Kyra terlahir sempurna meski dia tidak memiliki kehidupan yang sempurna.
Tumbuh menjadi gadis biasa membuatnya jauh bertalenta dari saudari-saudari tirinya yang penuh prestasi.
Kyra tumbuh sebagai gadis pemalu, pendiam serta lugu, tidak modis bahkan tidak mempunyai prestasi apa-apa.
Namun suatu hari takdir berkata lain dan mengubahnya menjdi berbeda, Kyra yang polos dan lugu berubah tiba-tiba menjadi gadis dewasa yang sempurna berkat adanya sebuah sistem misterius yang diperolehnya secara tak terduga.
Mampukah Kyra mencapai tujuan hidupnya oleh bantuan sistem misterius yang dia dapatkan itu ?
Mari kita saksikan setiap episodenya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Kisah Di Klinik
Klinik...
Dua orang dewasa tampak sedang berdiri di depan pintu ruangan periksa yang tertutup rapat.
Ibu tiri sangat cemas ketika dia menunggu kabar tentang Tabana dan Ifaya yang masih di dalam sana.
Perempuan paruh baya itu berjalan mondar-mandir sembari menautkan jari-jemari tangannya dengan perasaan gundah gulana.
"Bagaimana keadaan Tabana dan Ifaya ???" ucapnya lirih.
Ayah Ikram hanya memandangi tingkah laku istrinya yang terlihat kebingungan.
"Duduklah ! Biarkan dokter memeriksa mereka ! Sikapmu itu semakin membuatku terganggu saja !" kata ayah Ikram kesal.
Ibu tiri menghentikan langkah kakinya lalu membuang muka ke arah lain.
"Bagaimana kamu bisa berkata begitu padaku ?!" sahut ibu tiri seraya duduk di bangku klinik.
"Memangnya aku harus berkata apa padamu ??? Kenyataannya kau memang sangat mengganggu jika berjalan mondar-mandir seperti itu !" kata ayah Ikram bertambah emosi.
"Aku sangat cemas, tidakkah kau tahu itu, apa yang mengganggumu, kau hanya beralasan saja", sahut ibu tiri dengan wajah kesal.
"Kau tidak sadar juga, atau kau memang tidak mengerti kalau kau sangat mengganggu dan berisik", kata ayah Ikram.
"Apa kau ingin mengajakku bertengkar ?" sahut ibu tiri yang tersulut emosinya.
"Apa ?!" kata ayah Ikram terperangah kaget. "Berani betul, kau bersikap demikan pada suamimu ini !" sambungnya.
"Kau duluan yang menyebabkannya, dan membuat permusuhan diawal", sahut ibu tiri.
"Kau ?!" kata ayah Ikram terkaget-kaget.
Krieeet... !
Tiba-tiba pintu ruangan tindakan medis dibuka dari dalam ruangan, muncul dokter berpakaian serba hijau dengan masker di wajahnya.
"Maaf, apa kalian orang tua dari Tabana dan Ifaya ?" tanya dokter itu.
"Ya, saya ibunya", sahut ibu tiri beranjak berdiri dari atas bangku klinik lalu berjalan mendekat ke dokter.
"Maaf, sebelumnya pada anda, karena kondisi Tabana yang buruk maka kami tidak mampu menyembuhkannya, tapi saya sebagai dokter akan terus berusaha semampunya agar putri anda, Tabana pulih", kata dokter.
"Mengapa bisa begitu, dokter ?" sahut ibu tiri berubah gelisah.
"Memang kondisi Tabana sangat memprihatinkan, tubuhnya kaku bahkan sulit untuk digerakkan meski saya dan team medis berusaha membantunya bergerak", kata dokter.
"Ap-apa yang sebenarnya terjadi pada Tabana, putri saya, dokter ?" tanya ibu tiri.
"Sepertinya Tabana terkena penyakit aneh, tapi saya tidak dapat segera menyimpulkannya karena dibutuhkan berbagai analisa serta penelitian medis, untuk melihat kondisi Tabana yang sebenarnya", sahut dokter.
