Cindra gadis yatim piatu yang dipermainkan takdir, terpaksa menikah dengan anak dari sahabat orangtuanya; Hafiz, seorang tentara berpangkat letnan satu.
Namun perjalanan rumah tangganya tidak berjalan dengan mulus, dia harus menderita menahan dinginnya hidup berumah tangga.
Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang pria tampan yang mewarnai hari-harinya.
🩷🩷🩷 Happy Reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 ~
Setelah memesan makanan secara online mereka menonton film diruang keluarga. Beberapa film mereka tonton hingga tak sadar waktu sudah malam. Beberapa chat yang dikirim terabaikan.
Isno dan Cindra gelisah, sudah terlalu lama mereka diluar rumah. Beberapa kali panggilan dinas mengharuskan Isno kembali ke kesatuan, ia abaikan. Isno sadar resikonya teramat besar jika mengabaikan panggilan dinas. Hingga akhirnya Cindra memberanikan diri menelpon Hafiz.
Tut..tut..tut..
"hmmm..iya..cup..sshh"
Panggilan diangkat tapi suara yang didengar membuat gadis itu merinding
"Hallo mas Hafiz!" Cindra memberanikan diri memanggil
Hafiz terkesiap, dia mendorong tubuh Ranty dengan gugup menjawab telepon
"Kenapa menelpon" bentaknya
"Mas aku sudah bisa pulang gak? Udah malam ini loh. Mas Isno harus kembali ke barak. Kasian dia loh mas!" setengah berteriak Cindra memaki orang di seberang sana
Hafiz melihat jam di pergelangan tangannya
'Jam 21.00?!' plaakk! Dia menepuk keningnya
Dengan kasar ia memindahkan Ranty dari pangkuannya. Lalu menjauh untuk menelpon seseorang. Dia terbuai dengan godaan Ranty yang terus mencumbu dan menciumnya. Entah berapa kali kemesraan itu terjadi walaupun tidak bertindak lebih jauh seperti penyatuan sepasang suami istri.
"Tolong temani cindra malam ini, By"
Setelah dia menyelesaikan semua kelalaiannya, diakhiri meminta bantuan asisten Roby untuk memesankan kamar hotel untuk Cindra
"Sayang aku bermalam disini ya?!" Ranty dari arah belakang memeluk Hafiz
"Jangan begitu sayang, kita belum menikah. Nanti pamanmu kuatir"
"Mereka semua sedang ke luar kota, sayang. Besok sore aku akan kembali ke Jogja. Aku ingin menghabiskan malam ini ngobrol denganmu, boleh ya sayang?!"
"Aku minta izin ke pamanmu, jika diijinkan, Ok. Jika tidak, kamu harus pulang ya!"
Keadaan berpihak pada Ranty, pamannya mengijinkan Ranty bermalam. Hafiz menyiapkan kamar tamu untuk Ranty.
"Kamu tidur di kamar ini sayang, ayo aku antar"
"Kamu ko kaku banget sih, aku masih pengen pelukan sama kamu. Kita nonton lagi ya, oke?!"
Mereka menonton film sampai pagi, Hafiz sudah tidak bisa menahan kantuknya. Mereka tidur di sofa dengan berpelukan
Sementara Cindra yang bermalam di hotel, langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Badannya lelah ga karuan, menunggu adalah kerjaan yang paling menyebalkan, bukan?!
****
Tok tok tok
"Cindra, apakah sudah siap? Saya siap mengantar anda" Roby sudah berdiri di depan kamar hotel tempat cindra menginap
Ceklek
"Sudah siap pak Roby, kita akan pulang, kan?"
"iya cin, semalam pak Zay pesan anda harus diantarkan pagi ini. Bagaimana tidurnya semalam, apakah tidak ada kendala?"
"aku tidur nyenyak pak Roby" cindra tersenyum
"Jangan panggil aku bapak, aku masih lebih muda dari suamimu, panggil aku mas, maybe" lirik Roby
"baiklah, mas!" mereka tersenyum
***
Ceklek
Cindra membuka pintu masuk bersama Roby, saat melangkah ke ruang tamu mata mereka terbelalak dengan pemandang di depannya. Cindra memekik.
Roby menghalangi pemandangan Cindra dengan tubuh tinggi tegapnya, setengah memeluk.
