NovelToon NovelToon
I Will Protect You

I Will Protect You

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Kyurincho

Demi menjaga kehormatan keluarga, Chandra terpaksa mengambil keputusan yang tidak pernah terbayangkan: menikahi Shabiya, wanita yang seharusnya dijodohkan dengan kakaknya, Awan.
Perjodohan ini terpaksa batal setelah Awan ketahuan berselingkuh dengan Erika, kekasih Chandra sendiri, dan menghamili wanita itu.
Kehancuran hati Chandra membuatnya menerima pernikahan dengan Shabiya, meski awalnya ia tidak memiliki perasaan apapun padanya.
Namun, perlahan-lahan, di balik keheningan dan ketenangan Shabiya, Chandra menemukan pesona yang berbeda. Shabiya bukan hanya wanita cantik, tetapi juga mandiri dan tenang, kualitas yang membuat Chandra semakin jatuh cinta.
Saat perasaan itu tumbuh, Chandra berubah—ia menjadi pria yang protektif dan posesif, bertekad untuk tidak kehilangan wanita yang kini menguasai hatinya.
Namun, di antara cinta yang mulai bersemi, bayang-bayang masa lalu masih menghantui. Bisakah Chandra benar-benar melindungi cintanya kali ini, atau akankah luka-luka lama kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyurincho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Colliding Hearts

Langit malam kota berpendar oleh cahaya lampu jalanan yang bersinar seperti bintang buatan, memantul di kaca mobil sedan hitam yang melaju mulus di jalan raya. Di dalamnya, suasana terasa begitu pekat meskipun tidak ada suara selain dengungan mesin yang lembut. Chandra menggenggam kemudi dengan tangan yang kokoh, rahangnya mengeras, matanya fokus menatap jalan di depan, tetapi pikirannya jauh terlempar ke makan malam yang baru saja mereka tinggalkan.

Di sampingnya, Shabiya duduk diam, tangannya melipat di pangkuannya. Ia memandang keluar jendela, tapi ekspresi di wajahnya menunjukkan bahwa pikirannya tidak sedang menikmati pemandangan malam. Ia menggigit bibir bawahnya, sebuah kebiasaan yang sering muncul saat ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu.

"Chandra," akhirnya ia memecah keheningan, suaranya tenang namun penuh kehati-hatian. "Aku ingin bertanya sesuatu."

Chandra meliriknya sekilas, lalu kembali fokus ke jalan. "Tanya saja," jawabnya singkat, nada suaranya terdengar santai, tetapi ada ketegangan yang tersembunyi di dalamnya.

Shabiya menarik napas dalam-dalam. "Apa kau masih mencintai Erika?"

Pertanyaan itu seperti percikan api yang langsung membakar udara di dalam mobil. Chandra mengencangkan genggaman di setir, ekspresinya tetap datar, tetapi matanya yang gelap menunjukkan bahwa pikirannya sedang berkecamuk. Ia tidak langsung menjawab, membiarkan keheningan kembali mengisi ruang di antara mereka.

"Kau tidak harus menjawab jika kau tidak mau," lanjut Shabiya, meskipun ada nada kepahitan dalam suaranya. Ia memalingkan wajah, berpura-pura tidak peduli, tetapi matanya mencerminkan kekecewaan yang tidak bisa ia sembunyikan.

"Ini bukan tentang tidak mau," akhirnya Chandra bersuara, suaranya rendah, hampir seperti gumaman. "Ini lebih rumit dari itu."

Shabiya memutar tubuhnya sedikit, menatap Chandra dengan alis terangkat. "Rumit bagaimana? Karena dari caramu melihat Erika malam ini, aku merasa... aku hanya pengisi kekosongan, formalitas untuk menjaga nama baik keluargamu."

Chandra mengerutkan kening, menahan napas sejenak sebelum mengembuskannya perlahan. "Jangan merendahkan dirimu seperti itu, Shabiya. Kau lebih dari sekadar formalitas."