Dokter berusaha menyampaikan kesimpulannya dengan sangat hati-hati kepada ibu tiri, meski ibu tiri tidak mampu menerimanya dengan pikiran tenang.
"Apa masih bisa disembuhkan, dokter ?" tanya ibu tiri.
"Berharap saja agar putri anda kembali sehat, meski saya tidak bisa menjamin kesembuhannya seratus persen pulih sediakala", sahut dokter.
"Tuhan ?!" kata ibu tiri terkejut.
Hatinya hancur setelah mendengar penjelasan dari dokter yang mengatakan bahwa Tabana tidak dapat sembuh seratus persen seperti semula.
Tampak kedua mata ibu tiri berkaca-kaca sedih seraya menundukkan pandangannya.
"Tabana...", gumamnya lirih.
Ibu tiri menahan tangisannya yang hendak pecah lalu menatap cemas ke arah dokter.
"Lalu bagaimana dengan kondisi Ifaya ?" tanya ibu tiri.
"Kalau kondisi putri anda yang satunya, dia baik-baik saja, hanya tangannya terkilir, tapi sudah ditangani oleh team medis, mungkin sekitar dua atau tiga minggu lagi, dia akan sembuh sediakala", sahut dokter.
"Syukurlah, Ifaya baik-baik saja, terimakasih Tuhan masih memberikan kesempatan pada kami harapan lain dari Ifaya", kata ibu tiri.
Ibu tiri bernafas lega saat mendengar kondisi Ifaya yang baik-baik saja.
"Apa kami boleh pulang ?" tanya ibu tiri.
"Boleh, untuk Ifaya diperbolehkan pulang ke rumah, tapi untuk Tabana, sebaiknya anda tetap menaruhnya di sini sampai keadaannya membaik", sahut dokter dengan wajah serius.
"Artinya Tabana harus dirawat inap di klinik ini sampai kondisinya benar-benar pulih kembali", kata ibu tiri.
Dokter itu langsung mengangguk cepat.
"Betul sekali, Tabana harus dirawat inap di klinik ini sampai kondisinya kembali pulih, tapi jika anda dan suami tidak berkenan, maka kalian boleh juga membawa pulang putri anda ke rumah", kata dokter.
Ibu tiri terlihat canggung, diam-diam melirik ke arah ayah Ikram yang sedari tadi hanya terdiam saja tanpa bereaksi sedikitpun.
"A-aku akan membicarakan hal ini kepada suamiku, karena dia yang berhak memberikan pendapatnya", kata ibu tiri.
Dokter lalu menoleh ke arah ayah Ikram, memandanginya penuh tanya saat ibu tiri berbicara seperti itu.
"Maaf, apa anda ayah dari Tabana ?" tanya dokter.
"Ya, saya ayah sambungnya", sahut ayah Ikram.
"Bagaimana menurut anda sebaiknya dengan kondisi Tabana saat ini ? Apakah anda berkenan jika Tabana di rawat di klinik ini ?" tanya dokter.
Ayah Ikram melirik diam-diam ke arah ibu tiri lalu berdehem pelan.
"Bukan saya menolak untuk membayar uang perawatan klinik, tapi terus terang saja, bisnis saya sedang mengalami pasang surut, saya tidak keberatan jika Tabana di rawat disini, sayangnya saya tidak mememiliki uang cukup saat ini", kata ayah Ikram.
"Baiklah, saya akan memberinya obat saja, mungkin tindakan itu dapat membantu Tabana membaik meski tidak seratus persen sembuh", sahut dokter.
"Ehk, tidak masalah, saya menerima saran itu, mohon maaf, jika saya tidak bisa mengikuti saran dokter agar Tabana dirawat disini", kata ayah Ikram.
"Yah, baiklah, terserah pada anda sekalian, jika menurut kalian itu jalan yang terbaik maka saya hanya bisa menyarankan saja, dan saya akan memberi resep obat untuk pengobatan di rumah, sekarang saya sudah memberi Tabana obat sampai seminggu", sahut dokter.
Dokter tersenyum tipis lalu berpamitan pergi dari hadapan ayah Ikram dan ibu tiri.