Suara mereka mengusik dua sejoli yang sedang berpelukan di sofa dengan posisi intim.
"Ahh..kalian sudah datang?" Ranty terbangun
Hafiz menggeliat mengibaskan tangannya yang terasa kesemutan. Seketika matanya terbelalak melihat Roby yang memeluk Cindra
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Hafiz dengan nada tinggi
"Apakah anda sudah selesai, pak?" jawab Roby
'Selesai? Apa maksudnya?' gumamnya
Cindra berbalik dan melangkah keluar, Roby menyusul.
Seketika itu Hafiz tersadar, nyawanya baru saja terkumpul. Dia menyadari posisinyalah yang membuat oranglain ovt terhadap mereka
Dengan pikiran berkecamuk Hafiz meninggalkan Ranty di sofa, dia melangkah ke kamarnya. Di dalam kamar ia mondar mandir sambil berpikir. Dia putuskan membersihkan diri dulu di kamar mandi, sebelum menemui istri siri dan asistennya.
Ranty yang ditinggalkan begitu saja oleh sang kekasih, bergegas masuk ke kamar tamu untuk membersihkan diri
Pesan masuk ke chat Roby dari bosnya agar membawa Cindra kembali ke rumah
Dengan jantung yang berdegup Cindra kembali ke rumah ditemani Roby. Ia langsung menuju dapur, berniat membuatkan kopi untuk Roby sebagai ucapan terima kasih sudah menemani dan mengantarkannya kembali ke rumah. Tiba-tiba..
"Mba asisten, buatkan aku kopi dan sandwich ya. Ee..siapa namamu, aku lupa.."
Pertanyaan Ranty membuat Cindra dan Roby saling menatap
"C-Cindra"
"Apakah ini suamimu Cin? Mas Hafiz bilang kamu sudah menikah" tanya Ranty
"e-iya, ini istri saya!" jawab Roby
Hafiz yang baru saja menuruni tangga, terkejut. Matanya melebar tidak percaya dengan apa yang dikatakan asistennya di ruang makan
"Sudah punya anak?" tanya Ranty
Roby dan cindra tersenyum kikuk
"Sayang mau sarapan apa, Cindra sedang membuat sarapan" tanya Ranty melihat kekasihnya mematung di tangga
Cindra hanya terdiam menanggapi obrolan Ranty, tangannya sibuk mengoles roti dengan selai untuk sarapan Roby
Hafiz serba salah, dia canggung menghadapi keadaan ini.
"Ranty aku antar pulang sekarang, Roby tunggu saya di kantor. Pergilah ke kantor sekarang" Perintah Hafiz
"Aku mau sarapan dulu mas" rengek Ranty
"Kita sarapan di luar, sayang"
" Oke baiklah"
Dengan wajah tertunduk Hafiz keluar dari rumah menggenggam tangan Ranty , dia tidak berani menatap Cindra. Mood-nya berantakan.
"Owhh ya Tuhan, akhirnya mereka pergi" Cindra menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Kopi buatan kamu nikmat, Cin" puji Roby
"Terima kasih mas, rotinya jangan lupa dihabiskan"
"Mas kenapa tadi bilang aku istrinya mas? bisa salah paham nanti"
"Entahlah, aku hanya ingin menyelamatkanmu. Aahh..Habislah aku hari ini kena bogem pak Zay!!"
"Begini amat ya nasibku" Cindra memasang wajah sedih
Roby terenyuh.
******
Buggg...buggg...bruuggg
Plaak...plaakk..plaakk
"Apa maksudmu mengakui Cindra istrimu, hah!!" "Jawab Roby!!!"
Dengan wajah yang sudah memar karena pukulan atasannya, dia tetap diam tidak menjawab satu patah katapun
Duuughh!!! Tendangan dilayangkan
"Jawaabb!!" bentak Hafiz
"Anda yang memposisikan dia terpojok dengan pertanyaan pacar anda, pak!" "saya hanya membantu Cindra!"
"Apa dia yang memintanya!! Jawabb!!"
"Tidak"
Bugg!!
"Apa kau menyukainya, Roby?!"
"m_"
"Kukatakan sekali lagi, apa kau menyukainya?!"
"Saya tidak akan berani pak! Saya hanya kasian melihatnya gemetar dan menangis saat melihat anda berposisi intim dengan kekasih anda!"
