NovelToon NovelToon
Cinta Di Antara Kaset Dan Surat Cinta

Cinta Di Antara Kaset Dan Surat Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan
Popularitas:907
Nilai: 5
Nama Author: mom alfi

Di era 90-an tanpa ponsel pintar dan media sosial, Rina, seorang siswi SMA, menjalani hari-harinya dengan biasa saja. Namun, hidupnya berubah ketika Danu, siswa baru yang cuek dengan Walkman kesayangannya, tiba-tiba hadir dan menarik perhatiannya dengan cara yang tak terduga.

Saat kaset favorit Rina yang lama hilang ditemukan Danu, ia mulai curiga ada sesuatu yang menghubungkan mereka. Apalagi, serangkaian surat cinta tanpa nama yang manis terus muncul di mejanya, menimbulkan tanda tanya besar. Apakah Danu pengirimnya atau hanya perasaannya yang berlebihan?

“Cinta di Antara Kaset dan Surat Cinta” adalah kisah romansa ringan yang membawa pembaca pada perjalanan cinta sederhana dan penuh nostalgia, mengingatkan pada indahnya masa-masa remaja saat pesan hati tersampaikan melalui kaset dan surat yang penuh makna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom alfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Ketegangan yang Tersisa

Pagi itu, langit tampak cerah meski ada awan-awan tipis yang seakan enggan untuk pergi. Rina duduk di bangkunya di kelas, matanya sesekali melirik ke arah Danu yang duduk di meja sebelah, tampak fokus pada buku sejarah di hadapannya. Meski keduanya terlihat biasa saja di luar, ada ketegangan yang cukup terasa di antara mereka, terutama setelah perdebatan kecil yang mereka alami di kelas beberapa hari sebelumnya. Perdebatan yang, meskipun berakhir dengan tawa, meninggalkan perasaan canggung di antara mereka.

Rina tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. Dalam benaknya, ia berusaha meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa tidak perlu ada yang berubah. Namun, setiap kali ia bertemu Danu, rasa canggung itu datang lagi. Danu yang biasanya ceria dan suka bercanda, kini terlihat lebih pendiam dan sering kali menghindari tatap mata. Rina merasa aneh. Seolah-olah ada dinding yang terbentuk di antara mereka, meski mereka masih sering berbicara tentang hal-hal ringan, seperti musik, film, dan tugas sekolah.

Danu pun tidak jauh berbeda. Di dalam hatinya, ia merasa bingung dan cemas. Setelah perdebatan yang mereka alami, ia mulai merasa semakin sadar akan perasaannya terhadap Rina. Perasaan itu sudah ada sejak lama, namun ia selalu berusaha menahan diri, berpura-pura tidak ada yang berubah. Kini, setelah hampir mengungkapkan perasaannya dalam sebuah kalimat yang mungkin saja akan merusak semuanya, Danu merasa lebih ketakutan. Ia takut jika perasaannya diungkapkan, maka hubungan yang telah mereka jalin dengan nyaman akan berubah. Apakah Rina akan merasa sama? Ataukah semuanya akan berakhir kacau?

Namun, setiap kali Danu melihat Rina, rasa cemas itu semakin memuncak. Setiap percakapan yang mereka lakukan terasa terpaksa, seolah ada sesuatu yang mengganjal di dalam dada mereka berdua. Rina pun merasakannya. Ia mencoba bersikap biasa, seolah-olah tidak ada yang berubah, tapi ia tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa setiap tatapan Danu seolah membawa perasaan yang belum diungkapkan.

Di sela-sela waktu istirahat, Rina dan Danu bertemu di kantin sekolah, duduk di meja yang biasa mereka tempati. Mereka tidak segera memulai percakapan. Rina hanya menatap piring nasi goreng di depannya, sementara Danu meneguk minumannya dengan cepat. Lalu, seperti biasanya, mereka membahas topik-topik ringan. Tapi kali ini, setiap kata yang keluar dari mulut mereka terasa sedikit hampa. Rina tahu bahwa Danu menghindari topik utama yang sudah lama ingin mereka bahas.

