Hati Yang Kau Sakiti

"Kamu serius mas?." Tanya Arini.

"Iya. Aku serius. Kalau kamu memang ingin tinggal disini, kita akan tinggal disini. Aku udah bicara dan meminta ijin sama ibu kamu, kalau kita akan tinggal disini. Jadi rencananya nanti rumah ini, kita sekat. Ibu sama adik kamu tinggal di bagian ruang tamu kita di bagian dapur " jelas Alfian.

"Apa?. Tapi apa ibu setuju?." Tanya Arini.

"Justru semua ini ide ibu kamu. Menurut ibu, rumah ini masih cukup luas kalau dibagi dua. Kamu nggak keberatan kan kalau kita menempati bagian dapurnya. Aku janji, aku akan bekerja keras biar kita bisa secepatnya bangun rumah kita." Jawab Alfian, membuat Arini terharu.

"Tapi... apa ibu dan bapak (mertua Arini) akan setuju?." Tanya Arini tidak yakin.

"Nanti aku yang ngomong sama mereka. Kamu nggak perlu mikirin itu ya."

"Tapi...."

"Udah, jangan banyak tapi. Pokoknya kita akan tinggal disini, sampai kita punya rumah sendiri." Pungkas Alfian.

Arini sangat senang mendengar semua ucapan Alfian, walau dalam hati dia tetap tidak yakin mertuanya akan mengijinkan rencana mereka itu.

Dan dugaan Arini ternyata benar, mertuanya tidak setuju dengan rencana mereka. Apalagi saat mertuanya mendengar Alfian dan Arini akan menyekat rumah bu Dasima, dan mereka tinggal di bagian dapur. Bukan karena tak enak pada besannya, tetapi sebagai orang yang cukup terpandang di kampungnya pak Hardiman merasa malu jika anaknya harus sampai menyekat rumah besannya, dan hanya tinggal dibagian dapur.

Walau rumah bu Dasima terbilang cukup besar, tetap saja dimata mereka (pak Hardiman & bu Ratih) rumah itu tidak terlalu layak untuk ditempati anaknya, karena rumah bu Dasima hanya rumah panggung yang sangat sederhana.

Pak Hardiman menawari Dani, menempati bagian dapur rumahnya yang menurutnya lebih layak untuk ditinggali, tapi Alfian menolak.

"Kenapa tidak?. Kamu lebih memilih tinggal di dapur bu Dasima dibanding disini yang jelas-jelas jauh lebih layak." Sergah pak Hardiman.

"Ini bukan masalah layak atau tidak layak pak. Tapi....."

"Apa ini kemauan istri kamu?." Tanya bu Ratih memotong ucapan Alfian.

"Tidak bu. Ini semua bukan karena dia. Ini...."

"Alah nggak usah bohong, ibu tahu kok pasti ini ide istri kamu kan?. Kalau tidak, kenapa nggak dari dulu aja kalian tinggal disana." Tukas bu Ratih.

"Apa ibu lupa dulu kami pernah berencana mau ngontrak rumah, tapi ibu dan bapak tidak mengijinkan dan meminta kami tinggal disini. Kami sudah menuruti kemauan ibu, jadi Alfian mohon kali ini ibu dan bapak memberikan ijin pada kami." Jawab Alfian.

"Ingat Alfian, kamu laki-laki yang sudah menjadi seorang suami. Seorang suami berhak membawa istrinya kemanapun termasuk membawa ke rumah ini. Istri kamu yang harus nurut sama kamu, bukan kamu yang harus nurut sama dia."

"Bu, ini bukan masalah siapa yang harus menuruti siapa. Justru karena Alfian seorang suami, Alfian ingin bertanggung jawab sepenuhnya pada istri Alfian."

"Tanggung jawab?. Jadi menurut istri kamu, kamu tidak bertanggung jawab, gitu?."

"Bukan itu maksudnya bu."

"Lalu apa?. Lagian kurang enak apa sih tinggal dirumah ini. Selama ini kalian gak perlu mikirin beli beras, beli lauk, lain cerita kalau kamu tinggal dirumah mertua kamu. Dari dulu seorang wanita atau istri itu pasti dibawa dari rumah orang tuanya untuk tinggal dirumah mertuanya." Kata bu Ratih

"Kalau memang begitu, lalu kenapa dulu setelah menikah mas Tedi tidak membawa mbak Nena tinggal dirumah ini bu?. Kenapa ibu tidak memaksa mbak Nena tinggal dirumah ini, seperti ibu memaksa Arini tinggal disini?." Tanya Alfian.

"Alfian....kamu berani sama ibu?. Gara-gara istri kamu, kamu berani melawan ibu sama bapak kamu?.'

"Maaf bu! Alfian tidak pernah bermaksud melawan atau kurang ajar pada ibu dan bapak, Alfian hanya ingin ibu dan bapak mengerti."

" Kamu yang seharusnya mengerti, bukan kami." Sergah bu Ratih. Alfian diam. Menurutnya percuma saja dia menjelaskan lagi, karena orang tuanya pasti tidak akan mengerti. Kedua orang tuanya tetap berpikir kalau mereka itu benar.

Tak ingin meneruskan perdebatan, Alfian memilih pamit meninggalkan rumah itu.

.

.

.BERSAMBUNG🌻