"Lalu apa?" desak Shabiya, nada suaranya mulai naik. "Aku ingin tahu di mana posisiku. Aku tidak butuh simpati, Chandra. Aku hanya butuh kejujuran."

Chandra menghentikan mobil di lampu merah, kemudian menoleh padanya. Tatapannya tajam, menusuk, tetapi juga mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan—sebuah konflik batin yang mendalam. "Aku tidak tahu," katanya akhirnya, dengan jujur namun penuh beban. "Aku tidak tahu apa yang kurasakan terhadap Erika sekarang. Tapi yang jelas, apa yang ada di antara kita ini... bukan sekadar kewajiban."

Shabiya menatapnya lama, mencoba mencerna kata-katanya. Ia ingin membalas, ingin membantah, tetapi ada sesuatu dalam nada suara Chandra yang membuatnya terdiam. Sesuatu yang tulus, meskipun tidak sepenuhnya jelas.

Lampu berubah hijau, dan Chandra kembali menjalankan mobil. Untuk beberapa saat, mereka terdiam lagi, tetapi suasana di antara mereka tidak lagi sama. Ada ketegangan yang berbeda—bukan lagi ketegangan karena kesalahpahaman, tetapi sesuatu yang lebih mendalam, lebih intim.

"Aku hanya ingin kau tahu," kata Chandra tiba-tiba, suaranya lebih lembut sekarang. "Aku tidak suka melihat mereka mencoba memancing emosi kita malam ini. Awan dan Erika... mereka bukan masalahmu. Mereka masalahku."

Shabiya memiringkan kepala, sedikit terkejut dengan pernyataan itu. "Masalahmu?"

"Ya," jawab Chandra tegas. "Apa pun yang mereka lakukan, itu tidak akan mengubah apa yang ada di antara kita. Aku tidak akan membiarkan mereka mengganggu hubungan kita, Shabiya."

Ada keheningan lagi, tetapi kali ini Shabiya merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu Chandra bukan tipe pria yang berbicara hanya untuk menyenangkan orang lain. Kata-katanya mungkin tidak selalu sesuai dengan keinginannya, tetapi ia selalu jujur.

"Kau masih marah?" tanya Shabiya akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

Chandra tersenyum tipis, sudut bibirnya sedikit terangkat. "Kalau aku bilang tidak, itu bohong. Tapi aku lebih marah pada diriku sendiri karena membiarkan mereka memengaruhiku."

Shabiya tersenyum kecil, meskipun ia tidak ingin mengakuinya, ada sesuatu yang membuatnya merasa lebih baik mendengar pengakuan itu. "Kau terlalu keras pada dirimu sendiri."

"Dan kau terlalu keras kepala," balas Chandra cepat, tetapi ada nada geli dalam suaranya.

Shabiya mendengus pelan, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke luar jendela. Tapi kali ini, senyum kecil tersungging di wajahnya. Meski mereka belum sepenuhnya menyelesaikan semuanya, ada sesuatu yang berubah malam ini. Sesuatu yang membuatnya merasa bahwa apa pun yang mereka hadapi ke depan, mereka akan menghadapinya bersama.

***

Ketika mereka tiba di rumah, suasana malam yang hening menyelimuti bangunan megah itu. Lampu-lampu taman memancarkan cahaya hangat, menyinari jalan setapak menuju pintu utama. Chandra mematikan mesin mobil dan keluar terlebih dahulu, lalu bergegas membuka pintu untuk Shabiya. Gerakan itu sudah menjadi kebiasaannya, meskipun Shabiya selalu merasa bahwa ia bisa melakukannya sendiri.

"Aku bisa membuka pintu sendiri, kau tahu," gumam Shabiya sambil melangkah keluar.

