Tidak pernah terbersit dibenaknya untuk menikah dalam waktu dekat, Namun karena kebodohan sang adik, yang ingin dirinya cepat menikah, Membuatnya terpaksa harus menikahi laki-laki yang bertubuh gemuk, berjenggot juga berkumis dan satu lagi berkacamata tebal.
"Apa ini karma?" ucap Julya saat dirinya melihat pantulan wajahnya dicermin, dengan riasan khas pengantin wanita.
"Iya benar ini karma bagiku, yang sering menyakiti hati pria." ucapnya lagi yang sadar sudah menolak banyak pria, yang datang melamarnya.
"Dan sepertinya kamu yang paling sakit hati. Riski. Maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikut saya !!
Malam telah berganti dengan pagi dan ya, tidak ada derama apapun lagi setelah Julya memejamkan matanya, begitu pun saat mereka bangun tidak ada derama Julya memeluk Radit atau sebaliknya. Kebetulan mereka memang tipe orang yang tidurnya diam, paling berganti posisi kiri kanan, setelah merasa pegal.
"Pagi sayang" ucap Radit yang ternyata baru bangun juga.
"Pagi." Jawab Julya tanpa sadar, karena masih belum sepenuhnya kembali dari alam mimpi.
"Tunggu. itu bukan suara Ayah." batin Julya dan dia langsung memastikan siapa yang berbicara.
"Astagfirullah, kenapa Bapak disini?" ucap Julya dan dia langsung melihat sekeliling kamarnya. Takut jika dialah yang salah menempati kamar.
"Maksud kamu apa?" Radit berkata seperti itu karena tidak tahu jika kesadaran Julya belum terkumpul sepenuhnya.
Julya yang malah mendapat pertanyaan dari Radit, tentu langsung berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum tidur dan setelah dia memgingat kejadian dihari kemarin dan semalam Julya pun langsung berkata. "Tidak pak, kalau begitu saya kekamar mandi duluan."
"Hem." Hanya itu yang keluar dari mulut Radit.
Beberapa menit berlalu, Julya yang sudah mandi dan berganti pakaian langsung turun untuk sarapan dan tepat setelah Julya duduk di meja makan Radit datang, dan kedatangan radit membuat Julya kaget sangat kaget.
Karena Radit datang sambil menyapa anggota keluarganya yang lain, seolah dia sudah lama mengenal Keluarganya, dan respon keluarganya pun sama, seperti sudah mengenal Radit sejak lama.
"Ini perasan aku, atau mereka memang terlihat seperti sudah saling mengenal." batin Julya dan Julya semakin dibuat bingung, saat Ayahnya juga Radit berbicara banyak, ngaler ngidul setelah selesai sarapan.
"Junny ini perasaan Kakak saja atau memang mereka terlihat sudah saling mengenal sejak lama." ucap Julya yang memang butuh pendapat orang lain atas penilaiannya.
"Cuman perasaan Kakak saja," itu jawaban Junny yang sama sekali tidak membuat rasa bingung Julya sirna, dan karena hal itu juga Julya kini beralih bertanya pada Memah Ratih dan karena Jawab Mamah ratih juga sama dengan Junny jadi Julya mencoba untuk berpikir jika itu memang hanya perasaannya saja.
"Mungkin benar hanya perasaanku saja" batin Julya.
"Mah aku pamit." ucap Julya yang ingin pergi bekerja.
"Mau kemana?" tanya Mamah Ratih yang memang tidak tahu Julya ingin pergi kemana.
"Kantorlah, kemana lagi." jawab Jilya sambil tersenyum karena sang mamah mempertanyakan hal yang menurut Julya lucu. ya lucu karena sang mamah pasti sudah tahu tujuannya pergi kemana.
"Lo kak, Bukannya Kakak sudah dikeluarkan dari kantor pak Radit." ucap Junny yang memang sudah di beritahu Radit Jika Julya sudah dikeluarkan dari perusahaan.
"Kata siapa?"
"Nak Radit yang bilang semalam." ucap Mamah Ratih dan Julya yang tidak terima sudah di pecat, langsung menghampiri Radit yang sedang duduk diruang keluarga dengan Ayahnya.
"Yah, aku pinjam orang ini sebentar." ucap Julya pada sang Ayah, dan Julya yang sudah mendapat izin langsung menatap Radit dengan sangat tajam sambil berkata "Ikut aku!"
Radit tentu langsung mengikuti Julya, dan disinilah mereka ditaman belakang Rumah orangtua Julya.
Julya yang marah sudah melipat tangannya di dada, dan tak lupa menghentakkan sebelah kakinya ketanah.
"Ada apa? kenapa kamu terlihat sangat kesal?" ucap Radit setelah berada didekat Julya.
"Menurut Anda, kenapa?" bukannya menjawab Julya justru balik bertanya, ya seperti wanita pada umumnya suka marah tanpa alasan yang jelas, dan saat ditanya kenapa, malah jawab pikir sendiri.
"Ayolah sayang, aku bukan cenayang, aku hanya manusia biasa dengan bobot tubuh yang berlebih."
Julya tersenyum meremehkan lalu setelahnya berkata "Kenapa Saya dipecat?"
"Oh, jadi ini yang membuat kamu kesal." ucap Radit yang kini tahu alasan Julya kesal padanya.
"Ya. Jadi kenapa saya dipecat?" ulang Julya.
"Karena kamu sudah menjadi istri saya." jawab Radit dengan sangat jelas.
"Oh ayolah, aku tahu di kantor Anda memang menerapkan peraturan yang melarang para karyawannya terlibat perasaan, tapi disini anda bosnya bukan, jadi saya rasa tidak ada masalah jika kita yang sudah menikah ini, bekerja disatu kantor yang sama."
"Bukan karena itu, alasan aku mengeluarkanmu dari perusahaan." ucap Radit yang sikapnya memang setenang itu saat menghadapi Julya yang sekarang. Yang suka marah-marah tidak jelas.
"Lalu karena apa?"
"Karena aku tidak ingin kamu bekerja, aku ingin kamu jadi ibu rumahtangga, mengurus rumah, Aku, dan anak-anak kita, seperti Mamah Ratih."
"Oh ayolah, jangan bercanda pak, ini tidak lucu. sumpah."
"Sayang, aku tidak bercanda, Aku Serius. Dan Kamu pasti tahu apa yang akan terjadi dengan adikmu. jika kamu tidak patuh."
Lagi dan lagi ancaman itu harus dilayangkan Radit agar bisa mrngontrol Julya.
Ingin julya mengamuk, memaki Radit saat itu juga, tapi karena dia bukan tipe orang seperti itu, alhasil dia hanya mengerutu sepanjang hari, tanpa rasa lelah.
ceritanya bagus
mampir kenovelku juga jika berkenan/Smile//Pray/
maaf, ya. keknya aku terlalu ikut campur sama dialog kamu🙏