Tiba-tiba ibu tiri marah seraya mendorong kasar tubuh ayah Ikram yang sakit-sakitan itu.
"Apa maksud ucapanmu itu ?" kata ibu tiri.
"Maksudmu apa, aku tidak mengerti ?" sahut ayah Ikram.
"Kau bilang tidak punya uang padahal kami telah memberimu uang dari hasil siaran televisi Tabana dan kau juga bilang usahamu sedang pasang surut", kata ibu tiri melotot marah.
"Pada kenyataannya itu benar adanya, usahaku sedang tidak menentu kondisinya, kadang laba, dan kadang rugi", sahut ayah Ikram berbohong.
"Kau bohongkan ? Dengan beralasan bahwa usahamu sedang sulit sekarang, tapi sebenarnya kau enggan membayar biaya pengobatan untuk Tabana di klinik ini !" kata ibu tiri.
"Untuk apa aku berbohong ???" sahut ayah Ikram membela diri.
Ayah Ikram berpura-pura tidak mengerti dengan maksud ucapan dari istrinya itu.
"Kau menyangkalnya lagi ! Dan kau berkata bahwa kau sedang kesulitan di bisnismu padahal tidak !" kata ibu tiri.
"Aku tidak berbohong padamu, untuk apa aku melakukannya, sungguh hal yang tidak masuk akal jika aku membohongimu", sahut ayah Ikram.
"Katakan padaku dengan sejujurnya ! Apa kau memang tidak ingin Tabana dirawat disini ?" kata ibu tiri.
"Tidak...", sahut ayah Ikram seraya menggeleng pelan.
"Kau bohong lagi !" kata ibu tiri dengan suara meninggi.
"Untuk apa aku membohongimu ??? Aku benar-benar tidak memiliki uang sepeserpun saat ini, untuk biaya pengobatan Ifaya saja sudah memakan uang banyak, apalagi ditambah biaya untuk Tabana", sahut ayah Ikram.
"Mana uangmu ? Coba aku lihat !" kata ibu tiri sembari menarik paksa saku pakaian ayah Ikram.
Ibu tiri menemukan beberapa lembar uang di dalam saku baju milik ayah Ikram lalu mengambilnya paksa.
"Ini apa ? Kau bilang tidak punya uang, tapi kau menyimpan sejumlah uang dalam saku bajumu, kau pandai sekali menipuku !" kata ibu tiri sambil menghitung lembaran uang ditangannya.
"Astaga, itu modal usaha, dan aku hendak membeli obat untukku", sahut ayah Ikram berkelit.
"Kau pembohong besar, rupanya ! Pandai sekali kamu menipuku dengan mengatakan kau tidak punya uang, tapi sebenarnya kau mempunyai uang !" hardik ibu tiri sembari melengos kesal.
"Aku tidak berbohong !" sahut ayah Ikram membela diri.
"Kau pintar sekali mencari-cari alasan !" kata ibu tiri sembari melirik sinis.
"Tidak ! Aku tidak seperti yang kau tuduhkan itu !" sahut ayah Ikram berusaha meyakinkan istrinya.
Namun ibu tiri tidak lagi mendengarkan ocehan ayah Ikram, dia berlalu pergi dari hadapan ayah menuju ke dalam ruangan medis, dimana Tabana dan Ifaya masih disana.
Terlihat ayah Ikram yang putus asa karena uang miliknya dari Kyra diambil paksa oleh ibu tiri padahal dia akan membeli obat untuknya dan rencananya uang itu akan dipakai buat tambahan modal usaha meski uang pemberian Kyra sebagian disimpannya di dalam lemari besi di rumah, tapi dia tidak ingin menghabiskan semua uang itu.
Ayah Ikram menghela nafas panjang lalu mendongak sedih, hatinya benar-benar kecewa saat melihat keadaan keluarganya sekarang ini, dia berpikir bahwa semua ini adalah kesalahannya juga, sesaat kemudian, dia pergi meninggalkan klinik seorang diri dan tidak berpamitan pada istrinya.
selamat akhirnya bisa juga, nih thor...
semangat ya... 👍💪