"Aku tahu," jawab Chandra tanpa ragu, nada suaranya tetap tenang tetapi ada sedikit ketegasan yang membuat Shabiya memilih untuk tidak melanjutkan argumennya.

Mereka masuk ke dalam rumah, dan suara langkah kaki mereka bergema di lantai marmer. Shabiya melepaskan sepatunya, lalu melangkah menuju ruang tamu. Chandra mengikutinya, matanya tidak pernah lepas dari sosok istrinya.

"Kau ingin membahas ini lagi?" tanya Shabiya tiba-tiba, suaranya sedikit tajam. Ia berbalik menghadap Chandra, tangannya bertumpu di pinggang. "Tentang Awan dan Erika. Kau bilang itu masalahmu, tapi aku merasa mereka tetap memengaruhi kita."

Chandra menatapnya dengan intens, rahangnya sedikit mengencang. "Karena kau membiarkan mereka memengaruhimu."

"Oh, jadi sekarang ini salahku?" balas Shabiya, matanya menyipit.

"Aku tidak bilang begitu," kata Chandra dengan nada yang tetap tenang, meskipun ada sedikit ketegangan dalam suaranya. "Aku hanya ingin kau tahu bahwa mereka tidak layak mendapatkan perhatian kita."

"Mudah bagimu untuk mengatakan itu," jawab Shabiya, suaranya mulai bergetar. "Tapi kau tidak bisa mengabaikan fakta bahwa mereka pernah menjadi bagian besar dalam hidupmu. Erika... dia bukan hanya masa lalumu, Chandra. Dia adalah pengingat tentang apa yang kita hadapi sekarang."

Chandra melangkah mendekat, perlahan tetapi pasti, hingga jarak di antara mereka hampir hilang. "Shabiya," katanya dengan suara rendah, nyaris seperti bisikan. "Kau adalah istriku. Bukan Erika. Bukan siapa pun. Dan aku tidak akan membiarkan apa pun—atau siapa pun—mengubah itu."

Shabiya ingin membalas, tetapi kata-kata itu seakan mengunci bibirnya. Sebelum ia sempat memproses semuanya, Chandra tiba-tiba menariknya ke dalam pelukan. Bibirnya turun dengan cepat, tetapi tidak kasar, mencium Shabiya dengan intensitas yang membuatnya terkejut. Mata Shabiya membelalak, tangannya sempat menekan dada Chandra untuk mendorongnya menjauh, tetapi perlahan-lahan, ia menyerah pada perasaan yang mengalir melalui dirinya.

Ciuman itu penuh gairah, tetapi juga membawa rasa yang lebih dalam, lebih tulus. Saat akhirnya Chandra melepaskan dirinya, Shabiya menatapnya dengan mata yang masih melebar, wajahnya memerah.

"Apa... apa yang kau lakukan?" gumamnya, suaranya terdengar sedikit terengah.

Chandra tersenyum tipis, matanya berkilat. "Membuktikan bahwa kau adalah milikku. Dan aku adalah milikmu."

Shabiya terpaku, merasakan detak jantungnya meningkat. Ada sesuatu dalam cara Chandra berbicara — dalam kata yang ia ucapkan — yang membuat pertahanannya perlahan runtuh. Namun sebelum ia bisa menjawab, Chandra kembali bergerak cepat.

Tangan besar Chandra meraih wajahnya, memiringkan dagunya dengan lembut namun pasti. Sebelum Shabiya sempat memprotes, bibir Chandra sudah menyentuh bibirnya. Ciuman itu mendadak, mendalam, dan penuh emosi yang bercampur aduk — kemarahan, keputusasaan, namun juga rasa kasih yang begitu kuat hingga sulit untuk diabaikan.

Shabiya kembali terkejut, tubuhnya kaku selama beberapa detik. Tapi kemudian, seolah kehilangan kendali, ia mulai membalas. Tangannya yang semula menggantung di samping tubuhnya kini meraih bahu Chandra, mencengkeram kemejanya seolah mencari pijakan dalam badai emosi yang sempat meledak di antara mereka.

