NovelToon NovelToon
Selamat Dari Tumbal Pesugihan

Selamat Dari Tumbal Pesugihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Kumpulan Cerita Horror / Tumbal
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alin26

Entah dari mana harus kumulai cerita ini. semuanya berlangsung begitu cepat. hanya dalam kurun waktu satu tahun, keluargaku sudah hancur berantakan.

Nama aku Novita, anak pertama dari seorang pengusaha Mabel di timur pulau Jawa. sejak kecil hidupku selalu berkecukupan. walaupun ada satu yang kurang, yaitu kasih sayang seorang ibu.
ibu meninggal sesaat setelah aku dilahirkan. selang dua tahun kemudian, ayah menikah dengan seorang wanita. wanita yang kini ku sebut bunda.
walaupun aku bukan anak kandungnya, bunda tetap menguruku dengan sangat baik.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Om Pras merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Suaranya mirip sekali dengan ayahku, alias kakaknya sendiri.

"Ma-s Te-di?" tanya Om Pras terbata-bata.

"Tolong aku Pras ...," balas Suara dari balik pintu.

"Jangan ganggu saya, Mas."

"Tolong ...."

Suara itu terus meminta tolong. Ada keinginan Om Pras untuk membuka pintu, memastikan apakah itu benar-benar ayahku. Namun, Om Pras mengurungkan niatnya.

Beberapa jam kemudian, suara itu menghilang. Aku jadi terbayang kembali, dengan peristiwa lima tahun lalu. Saat ada sosok yang menyerupai Mbok Wati mengetuk-ngetuk pintu. Hampir saja, aku membuka pintu. Untung ada Lastri yang menahanku. Mungkin Om Pras pun merasakan perasaan yang sama.

Tak lama setelah suara itu menghilang, Om Pras pun tertidur. Di dalam tidurnya dia mendapatkan sebuah mimpi. Tepatnya sebuah pesan dari ayahku.

"Malam itu, Om mimpi ada di pinggir sungai, tempat Om dan ayah kamu biasa maen semasa kecil," ucap Om Pras.

Om Pras duduk di pinggir sungai sambil mengamati aliran sungai yang cukup tenang. Tiba-tiba, ada seseorang yang datang dan duduk di sampingnya. Posisinya membelakangi Om Pras.

"Pras," ucap Sosok itu pelan. Dari suaranya Om Pras sudah tau itu adalah ayahku.

"Ya, Mas."

"Aku ngelakuin kesalahan besar, Pras."

"Kesalahan?"

"Kesalahan yang tidak termaafkan."

"Kesalahan apa, Mas?"

"Aku seorang pembunuh, Pras."

"Pembunuh? Maksudnya apa, Mas."

"Tolong aku, Pras. Tolong ...."

Om Pras menepuk pundak ayahku.

"Ada apa sebenernya, Mas."

Perlahan ayahku membalikan badan. Terlihat wajahnya yang hancur, dengan darah yang terus menetes di dagunya. Seketika itu, Om Pras berdiri dan menjauh.

"Tolong aku, Pras," ucap Ayahku sambil menatap ke arah Om Pras.

"Tolong bebaskan aku dari wanita itu!" lanjutnya lalu menghilang.

Om Pras pun terbangun dari tidurnya. Jantungnya berdegup kencang dan keringat bercucuran. Dilihatnya jam dinding menunjukan pukul lima pagi. Namun tidak ada keberanian dalam dirinya untuk beranjak dari tempat tidur.

Ketika matahari mulai meninggi dan cahayanya mulai memasuki celah-celah gordin. Om Pras pun bangkit, lalu pergi ke kamar mandi. Setelah cuci muka, dia langsung menyiapkan pakaian dan pergi ke kantor.

"Saking takutnya, Novita. Om mandi di kantor ayahmu," ucap Om Pras.

"Kalau aku jadi Om, mending tidur di hotel aja."

