NovelToon NovelToon
Batas Kesabaran Seorang Istri

Batas Kesabaran Seorang Istri

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Balas Dendam / Konflik etika / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.7
Nama Author: Marica

Aluna Aurelia Pradipta memimpikan keindahan dalam rumah tangga ketika menikah dengan Hariz Devandra, laki-laki yang amat ia cintai dan mencintainya. Nyatanya keindahan itu hanyalah sebuah asa saat keluarga Hariz campur tangan dengan kehidupan rumah tangganya.

Mampukan Aluna bertahan atau memilih untuk pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ajakan Having S*x

Aluna bertepuk tangan, ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri, laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya bercinta dengan perempuan lain.

Sakit? Jelas

Marah? Jangan Ditanya

Namun dengan sekuat tenaga Aluna mencoba untuk menahannya. Menyembunyikannya dengan senyuman sinis terukir di bibirnya.

Elgar sendiri memilih untuk tidak menunjukkan diri, lantaran dirinya merasa muak dan jijik melihat pemandangan itu.

Hariz yang terkejut membelalakan mata. Dirinya tidak menduga akan kedatangan Aluna. Segera Hariz mengakhiri penyatuannya dengan Camelia, memungut celana pendek miliknya di lantai lantas memakainya.

Hariz nampak panik, berbeda dengan Camelia. Wanita itu dengan santai menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya kemudian melihat Aluna dengan menunjukkan senyumannya.

"Aluna." Hariz yang awalnya ingin mendekati Aluna dihentikan oleh isyarat dari Aluna sendiri.

"Tetap di situ!" perintah Aluna dengan menunjukkan telapak tangannya ke arah Hariz.

"Aluna … aku —"

"Diam!" tukas Aluna.

Pandangan Aluna mengarah pada Camelia dan kembali ke Hariz, menatap keduanya secara bergantian.

"Apa aku menganggu kalian?" Nada bicara Aluna terdengar sarkas tetapi santai.

Tidak ada jawaban apapun dari Hariz maupun Camelia.

"Kenapa kamu diam saja? Mas Hariz?" Aluna memberikan tekanan di dalam kata-katanya. "Kenapa? Kaget ya aku tiba-tiba ada di sini. Ck, ck, ck, sorry ganggu." Aluna tertawa sinis, pandangannya beralih pada Hariz yang masih menunduk. "Hebat kamu, Hariz. Kamu menyembunyikan hubunganmu dengan wanita ini begitu rapi. Bahkan kamu tega mengkhianatiku saat umur pernikahan kita baru seumur jagung!" teriak Aluna.

"Stttt! Jangan berteriak!" Camelia menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya. "Pelankan suaramu!" Camelia yang tadinya hanya diam mulai membuka suara. Perempuan itu juga beranjak dari tempat tidur mengambil kemeja Hariz yang tergelak di lantai lantas memakainya.

"Silahkan duduk. Kita bisa ngobrol baik-baik." Camelia dengan gaya santainya duduk di kursi yang ada di sudut ruangan, bersandar, dengan satu kaki disilangkan ke atas kaki lainnya.

Aluna juga tidak mau kalah, dirinya mengambil posisi duduk bersebrangan langsung dengan Camelia. Duduk dengan santai, menunjukkan pada madunya jika dirinya baik-baik saja.

"Minum," tawar Camelia.

Aluna mendengkus menatap wine yang ia tahu harganya tidak murah.

"Ini." Camelia menghidangkan wine dalam gelas crystal berkaki ke hadapan Aluna.

Aluna tersenyum sinis lantas mengambil minuman itu. "Apa yang ingin Anda bicarakan?" Aluna menggoyangkan gelas berisi wine sebelum meminumnya.

"Tidak ingin berterima kasih padaku lebih dulu?" tanya Camelia dengan pandangan mengejek pada Aluna.

"Untuk?" tanya balik Aluna datar.

"Jika bukan karena aku, kamu mungkin sudah jadi gelandang." Camelia meminum wine di tangannya.

"Benarkah?" Aluna kembali meminum wine, kali ini sampai habis. "Kalau begitu terima kasih." Aluna menunjukkan gelas kosong yang ada di tangannya kepada Camelia. "Terima kasih juga untuk wine-nya. Sangat enak."

