Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Cean akan berangkat ke London minggu depan, mereka akan berpisah hingga nanti saat Cean kembali dan mengurus perceraiannya dengan Nadlyn enam atau tujuh tahun mendatang.
Setiap malam, Nadlyn selalu merasakan lapar dan keluar dari kamar hanya untuk mencari makanan di dapur, Nadlyn tak pernah bosan memakan cake manis yang berada di kulkas. Bahkan Disya yang memperhatikan hal itu dengan peka slalu saja membelikan berbagai macam cake untuk Nadlyn dengan menyimpannya di dalam lemari pendingin itu.
Diam diam Cean pun tau jika Nadlyn selalu bangun tengah malam untuk mencari makanan di dalam lemari es, bahkan sesekali Cean melihat dari jauh Nadlyn yang tengah memakan cake sambil sesekali berbicara dengan bayi yang masih berada di dalam perutnya sambil mengusap perutnya. Bahkan Nadlyn slalu tersenyum saat ia menunduk seolah melihat perutnya.
Ada perasaan berdesir di hati Cean, namun Cean slalu menepisnya. Ia tidak ingin rencana keberangkatan yang hanya tinggal beberapa hari lagi gagal kembali.
Dan pagi harinya, telinga Cean terbiasa mendengar suara dari dalam kamar mandi, yaitu suara Nadlyn yang slalu saja muntah di pagi hari. Namun hal itu tidak membuat Cean berempati, bahkan Cean masih saja bersikap acuh, Cean hanya membatasi dirinya agar keputusannya untuk meneruskan studynya diluar negri tidak gagal kembali.
Nadlyn pun mulai terbiasa dengan sikap Cean yang acuh, Nadlyn menyimpulkan jika sedari awal memang Cean tidak menginginkan bayinya, bahkan hingga detik ini Cean tidak pernah bertanya sekalipun bagaimana kondisi bayi yang tengah di kandung oleh Nadlyn.
Nadlyn tengah melihat isi ponsel, ia melihat rujak uleg dengan irisan mangga, matanya berbinar sambil menelan salivanya, tangannya mengusap usap perutnya, "Sabar ya, aku akan mencarikan untukmu." Ucapnya lirih namun terdengar oleh Cean.
Nadlyn berdiri dari duduknya, ia meraih cardigannya dan tas selempang kecil andalannya. Nadlyn juga memakai topi untuk melindunginya dari teriknya sinar matahari.
Cean diam diam mengikuti Nadlyn, ia berjalan dengan menjaga jarak. Rumah Nanda terbilang terdepan di sebuah komplek mewah, sangat dekat dengan kawasan wisata kuliner di dalam komplek itu.
Nadlyn berjalan dan mengamati setiap gerobak, ia mencari penjual rujak uleg. Wajahnya langsung ceria ketika melihat penjual dengan grobak berwarna coklat.
Dengan segera Nadlyn memesan satu porsi dan di bungkus oleh mika, Nadlyn segera menuju taman dan duduk di dekat air mancur, ia membuka bungkusan rujak dan segera memakannya.
"Kamu pasti suka." Nadlyn mengusap perutnya sambil mengajaknya berbicara. "Aku akan memenuhi apapun yang kamu inginkan, tapi aku mohon kamu mau bekerja sama denganku, jangan menginginkan hal yang sulit ya, kamu tau kan aku berusaha seorang diri, jadi aku mohon kerjasamanya ya. Oke?" Nadlyn tersenyum kemudian kembali memakan rujaknya.
Meski dengan wajah berseri, namun tenyata air mata tetap keluar dari mata Nadlyn, dengan segera Nadlyn mengusapnya. "Aku tidak menangis, kamu jangan mengkhawatirkanku." Kata Nadlyn pada calon bayinya. Namun Nadlyn terlalu terbawa perasaan, membuatnya malah semakin menangis dan Nadlyn meletakan mika berisikan rujak itu untuk menutup wajahnya, Nadlyn menangis dengan tubuh bergetar, "Maafkan aku jika belum bisa menjadi ibu yang bahagia untukmu."
Cean yang melihatnyapun merasakan rasa sakit itu, namun Cean yang saat itu masih berusia belum genap delapan belas tahun itupun masih memiliki sikap yang labil. Usia yang terlalu muda tidak membuatnya siap untuk menjalankan rumah tangga apa lagi memiliki seorang anak.
Dengan segera Cean meninggalkan taman dan kembali menuju rumah, tinggal dua hari lagi keberangkatannya dan Cean tidak ingin apapun merubah keputusannya.
