante...eh sebentar, emang kamu masih inget waktu di depan kelas kita ngomong apa ? bukan kita yang ngomong kan ?” tanya Elsa.
“Ya, memang bukan kita yang ngomong, tapi aku denger dan yang mengerikan dari pikiran om adalah dia inget apa yang dia denger walau dia ga sadar, jadi aku inget semuanya sampe detail, mau ku bacain lagi ?” tanya Adrian.
“Jangaaaan, udah cukup, aku malu banget waktu itu, beberapa hari ini aku sudah berusaha tidak mengingatnya lagi,” jawab Elsa sambil menutup mulut Adrian di depannya dan memalingkan wajahnya yang merah.
“Tapi berkat itu, kita jadi suami istri di sekolah, kalau aku sih cuek aja, kamu masalah ga ?” tanya Adrian.
“Ga masalah, aku juga cuek aja, malah bagus, yang mau macem macem jadi pada mundur hehe,” jawab Elsa.
“Sekarang jadinya gimana nih ? mau sekolah ?” tanya Adrian.
“Lah kamu gimana ? aku sih ok ok aja,” jawab Elsa.
“Ya udah yuk, berangkat,” balas Adrian.
“Ok pesan taksi dulu,” jawab Elsa.
Adrian dan Elsa berdiri menunggu taksi online datang, keduanya saling lirik walau pandangan mata mereka tidak bertemu,
“Makasih ya Elsa (Adrian) Adrian (Elsa) udah dengerin aku,” ujar keduanya dalam hati.