"Dulu, kenapa gak kepikiran sampe sana ya. Om malah tidur di kantor ayahmu."

"Bisa Novita tebak, dia datang ke sana, Kan?" selidikku.

Om Pras mengangguk. Benar dugaanku, ternyata sosok yang menyerupai ayah tetap mengikutinya sampai ke kantor.

*

Malam itu, kantor sudah sangat sepi. Semua pekerja sudah pulang, menyisakan Om Pras dan Satpam di gerbang depan. Sejak pagi, Om Pras memang sudah berniat untuk tidur di kantor ayahku.

Malam semakin larut, Om Pras merasakan perutnya mulai keroncongan. Lapar. Sialnya, dia lupa menanyakan nomor telepon satpam. Sehingga tidak bisa memintanya untuk membelikan sesuatu. Terpaksa, Om Pras bangkit dari sofa. Berjalan pelahan melewati ruang-ruang yang gelap.

Kriet!

Terdengar suara pintu yang terbuka, entah dari mana. Om Pras pun mempercepat langkahnya, menuju pintu ke luar. Sampai di luar gedung, dia pun bergegas menghampiri pos satpam. Di sana sudah ada Pak parto yang sedang asik menonton televisi.

"To," panggil Om Pras, cukup mengagetkan Pak parto.

"Eh ... maaf, Pak. Ada apa?"

"Bisa tolong belikan saya makanan."

"Bapak mau makan apa?"

"Di sekitar sini ada apa aja?"

"Malem-malem begini paling cuman nasi goreng atau sate ayam, Pak."

"Ya udah beliin nasi goreng, ini uangnya." Om Pras menyerahkan selembar uang 50 ribu.

"Saya tunggu di sini, Ya," lanjutnya.

"Baik, Pak."

Pak parto pun berangkat dengan mengendarai sepeda motornya. Sementara itu, Om Pras duduk di pos satpam sambil menonton televisi.

"Pras." Sayup-sayup terdengar suara seseorang memanggilnya. Namun, Om Pras tidak memperdulikannya. Malah menaikan volume televisi.

"Pras." Suaranya semakin terdengar jelas, seperti berada di dekatnya. Om Pras pun melihat ke luar pos satpam. Dia melihat seseorang sedang berdiri di dekat pohon, yang letaknya cukup jauh dari pos satpam.

Tut!

Bunyi klakson motor Pak parto. Sekian detik, pandangan Om Pras beralih ke arah Pak parto. Saat melihat kembali ke dekat pohon, orang itu sudah menghilang.

Om Pras mulai merasa curiga, bulu kuduknya pun meremang. Dia memilih untuk makan di pos satpam, daripada harus makan sendirian di dalam kantor.

Setelah makan dan mengobrol sebentar dengan Pak parto, Om Pras kembali ke dalam kantor untuk tidur. Dia kembali berjalan menyusuri ruangan yang gelap.

Saat melewati koridor panjang menuju ruangnya. Om Pras melihat sudah ada sosok yang menunggunya, tepat di depan pintu ruangnya.

"Pras," panggil Sosok itu.

"Mas, jangan ganggu. Kita udah beda alam," balas Om Pras.

"Sakit, Pras. Perih ...."

"Pras gak bisa bantu, Mas."

"Tolong." Sosok yang menyerupai ayahku itu berjalan mendekat. Om Pras pun tetap menjaga jarak, mundur perlahan. Kemudian, dengan cepat membalikan badannya dan berlari ke luar kantor.

Pak parto pun sampai dibuat bingung saat melihat Om Pras berlari ke pos satpam.

"Ada apa, Pak?" tanya Pak parto.

"Enggak," balas Om Pras sambil mengatur nafasnya.

"Mereka emang suka iseng, Pak."

"Mereka?"

"Bapak abis dikerjain penghuni kantor, Kan?"

Kali ini Om Pras tidak bisa mengelak. Dia pun menganggukan kepala, membenarkan ucapan Pak parto.