"Sama-sama. Jangan sungkan padaku." Camelia menenggak habis wine di tangannya kemudian menaruh gelas kosong ke meja. "Mau lagi ?" tawar Camelia.

"Tidak, terima kasih," tolak Aluna.

"Ck, ck, sayang sekali," decak Camelia.

"Baiklah. Aku tidak akan berlama-lama di sini. Aku tidak ingin mengganggu kalian lagi." Aluna berdiri dengan santai. "Silahkan lanjutkan kegiatan kalian."

Aluna berbalik mengarah ke pintu, tetapi kembali berbalik menatap Hariz.

"Aku sudah mendapatkan pengacara yang nanti akan mengurus berkas perceraian kita," ucap Hariz. "Jadi kamu bisa bersenang-senang dengan wanitamu ini. Bebas!"

"Dengar, Aluna! Aku tidak akan pernah menceraikan dirimu," tolak Hariz.

"Kenapa? Apa itu artinya kamu akan menceraikan istri keduamu ini?" sarkas Aluna.

Hariz langsung diam seribu bahasa. Karena Hariz tahu tidak mungkin baginya untuk menceraikan Camelia, sebab wanita itu yang memberinya kejayaan. Jika berpisah dengan Camelia itu sama saja ia bunuh diri. Ditambah lagi tidak ada kejelasan dari Bramantyo group atas kerja sama yang ia tawarkan.

"Ha…ha." Camelia tertawa melihat diamnya Hariz. "Dia tidak akan bisa menceraikan diriku, Aluna. Apalagi Bramantyo grup sudah menolak untuk bekerja sama dengannya. Tapi … jika dia ingin menjadi gelandang silahkan saja ceraikan aku."

Aluna kembali menatap Hariz dengan marah.

"Dia juga tidak mau menceraikanmu sebab dia juga butuh orang untuk melayani dan mempersiapkan kebutuhannya di rumah." Camelia memainkan kuku-kukunya. "Aku berbaik hati, 'kan? Bersamamu kebutuhan dia terpenuhi, bersamaku dia mendapatkan kejayaan, uang, dan juga … kepuasan s*x."

"Benar seperti itu?" tanya Aluna pada Hariz.

Lagi-lagi Hariz hanya mampu diam.

"Diammu menjawab semuanya. Jadi kamu ingin memiliki keduanya?" Aluna tersenyum sinis.

"Apa salahnya, Aluna?" ujar Hariz.

Aluna menggeleng tidak percaya. "Kamu gila, Hariz!" geram Aluna.

"Aluna, kita bertiga pasti bisa hidup harmonis," bujuk Hariz.

"Kamu pikir aku sudi melayani pria yang juga melayani wanita lain?" hardik Aluna. "Keputusanku sudah bulat. Kita berpisah!"

Tidak ada apapun lagi yang bisa Aluna katakan dan lakukan. Perempuan itu pergi dengan perasaan hancur dan tanpa ekspresi. Kejadian saat itu membuat Aluna bingung menunjukkan ekspresinya. Apa yang harus ditunjukkan, sedih, marah, kecewa?

"Aluna," panggil Elgar.

Elgar yang sedang bersandar pada dinding depan kamar terkejut saat Aluna keluar dan meninggalkan dirinya begitu saja. Bukan itu saja, Elgar tertinggal saat Aluna masuk ke dalam lift.

"Sial!" umpat Elgar.

Alhasil Elgar harus mencari jalan lain.

Tangga darurat.

"Aluna." Elgar berhasil menyusul Aluna. Mereka kini sudah berada di basement hotel.

"Elgar …" Aluna menatap Elgar dengan matanya yang basah. Cairan bening itu bisa dipastikan akan keluar jika Aluna berkedip sekali saja. Benar saja saat Aluna berkedip cairan bening itu lolos dari matanya.

Elgar menggeleng lantas mengusap cairan bening yang ada dipipi Aluna dengan ibu jarinya.

"Aku benci Hariz!" Aluna berjongkok lantas menyembunyikan wajahnya di antara lututnya dan mulai terisak.