"Rina," Danu akhirnya membuka suara setelah beberapa saat hening, "kamu masih suka lagu-lagu di kaset yang aku kasih kemarin?"

Rina menatapnya, sedikit terkejut. Untuk sesaat, ia melupakan ketegangan yang ada dan tersenyum. "Tentu, lagu-lagunya keren banget. Aku suka banget yang nomor tiga, tentang hujan itu."

Danu tersenyum tipis. "Iya, aku pikir kamu pasti suka. Lagu itu memang agak melankolis."

Rina merasa sedikit lega. Setidaknya, mereka bisa kembali ke pembicaraan biasa yang tidak melibatkan perasaan mereka. Namun, perasaan cemas itu tetap ada, mengambang di udara, tidak bisa dihindari.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan cara yang hampir sama. Rina berusaha untuk tidak terlalu memperhatikan Danu. Ia menghabiskan waktu dengan teman-temannya, mengikuti kegiatan di sekolah, dan sesekali mendengarkan kaset-kaset yang Danu berikan. Lagu-lagu itu selalu berhasil membuat hatinya sedikit lebih tenang, namun di sisi lain, mereka juga semakin mengingatkan Rina tentang betapa dalam perasaannya terhadap Danu.

Sari, sahabat dekat Rina, menyadari perubahan itu. Sari tahu bahwa ada sesuatu yang mengganjal di hati Rina. Dalam percakapan mereka, Sari sempat menggoda Rina, meskipun dengan cara yang halus.

"Rina, kamu kayaknya sekarang lebih sering dengerin kaset itu ya? Yang ada lagu 'Cinta Tak Harus Memiliki' itu."

Rina mendengus, cemberut. "Aku cuma suka lagu itu, nggak ada hubungannya dengan Danu."

Sari tertawa, menyenggol bahu Rina. "Ayo dong, jangan pura-pura nggak tahu. Semua orang tahu, kok, kamu suka sama dia."

Rina menunduk, mencoba menyembunyikan pipi yang mulai memerah. "Aku nggak tahu, deh. Tapi dia kayaknya nggak peduli, Sari."

Sari hanya tersenyum dan mengangguk, memberikan Rina sedikit waktu untuk merenung. Tapi Rina tahu bahwa perasaan itu tidak akan hilang begitu saja. Ia masih terus berpikir tentang Danu dan bagaimana cara untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya.

Namun, di sisi lain, Danu juga merasakan hal yang sama. Meskipun mereka sering bertemu dan berbicara, Danu tidak bisa menghindari kenyataan bahwa ia ingin lebih dari sekadar teman bagi Rina. Setiap kali ia memberikan kaset baru untuk Rina, ia merasa seolah-olah itu adalah cara untuk mengungkapkan perasaannya, meskipun tanpa kata-kata. Lagu-lagu yang ia pilih untuk Rina bukan sekadar lagu favoritnya, tetapi lagu yang ia rasa mewakili perasaannya yang selama ini terpendam.

Namun, ketika Rina mulai merasa lebih bingung dan cemas, Danu justru merasa semakin takut. Ia tidak ingin perasaannya disalahartikan. Ia tidak ingin merusak hubungan mereka yang sudah terjalin dengan begitu baik.

Ketegangan itu pun semakin terasa, dan meskipun keduanya mencoba untuk bertindak biasa, perasaan mereka yang saling mengikat semakin kuat, namun juga semakin sulit untuk diungkapkan. Mereka berdua tahu bahwa ada sesuatu yang harus diungkapkan, namun baik Rina maupun Danu masih belum siap untuk menghadapi kenyataan itu. Masing-masing memilih untuk menunggu, berharap ada tanda yang jelas, tapi tidak ada yang benar-benar tahu apa yang harus dilakukan.

Dan begitu, perasaan yang tidak terucapkan itu terus mengendap di antara mereka, seperti alunan musik yang tetap terputar di latar belakang, mengisi kekosongan yang ada.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!