Samantha diusir oleh ayah nya karena menolak pria yang dijodohkan oleh ayah nya,dia pergi kesebuhan kota dan tinggal disana untuk menunjukan pada ayah nya jika dia bisa bertahan hidup tanpa bantuan ayahnya.pada suatu malam Samantha menemukan seorang bayi laki-laki didepan rumah nya.
Karena iba Samantha memungut bayi itu dan berjuang membesarkan nya.tiga tahun kemudian Samantha kembali memungut seseorang didepan rumah nya.
Kali ini bukan bayi laki-laki,tapi seorang pria tampan yang hilang ingatan.siapa kah laki-laki itu?
Dan bagaimana perjuangan Samantha mempertahan kan bayi itu saat kedua orang tua sang anak kembali untuk meminta anak nya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden
Malam itu samar-samar terdengar suara tembakan dijalanan yang sepi.
Tampak dua mobil saling mengejar satu sama lain dan orang-orang yang berada didalam mobil saling menembakkan timah panas agar mengenai sasaran mereka.
"Sial!" maki Jhon. Dia sedang didalam mobil dan menjadi incaran dua orang musuh yang sedang mengejarnya.
Tangan kirinya terluka karena terserempet peluru yang ditembakkan salah satu dari musuh.
Malam itu dia sedang sendiri tanpa pengawal yang selalu mengikutinya, dia tidak ingin di ikuti karena Jhon ingin pergi kesebuah Cafe pinggir pantai untuk melihat apakah wanita yang bersamanya dihotel tiga tahun lalu masih ada disana atau tidak.
Dia terlalu sibuk dan melupakan wanita itu dan entah kenapa, dia jadi teringat dengan wanita itu dan ingin bertemu dengannya lagi.
Dia hanya ingin sendiri mencari wanita itu dan membawanya tapi siapa sangka malam itu musuhnya malah menyerang.
"Dor...dor.." Bunyi tembakan kembali terdengar karena musuh kembali menembaknya dibelakang sana.
"Trang...Trang!!" Peluru itu mengenai belakang mobilnya.
Dengan tangannya yang terluka Jhon segera mengisi selongsong pistolnya yang telah kosong.
Satu tangannya sibuk memegang stir agar mobilnya tetap bisa berjalan dengan stabil.
"Kurang ajar, jangan harap kalian bisa selamat dariku!"
Pria itu mengeluarkan tangannya dan mengarah kan pistol yang dipegangnya kebelakang.
Dengan keadaannya sekarang sangat sulit untuknya melihat sasarannya dan menembak musuhnya.
"Sial!" makinya lagi.
Pria itu menginjak gas mobilnya dengan kencang, dia tidak punya pilihan lain selain memacu mobilnya dengan cepat.
Tapi mobil musuh yang ada dibelakangnya juga menambah kecepatan dan mulai menyusulnya.
Dari kaca mobil musuh yang terbuka dia bisa melihat wajah orang yang ingin membunuhnya.
"Ha..ha..ha....Mati kau Jhon Smith!" teriak salah satu orang itu.
Orang yang berada disebelah pria itu menembakkan pistolnya tepat kearahnya.
Jhon segera menghindari tembakan itu dan kembali berfokus pada jalanan didepannya.
"Akan aku cincang kalian nanti." geramnya marah.
Saat mobil mereka sudah sejajar dengan cepat Jhon menyodorkan pistolnya kearah musuh dan menembakkan senjatanya berkali-kali.
Salah satu musuh sedang membawa mobil langsung menghindar tapi peluru itu mengenai tepat dikepala orang yang berada disebelahnya.
"Sialan, akan kubunuh kau!" maki orang itu saat melihat rekannya telah mati bersimbah darah.
Jhon menyeringgai puas, walaupun tangannya terluka tapi dia masih bisa membidik musuhnya dan mengenainya tepat sasaran.
"Jangan remehkan aku, tinggal satu lagi." ucapnya dengan dingin.
Dia kembali memacu mobil yang dibawanya sedangkan mobil musuh yang berada dibelakang tidak mau kalah dan masih menyusulnya.
Kepala Jhon mulai pusing sedangkan tangannya yang terluka terus mengeluarkan darah tanpa henti.
Tapi jika dia berhenti sama saja dengan mati dan kali ini dia akan menyelesaikannya dengan cepat.
"Hei Jhon! Kau bisa membunuh rekanku tapi tidak bisa membunuhku!" teriak musuhnya.
Jhon mengecek isi pelurunya yang tinggal satu, dia sudah kehabisan peluru dan malam ini dia harus benar-benar membidik musuhnya dengan tepat jika ingin selamat.