"Aluna, berdiri!" suruh Elgar. "Kamu janji akan bisa mengendalikan dirimu."

Aluna mendongak menatap Elgar dari bawah.

"Ayo berdiri!" Elgar mengulurkan tangannya ke arah Aluna. Perempuan itupun menerima uluran tangan Elgar tanpa ragu.

"Elgar …" Aluna berdiri menatap Elgar dengan tatapan teduh. "Ayo having se*x!"

"Apa?" Elgar jelas terkejut atas apa yang baru saja keluar dari mulut Aluna.

"Ayo kita having s*x," ulang Aluna.

"…"

Elgar terdiam, isi kepalanya seraya berhenti bekerja saat itu. Ia bingung untuk menjawab mau ataupun tidak.

"Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan, Aluna?" tekan Elgar

"Sadar!" Nada bicara Aluna sangat tegas. "Kenapa? Kamu tidak mau?"

"Aluna —"

"Kalau begitu aku cari laki-laki saja," tukas Aluna.

Aluna berbalik untuk meninggalkan Elgar, tetapi Elgar lebih dulu menarik lengan Aluna menariknya hingga tubuh Aluna menubruk tubuhnya.

"Apa kamu pikir aku akan membiarkanmu?" ucap Elgar pelan tetapi penuh dengan tekanan.

Tangan Elgar berpindah ke pinggang Aluna menekan pinggang wanita itu untuk mengikis jarak di antara mereka.

"Ayo lakukan! Tapi ingat satu hal, Aluna. Jangan memintaku untuk berhenti di tengah jalan." Elgar menatap Aluna intens. "Mungkin aku tidak akan bisa."

"Baiklah." Aluna mengangguk masih dengan tatapan bertemu dengan Elgar.

"Ayo." Elgar mengenggam tangan Aluna membawanya pergi dari tempat itu.

1
Anna Wamey
Lumayan
Linda Yohana
Luar biasa
Merica Bubuk
Hahahahhaaaaaa
Merica Bubuk
si Aluna khodam gesrek'y ucul 🤣🤣🤣
Echa: bisa aja nih kakak
Echa: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 2 replies
Merica Bubuk
Edgar = Densu
Aluna = ci Oliv
Duo gesrek 🤣🤣🤣
Merica Bubuk
Aci kek apa ?
Dicolok pake apa ?
Merica Bubuk
🤭🤭🤭 ky aq aja, mau lahiran minta sate maranggi
Echa: keturutan kan kak
total 1 replies
DN
batu sandungan si oma
DN
bejeg" dia....Elgar. pembaca jg sewot dan gregetan nih....sm Hariz.
Echa: 😂😂😂😂😂😂🙂
total 1 replies
DN
aku gk ngerti jalan fikiran Aluna....😠
Katherina Ajawaila
kasihan amat thour, baru baca udh ketemu sm kel Toxic yg ngk punya hati 🤢
Echa: maaf, maaf
total 1 replies
Azizah Hazli
Luar biasa
Risna Akbar
aku sangat suka jalan ceritanya
aryuu
makasih udah menghibur dengan karyanya tor
Echa: trima kasih kakak udah berkenan mampir 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Desy Ratnasari
karya yg bagus gk sabar baca karya mu yg lain lg author 😍
aryuu
berasa aneh banget sama aluna... bukannya diawal kisah dia pukulin suami sama ibu mertuanya gegara ga dikasih uang berobat ibunya

trus ga dikasi nafkah karna ibu mertuanya yg atur keuangan disuruh suruh sama ipar n mertuanya, parahnya suaminya diem aja

trus aluna punya otak sama perasaan kalo dia perlakuan seperti itu??? 🤣🤣🤣🤣🤣

aluna ini orang normal kan?????🤭🤭🤭
Echa: bukan Aluna yang gak punya otak othornya
total 1 replies
Enna
suka
Dewisartika Hutabarat
jangan bilang elgar itu anak orang kaya yang lagi menyamar ya Thor
Echa: gak deh, aku tutup mulut ko🤐
total 1 replies
Enny Sukaeni
mungkin aluna hamil
Safa Almira
suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!