~Silahkan baca karya sebelumnya "Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru" supaya paham alurnya.
"Aku suka sama kamu"
"Tapi aku sudah menikah"
"Aku tunggu jandamu"
"Silakan saja"
Tidak ada yang menyangka, wanita yang menjadi dambaannya sejak lama ternyata istri dari sahabat nya sendiri.
Namun tidak ada yang mustahil di dunia ini, jodoh pasti bertemu.
Rafasya Dimas Anggara sejak lama mengagumi Tisya Andini, berulang kali dia menyatakan cinta pada Tisya namun Tisya selalu menolaknya. Tapi Dimas tidak menyerah begitu saja, setiap malam ia selalu meminta pada Tuhan untuk mempersatukan mereka.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
❤️❤️❤️❤️❤️ HAPPY READING ❤️❤️❤️❤️❤️
[Jika ada salah mata atau typo langsung komen aja ya guys❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️]
Tiga puluh menit kemudian dokter yang memeriksa Tisya keluar bersama beberapa suster.
Dimas berdiri dan menghampiri mereka.
"Suami pasien?" Tanya dokter itu.
"Iya dok, saya suaminya." Jawab Dimas.
Dokter itu menepuk pundak Dimas membuat Dimas kebingungan.
"Kami mohon maaf sebelumnya sebab..." Ucap dokter itu terputus.
"Sebab apa dok?" Tanya Dimas menyelah ucapan dokter itu.
"Sebab kami tidak bisa menyelamatkan kandungan istri bapak."
"Maksudnya dok, istri saya keguguran?" Tanya Dimas untuk memastikan.
Dokter itu menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Dimas.
"Kemungkinan istri bapak mengalami benturan keras di perut sehingga mengakibatkan keguguran."
Dimas berdiri dengan tatapan kosong, ia masih belum percaya dengan ucapan dokter itu.
Setelah dokter itu pergi Dimas langsung membuka pintu dan melihat istrinya tengah terbaring tak sadarkan diri akibat pengaruh obat.
Dimas tak langsung mendekati Tisya, ia duduk di kursi kemudian mengabari kedua mertuanya.
"Kak..." Panggil Tisya lirih namun dapat di dengar oleh Dimas.
'Tak tak tak'
Dimas berjalan mendekati istrinya dan berdiri di samping Tisya tanpa menyentuhnya.
"Kak anak kita." Ucap Tisya sambil menitihkan air mata.
"Puas kamu?" Tanya Dimas.
"Puas kamu sudah membuat anak kita ga ada? Kamu puas?" Tanya Dimas dengan menahan emosinya.
'Hiks hiks'
"Apa susahnya nurut sama aku hah, udah berapa kali aku bilang kalau di luar itu bahaya, kenapa kamu malah ngeyel?"
"Emangnya uang yang ada di ATM kamu kurang?" Emosi Dimas mulai tak tertahankan.
"Kamu sudah merusak semua rencana kita, kamu sudah membunuh anak kita." Dimas mendekatkan tubuhnya ke wajah istrinya sambil menunjuk wajah istrinya dengan jari telunjuk.
Tubuh Tisya terus bergetar, ia tidak sanggup menjawab ucapan suaminya itu.
'Hiks hiks' Tisya terus menangis.
Setelah itu Dimas keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju parkiran.
Saat ia hendak masuk ke dalam mobilnya tiba-tiba orang tua Tisya datang dan memanggil Dimas.
"Dim.." Panggil Nia.
Dimas menoleh ke belakang kemudian menghampiri mertuanya itu.
"Kamu mau ke mana?" Tanya Nia.
"Dimas mau keluar sebentar buk, titip Tisya ya." Ucap Dimas
"Tisya dirawat di mana?" Tanya Pras.
"Masih di IGD" jawab Dimas.
"Ya udah kalau gitu kita masuk dulu, kamu hati-hati ya." Ucap Nia.
Nia dan Pras masuk ke dalam rumah sakit dan langsung menuju IGD.
"Mbak pasien atas nama Tisya di mana ya?" Tanya Nia.
Suster tersebut mengantarkan Nia dan Pras masuk ke tempat Tisya.
Mereka berdua langsung menghampiri anaknya yang tengah menangis sesenggukan.
"Sayang kamu kenapa nak?" Tanya Dimas.
"Hiks hiks anak aku buk." Jawab Tisya.
"Kenapa? Anak kamu kenapa?" Tanya Nia.
Nia membuka selimut yang menutupi tubuh Tisya dan melihat perut anaknya.
"Kamu keguguran?" Tanya Nia.