"Coba saja kalau kau bisa membunuhku!" teriaknya
Pria itu memperlambat mobilnya saat berada disebuah belokan, ini adalah kesempatannua dan kesempatannya cuma satu kali. Saat mobilnya dan mobil musuhnya sudah sejajar pada saat itulah dia bisa membidik kepala pria itu.
"Ha...ha..ha...Mati kau Jhon." teriak orang itu.
"Kesempatan."
Jhon memutar stir mobilnya hingga ban mobil itu berdecit dijalanan, kini mobilnya sudah berlawanan arah dengan mobil musuh.
Tidak buang waktu, Jhon segera membidik kepala orang itu saat mobil mereka telah sejajar dan?
"Dor!" peluru yang dia tembakkan melesat dengan cepat dan mengenai tepat dikepala orang itu.
Musuhnya langsung mati ditempat menyusul rekannya sedangkan mobil yang dibawa pria itu mulai oleng dan berjalan tidak karuan.
Jhon kembali memutar stir mobilnya agar berjalan seperti semula tapi mobil musuhnya yang telah mati meliuk-liuk dengan kencang didepannya.
Dia menginjak rem mobilnya dengan cepat untuk menghindari mobil musuhnya tapi terlambat dan pada saat itu juga mobilnya mengghantam mobil musuh dengan kencang.
Mobil Jhon terpental kesisi jalan sedangkan mobil musuhnya terbalik dijalanan.
Jhon mengumpulkan tenaganya yang tersisa untuk keluar dari mobilnya, dia harus keluar dari mobil itu karena bisa saja ada musuh yang lain dibelakangnya.
Kepalanya terasa sakit karena terbentur dan tubuhnya dipenuhi luka-luka.
Dia berjalan dengan terhuyung-huyung masuk kedalam sebuah komplek rumah yang tidak jauh dari sana.
Jhon berhenti disebuah rumah yang tampak sepi, pria itu terduduk dan menyadarkan dirinya dipagar rumah itu.
Dia sangat lelah, Jhon memegangi kepalanya yang terasa sakit karena terkena benturan.
Pria itu merogoh kantong celananya untuk mengambil ponselnya dengan susah payah.
Penglihatannya mulai buram dan sebelum dia bisa mengambil ponselnya untuk menghubungi asisten pribadinya pria itu sudah tidak sadarkan diri.
Tidak lama kemudian, bunyi sirine mobil polisi memecah kesunyian jalan.
Saat bus yang ditumpangi oleh Samantha dicegat oleh beberapa polisi dan dilarang lewat, Samantha melihat jalanan sejenak.
Tampak beberapa mobil derek dan ambulan terparkir disana.
Tempat itu sudah tidak jauh dari area rumahnya dan biasanya jalanan itu tidak terlalu ramai tapi sepertinya ada tabrakan beruntun disana.
"Pak, aku akan turun disini saja." pintanya kepada supir bus.
Jika dia menunggu bus itu jalan kembali mungkin bisa makan waktu satu jam, lagi pula tempat itu sudah tidak jauh dari komplek rumahnya.
Samantha keluar dari bus itu dan mulai berjalan melewati beberapa polisi yang sibuk mengecek tempat itu dan mengintrogasi beberapa orang.
Tampak dua mobil tergeletak dengan kondisi yang hancur dan tampak pula orang-orang yang menggotong keranda mayat menuju ambulance.
Samantha merinding ngeri, dia segera mempercepat langkahnya agar cepat pergi dari sana.
Dia tidak ingin melihat lebih jauh seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang melewati area itu.
Wanita itu bernafas lega saat sudah tiba dikomplek rumahnya, saat itu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
Karena restoran yang ramai sehingga membuatnya harus pulang malam, dia sudah menghubungi Anne dan meminta wanita itu menginap untuk menemani Edward.
Saat tiba didepan rumahnya mata Samantha terbelalak kaget.
Disana, didepan pintu pagar rumahnya tampak seorang pria sedang tak sadarkan diri.
Samantha melihat sekelilingnya yang tampak sepi, tengah malam seperti itu para tetangganya sudah terlelap semua.
Dia jadi teringat kejadian tiga tahun lalu saat memungut Edward.
"Ck..kenapa aku selalu menemukan sesuatu didepan rumahku." decaknya kesal.
Samantha membungkuk dan menyentuh pria itu.
"Hei..bangun.." panggilnya tapi pria itu tidak bergerak.
Samantha mengecek nafasnya dan pria itu masih hidup.
"Apa pria ini korban tabrak lari tadi? Haruskah aku laporkan hal ini pada polisi yang ada disana?" pikirnya.
Samantha menatap pria itu dan hatinya lagi-lagi iba, dia menarik nafasnya dengan panjang dan dengan sekuat tenaga dia memapah tubuh pria itu untuk membawanya masuk kedalam rumahnya.
not i'm promise