"Biasanya yang paling jail sih sosoknya Kuntilanak gitu, Pak," ucap Pak parto.

"Emangnya tadi bapak liat apa?" lanjutnya.

"Gak jelas sih, saya cuman liat ada orang berdiri di depan ruangan." Om Pras memilih untuk merahasiakan siapa sosok yang dilihatnya. Tidak mungkin dia mengatakan kalau itu adalah mantan bos Pak parto alias ayahku.

"Yaudah bapak di sini aja, bentar lagi juga pagi," balas Pak parto.

Om Pras pun menghabiskan malam dengan menonton televisi dan mengobrol di pos satpam. Setelah pagi, dia pulang ke rumah untuk beristirahat, karena tubuhnya sudah lelah dan mengantuk.

"Padahal waktu itu masih sore tapi ...." Om Pras menghentikan ucapannya, lalu menyeruput teh hangat.

"Sosok itu sudah muncul di hadapan Om," lanjutnya.

Sekitar pukul empat sore, Om Pras bangun dari tidurnya. Merasakan tubuhnya yang lemas dan lapar. Setelah mencuci mukanya, dia berjalan ke luar kamar menuju dapur. Mengecek apakah ada makanan yang bisa dimakan.

Bulu kuduknya meremang, saat melewati koridor menuju dapur. Entah mengapa, Om Pras merasa seperti ada yang mengikutinya. Namun, berkali-kali dia menengok ke belakang, tidak ada siapapun di sana.

Di dapur, Om Pras langsung membuka kulkas, melihat ada beberapa butir telur. Dia pun merebus telur untuk mengganjal perutnya. Sambil menunggu, dia duduk di dekat meja makan.

Bulu kuduknya kembali meremang. Diikuti bau anyir yang mulai tercium. Om Pras sangat yakin itu bukan berasal dari telur yang direbusnya, melainkan dari tempat lain.

Om Pras pun bangkit, membalikan badan menatap ke arah koridor. Tidak ada apa-apa di sana. Bergegas dia mematikan kompor, lalu mengangkat telur yang masih belum matang benar dan memakannya dengan cepat. Setelah selesai, dia kembali ke kamar.

Lagi-lagi tercium bau anyir yang sangat menyengat. Om Pras pun mempercepat langkah menuju kamar. Sampai di ruang tengah, langkahnya pun terhenti. Dia melihat ada sosok yang sedang duduk di sofa. Sosok itu terus menangis.

"Ayah?" selaku memotong cerita Om Pras.

"Iya," balas Om Pras.

"Dia terus meminta tolong untuk dilepaskan dari jeratan wanita itu," lanjutnya.

"Siluman Ular," ucapku pelan.

"Itu balasan untuk orang yang bersekutu dengan 'mereka'," ucap Tante Maria.

Aku pun setuju dengan ucapan Tante Maria. Bagaimanapun ayah harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.

"Apa yang Om lakuin? Apa Om berniat membantu ayah pada saat itu?" tanyaku.

"Waktu itu Om belum curiga kalau ayahmu ternyata menjadi tumbal pesugihan. Om kira, ayahmu gentayangan karena meninggal secara mengenaskan," balas Om Pras.

"Terus ... kapan Om tau kalau ternyata ayah itu pelaku pesugihan?" tanyaku.

"Pas Wanita itu datang dan menawarkan sesuatu."

1
Siti Yatmi
serem ih...kasian kevin sm leon...dijadiin tumbal..kaya sebentar doang..hidup ga lama mati..amit2
Raffa Rizki
Luar biasa
Siti Yatmi
serem ihh..kasian si mbok...
Siti Yatmi
kasian bunda juga jd korban....
Aditya Pratama
Bagus ceritanya
kagome
aq juga bisa klo cuma nasi sama mie apalagi masak aer pinter aq thor🤣
Siti Yatmi
ksian..pdhl dia ibu tiri yg baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!