Tisya menganggukkan kepalanya dan menangis lagi
"Hiks hiks Kak Dimas marah buk, aku udah bunuh anak Kak Dimas buk hiks hiks." Tangis Tisya pecah di pelukan ibunya.
Nia dan Pras hanya bisa menenangkan saja. Mereka tidak menyalahkan Tisya sebab musibah tidak ada yang tahu, tapi mereka juga tidak menyalakan Dimas karena wajar saja jika dia marah.
Dimas memarkirkan mobilnya di halaman rumah lalu ia keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah.
"Dang." Panggilan Dimas pada security yang ia perintah untuk memeriksa CCTV di rumahnya.
"Di belakang pak." Jawab Dadang.
Dimas menghampiri Dadang yang tengah berada di dekat gudang.
"Gimana?" Tanya Dimas.
"Kabelnya ga ada yang rusak pak, listriknya juga aman-aman aja." Jawab Dadang.
"Terus kenapa bisa mati?" Tanya Dimas.
"Ini pak colokannya di cabut." Jawab Dadang.
Dimas menghembuskan napas kasar, kemudian ia menyuruh Dadang untuk kembali ke pos.
"Ternyata memang sudah dia rencanakan" Ucap Dimas dalam hati.
Dimas lalu masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang untuk menenangkan dirinya. Sebab ia takut emosinya terpancing saat melihat istrinya.
Tak sengaja, Dimas malah terlelap. Ia terbangun saat mendengar suara panggilan telepon dari ponselnya.
[Bumer Nia]
📞" Assalamualaikum, Dim kamu di mana?"
"Waalaikumsalam, Dimas masih di rumah bu."
📞"Dim tolong ke sini ya, ayah sama ibu mau pulang, kasian Fian di rumah sendiri."
"Iya Bu, ini Dimas juga mau berangkat." Jawab Dimas bohong padahal ia baru bangun tidur.
📞 "Ya udah kalau gitu hati-hati ya."
'Tut tut tut'
Sambungan telepon telah berakhir, Dimas langsung bergegas ke kamar mandi setelah itu ia bersiap-siap.
Tak lupa ia juga membawakan pakaian ganti untuk istrinya.
"Buk aku takut." Ucap Tisya.
"Tenang aja ga usah takut, ibu yakin tadi Dimas marah-marah karena ia syok, belum bisa menerima kenyataan." Ucap Nia.
"Tapi kalau nanti Kak Dimas masih marah-marah gimana?" Tanya Tisya.
"Udah tenang, biar ayah nanti bilang sama Dimas." Ucap Nia.
"Beneran yah?" Tanya Tisya.
"Hemm bener apanya?" Pras bingung pasalnya dari tadi ia tidak menyimak obrolan mereka berdua.
Nia mengedipkan sebelah matanya memberi kode agar suaminya itu mengiyakan pertanyaan Tisya.
"Iya." Hanya itu kata yang keluar dari mulut Pras.
Nia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas setelah itu ia berpamitan untuk pulang.
Saat Nia dan Pras berjalan menuju parkiran mereka berpapasan dengan Dimas yang baru saja tiba
"Yah buk." Dimas mencium tangan kedua mertuanya.
"Kita pulang dulu ya Dim." Ucap Pras.
"Tisya udah di pindahkan ke kamar mawar nomor 3." Ucap Nia.
"Iya." Jawab Dimas.
"Hati-hati yah buk." Ucap Dimas.
Dengan membawa totebag berisi pakaian istrinya Dimas berjalan menuju tempat istrinya di rawat.
'Klek'
Dimas membuka pintu dan melihat istrinya sedang minum sambil berbaring.
Merasa kasian Dimas meletakkan tasnya di sofa kemudian menghampiri istrinya dan membantunya untuk minum.
"Lagi?" Tanya Dimas.
Tisya menggelengkan kepalanya.
Dimas melihat mata istrinya sangat sembab dan merah.
Dimas meletakkan botol minum istrinya di atas meja kemudian ia duduk di kursi yang ada di samping brankar.
Mereka berdua terdiam, larut dengan pikirannya masing-masing.
Hingga akhirnya Tisya meneteskan air matanya kembali.
'Hiks hiks'
Dimas tidak tega melihatnya. Ia mengulurkan tangannya kemudian mengusap air mata itu.
Bukannya tenang, Tisya justru tambah menangis.
TBC
❤️❤️❤️❤️Jangan lupa LIKE dan VOTE ❤️❤️❤️❤️
Dukung author terus supaya semangat nulisnya xixi
Tinggalkan jejak kalian setelah membaca novel ini, love you guys ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️