Ketika Chandra akhirnya menarik diri, napas mereka sama-sama terengah. Mata mereka bertemu, masing-masing memancarkan kebingungan sekaligus keintiman yang baru.

“Itu… bukan argumen yang adil,” gumam Shabiya akhirnya, suaranya serak.

Chandra tersenyum kecil, sebuah senyuman yang langka dan memikat. “Aku tidak pernah bermain adil, Shabiya.”

"Awan dan Erika," Chandra terdiam sesaat, matanya menatap Shabiya dengan intensitas yang hampir menakutkan. Ia menarik tubuh Shabiya lebih dekat, hingga jarak di antara mereka nyaris tidak ada. “aku tidak terobsesi dengan hidup mereka,” katanya pelan, tapi tegas. “Aku terobsesi untuk melindungimu. Aku tidak akan membiarkan mereka, atau siapa pun, melukai kita lagi.”

***

1
Kyurincho
Recommended
Kyurincho: /Heart/
total 1 replies
Coffeeandwine
Bagus
Kyurincho: /Drool/
total 1 replies
Anne139
knp sii brp dikit banget thor 😁😁😁 next
Kyurincho: lagi kendor nih semangatnya /Gosh/
total 1 replies
Anne139
ni laki bini modelan 2024 😂😂😂 next
Kyurincho: tiada hari tanpa gelud /Hey/
total 1 replies
ona
bener tuh badut sirkus, shabiya
Kyurincho: sebel yaa kaa sama Erika /Smirk/
total 1 replies
Anne139
aing lieur... pdhal tinggal blg dy telp krn mau batalin janji. udeh beres 🤦‍♀️ next thor
Kyurincho: udah bilang padahal, Chandranya ajah yang paranoid /Smug/
total 1 replies
Anne139
kuuuraaang thor... aduuuhh gantung euy
Kyurincho: ditunggu kelanjutannya besok yaa kaa /Kiss/
total 1 replies
Anne139
baaaguusss
Kyurincho: /Heart/
total 1 replies
Anne139
kenapa ga lsg diusir aj si tu cwe gatel... gw yg kesel. next
Kyurincho: /Facepalm/ mau diapain nih si Erika, nanti aku sampein Shabiya /Smirk/
total 1 replies
Anne139
next thor
Kyurincho: ditunggu ya kaa
aku update daily tiap jam 19.00
sambil nunggu boleh baca novelku yang lain 🤭
total 1 replies
Siti Amalia
plissss....up yg buannnyakkkkkk thorrrr
Kyurincho: sabar yaaa kaaa 😭
authornya kerja juga soalnya, jadi nyuri waktu senggang dulu, tapi aku usahain daily, makasih supportnya 🥰
baca juga novel aku yang lain yaa
total 1 replies
Nenti Malau
smngat thor lanjut
Kyurincho: komenmu bikin aku semangat ka, makasih banget 😭
total 1 replies
Faf Rin
padahal bagus ceritanya kenapa sepi
Kyurincho: ngga tau ka 😅
tapi makasih udah ngeramein 🥹
total 1 replies
Cahaya Langit
bagus
Kyurincho: makasih kaaa 🥹
total 1 replies
ona
full revisi kah??
Kyurincho: iya ka, saran editor karakter Shabiya kurang strong 😭
total 1 replies
ona
waduh, susah /Scowl/ dua-duanya ngeri /Shame/
Kyurincho: biasanya sama-sama ngatur, jadi ngga suka klo diatur 😅
total 1 replies
ona
selamat atas pernikahannya, shabiya dan chandra /Hey/
Kyurincho: /Facepalm/
total 1 replies
ona
wih keren banget, kakak /Applaud/ semangat ngetik lanjutannya /Determined/
Kyurincho: aaaaa makasih /Sob/
seneng banget ada yang komen
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!