Braaakkkk!!!
Hafiz menumpahkan semua barang yang ada diatas meja kerjanya. Sesungguhnya dia malu pada cindra, dan entah kenapa hatinya terbakar cemburu saat ada Laki-laki lain mengakui cindra sebagai istrinya.
"Keluar!!"
Roby bangkit dan meninggalkan ruangan CEO-nya.
****
Setelah membuat makan siang, Cindra membawa pakaian kotor Hafiz ke ruang laundry. Dia cuci semua pakaiannya hingga tak tersisa termasuk pakaian dalam.
Selesai kerjaan diruang laundry dia bergegas merapihkan ruang tamu yang ditinggalkan begitu saja oleh dua sejoli yang sudah memadu kasih. Hatinya bergemuruh, bukan cemburu lebih meratapi nasibnya yang akan menjadi batu sandungan bagi dua kekasih yang saling mencintai. Andai saja perjanjian laknat itu tidak ada, mungkin Hafiz dan Ranty sudah menikah dan sah melakukan hubungan intim, tidak akan berzina.
'Aku harus kuat, kejadian seperti tadi akan sering aku hadapi di kemudian hari. Sabarlah wahai diriku!" gumamnya
Setelah beres-beres rumah selesai, Cindra masuk kamar. Dia menghindarin bertemu dengan Hafiz.
Hafiz yang baru sampai di rumah jam 7 malam memperhatikan kondisi rumah yang sepi, rapih dan bersih.
Dibukanya tudung saji di meja makan, makanan hangat sudah menanti. Ketika matanya memindai seluruh ruangan, ia melihat tumpukan baju kotornya sudah wangi dan terlipat rapi di atas sofa ruang tamu.
'Rajin sekali dia' gumamnya
Hafiz berdiri lama di depan pintu kamar Cindra, tidak ada keberanian untuk mengetuknya. Hingga..
"apate..apate..apate..aha..aha"
Cindra membuka pintu kamar sambil menyanyi dengan headset menutup lubang telinganya
Seketika matanya terbelalak melihat pria tinggi menjulang di hadapannya
"Ahhhh..hantuuu!!" teriaknya dengan membanting pintu berbalik masuk
tok tok tok
"Cindra keluar!" "Kita harus bicara" teriak Hafiz
Lama pintu di buka hingga tangan Hafiz sudah melayang di udara untuk mengetuk kembali daun pintu kamar
Ceklek..
"Bikin kaget aja sih!" gerutunya
"Duduk di sana" tangan Hafiz mengulur menunjuk arah sofa
Dengan malas dia langkahkan kaki ke arah kursi yang ditunjuk.
Hening tidak ada yang memulai bicara.
"Saya tidak akan meminta maaf atas kejadian kemarin, karena kamu tau kan ini rumah saya?"
"Jadi kapanpun Ranty datang saya tidak akan melarangnya. Dia bebas datang kesini, karena nanti dia akan jadi nyonya rumah disini. Dan kamu tidak boleh cemburu!"
"Mengenai pengakuan Roby sebagai suami kamu, saya kecewa. Jangan terjadi lagi!"
Hening..
"Sudah boleh saya bicara Tuan?" tanya Cindra
Hafiz mengangguk, keningnya mengernyit 'Tuan dia bilang?!' batin hafiz
"Saya juga tidak berharap anda meminta maaf dan saya tidak sama sekali cemburu. Saran saya anda segeralah menikah, agar rumah ini tidak terkena kutukan. Anda mengertikan maksud saya?"
"Mengenai 'Suami palsu' Say-ya, saya tidak keberatan. Kenapa anda yang kecewa?"
"Menurutku mas Roby lebih melindungi daripada suamiku yang sesungguhnya"
Tangan Hafiz mengepal, matanya tajam menatap Cindra
"Kamu tidak tau akibat drama murahan tadi buatku?" geram Hafiz
"Apa?!" alisnya kanannya meninggi
"Bagaimana kalau orangtuaku tau?!"
"Tuan, urus saja hubungan terlarangmu dan aku urus status suami palsuku, selamat malam!!"
Dengan gusar Cindra meninggalkan Hafiz diruang tamu
"Aarrrggkk!!" Hafiz mengusap kasar wajahnya