**
Hari yang di nanti pun tiba, Cean sudah siap akan keberangkatannya sore nanti. Selama satu minggu ini, Cean dan Nadlyn sama sekali tidak berbicara, meskipun mereka tinggal di dalam satu kamar yang sama.
Demi menghormati kedua orang tua Cean, Nadlyn ikut mengantar kepergian Cean ke bandara.
Cean berpamitan dengan memeluk Nanda, ia sangat berat meninggalkan sang Mommy yang begitu menyayanginya. Selesai berpamitan dengan Nanda.
Cean memeluk Pras, "Segera selesaikan studymu dan kembalilah. Ada istri dan anakmu yang menunggu, ingat pesan Daddy."
Cean hanya mengangguk. Kini giliran ia menghampiri Nadlyn, Pras sengaja memberi ruang pada Cean dan Nadlyn dengan mengajak Nanda menjauh dari mereka.
"Aku minta maaf." kata Cean dengan lirih.
Untuk terakhir kalinya Nadlyn menatap wajah Cean, "Pergilah, dan kembalilah untuk mengurus perceraian kita."
Hati Cean terasa sakit saat mendengar perkataan Nadlyn, namun lagi lagi Cean menepisnya.
Ingin rasanya tangan Cean terulur untuk mengusap perut Nadlyn, namun ia terlalu egois untuk melakukannya.
"Cean..." Panggil Nadlyn dengan lirih dan Cean menatap wajah Nadlyn yang hilang keceriaannya semenjak Cean merenggut kehormatan dan masa depan Nadlyn.
Nadlyn menatap kedua mata Cean, "Bolehkah aku meminta satu permintaan?" Tanya Nadlyn. "Satu permintaan yang pertama dan untuk yang terakhir kalinya." Ucapnya lagi.
"Katakan.." Balas Cean.
Nadlyn menghela nafasnya sejenak, ia merasa ragu jika Cean akan mengabulkan permintaannya, namun entah mengapa Nadlyn berani mengatakannya.
"Sapa lah Dia, Cean. Sapa lah Dia untuk yang pertama dan terakhir kalinya, jika kamu tidak bisa, tolong sapa Dia sebagai anak dari sahabatmu, bukan sebagai anakmu." Lagi lagi air mata Nadlyn meluncur dengan bebas, Nadlyn sangat berharap jika Cean mau mengabulkan permintaannya sekali ini saja.
Tanpa di duga, Cean berlutut dengan satu kakinya, ia memeluk perut Nadlyn dan mendaratkan keningnya percis di depan perut Nadlyn. "Maafkan aku, sungguh aku tidak bermaksud untuk menyakiti kalian. Hiduplah dengan baik meski tanpa aku, jadilah anak yang baik dan jagalah Mommymu, aku mohon jangan benci aku." Cean mengecup sekilas perut Nadlyn, kemudian segera berdiri dan meninggalkan Nadlyn yang masih menangis sambil memeluk perutnya sendiri.
"Berbahagialah Cean, aku melepasmu." Lirih Nadlyn dan tubuhnya merosot ke lantai, Nadlyn memangis saat punggung belakang Cean menghilang dari pandangannya. Pras dan Nanda segera menghampiri Nadlyn dan menguatkannya.
"Cean pergi, Mom. Cean memilih pergi." Ucap Nadlyn hampir tidak terdengar.
"Mommy akan menjagamu, Sayang. Mommy akan menjagamu dan anak kalian." Kata Nanda yang merasa iba pada menantu kecilnya itu.
Namun tubuh Nadlyn terlalu lemas, Nadlyn pingsan dan tak sadarkan diri di dalam pelukan Nanda, Pras segera mengangkat tubuh Nadlyn dan membawanya ke mobil, ia segera memeriksa kondisi Nadlyn dan segera membawanya pulang ke rumah.
Nanda merasa tidak tega pada Nadlyn, tubuhnya terlihat lebih kurus, wajahnya pucat dengan mata yang bengkak.
"Maafkan putra Mommy, Nadlyn. Mommy bersalah padamu." Kata Nanda sambil memeluk Nadlyn sepanjang perjalanan menuju rumah.
Sementara itu, Cean sudah duduk di dalam pesawat, ia melihat ke arah jendela seolah bisa melihat Nadlyn dari sana. "Maafkan aku, Nad. Selamat tinggal."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bagaimana menurut kalian untuk part ini?
Dukung aku dengan like dan komentar ya,
Terimakasih jg untuk yg sudah kasih aku hadiah, yang masih punya jatah vote, bantu dukung novelku ya 🤗
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .