Kihana Betaria Lutfi terpaksa menerima perjodohannya dengan pria yang sangat ia benci.
Ayahnya mengatakan jika keluarga nya memiliki hutang pada keluarga Dude yang tidak bisa di lunasi dan keluarga Dude menginginkan Hana menjadi istri dari anak pertama mereka bernama Reynan Dude yang juga merupakan guru di tempat Hana sekolah.
Pernikahan mereka di rahasiakan dari seluruh guru dan pihak sekolah karena Hana tidak ingin di keluarkan dari sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Setelah makan malam Hana ikut bergabung dengan kedua adik iparnya menonton drama kesukaan mereka di tv layar besar yang berada di lantai atas.
Rey sedang membicarakan pekerjaan bersama ayahnya di ruang kerja. Sementara mami Risa memutuskan untuk naik kelantai atas sebelum masuk ke kamarnya.
"Hana, Olla, Bella meskipun besok libur sekolah tapi kalian tidak boleh tidur terlalu malam ya, sampai jam 10 saja menontonnya. Setelah itu masuk ke kamar kalian masing-masing!" kata mami Risa mengingatkan. Anak kembarnya memang sangat menyukai drama Risa tak menyangka jika ternyata Hana juga sama seperti kedua anak kembarnya. Risa sendiri sudah menganggap Hana seperti anaknya sendiri ia tidak membeda-bedakan Hana dengan Bella dan Olla, terlebih saat Hana sudah menikah dengan putranya.
"Iya mah!" jawab mereka bertiga serempak.
Setelah mengatakan itu. Risa kembali turun ke bawah.
Hana, Bella dan Olla tidak hanya menonton, mereka lebih banyak mengobrol. Sebagaimana wanita pada umumnya yang suka menggibah jika berkumpul. Begitupun juga dengan Hana, Bella dan Olla. tidak ada rasa canggung sama sekali dari mereka bertiga.
Terkadang mereka tertawa bersama sampai membuat suasana malam yang harusnya hening menjadi ramai karena suara tawa mereka bertiga.
Saat Hana tertawa Bella tak sengaja menatap kearah leher Hana karena rambut yang menutupi lehernya Hana singkirkan kebelakang.
"Eeh Hana, coba lihat leher mu!" kata Bella penasaran.
"Memang kenapa sih?" tanya Hana yang juga penasaran.
"Nggak papa penasaran aja. Itu kok kaya merah-merah!" jawab Bella. Olla langsung meletakkan toples nastar yang ia pegang keatas meja dan menurunkan kerah baju Hana.
"Astaga ini merah Hana. Kaya bekas cupangan." kata Olla. Mendengar hal itu Hana merasa malu.
"Ish, kalian ini apaan sih. Malu tau!" ungkap Hana dengan malu ia kembali membenahi kerah bajunya dan menutupi lehernya dengan rambut panjangnya.
Sementara Bella dan Olla sudah tertawa melihat Hana yang malu-malu.
"Eeh, Hana Abang bringas banget ya memangnya! Aku tadi liat kamu jalannya sampe ngangkang." kata Olla.
Hana sampai mendelik mendengar perkataan Olla.
"Apaan sih Olla. Masa hal kaya gitu harus di ceritain kan malu."
"Sama kita-kita ini ngapain malu, Abang main kasar nggak, Abang BLA BLA BLA BLA,,," Bella dan Olla terus memberondong pertanyaan pada Hana hingga membuat Hana kesal.
Ia menghela nafas palan dan menatap tajam kearah 2 adik iparnya.
"kalo mau tau buruan nikah, jangan ngorek-ngorek hubungan ranjang orang dong!" kata Hana dengan tertawa.
"Haisss, Hana mah nggak seru." kata Olla kesal. Melihat wajah kesal Olla Hana tertawa senang.
Mereka kembali mengobrol dan bercanda hingga saat Rey sudah keluar dari ruangan kerja sang papi untuk membahas pekerjaan pun mereka masih saja belum ingin masuk ke dalam kamar mereka.
Rey menunggu Hana di kamar dengan membaca buku, ia membiarkan istrinya bercengkrama dengan adik-adiknya terlebih dahulu sebelum menguasai Hana setelahnya.
Mami Risa yang akan mengambil air minum di dapur mendengar suara tawa renyah dari anak-anak perempuannya di lantai atas lantas menghampiri ke tiganya.
Waktu yang di berikan mama Risa sudah lewat 30 menit tapi mereka masih asik mengobrol.
"Hana, Bella, Olla ini sudah malam. kalian sebaiknya masuk ke kamar dan tidur. Matikan tv nya. Suara tawa kalian mengganggu orang-orang yang ingin istirahat." kata Risa mengingatkan.
Mereka bertiga menoleh kearah mami Risa yang berdiri di tepi tangga paling atas. "Baik mah!" jawab mereka serentak dan mulai bangkit dari tempat duduk mereka menuju kamar masing-masing.
Hana masuk ke dalam kamar secara mengendap-endap karena takut suaminya sudah tidur.
"Sudah selesai ngobrolnya!" suara bariton yang Hanna sangat kenali mengagetkan Hana hingga Hana berjingkat.
"Astaga Abang! ngagetin aja."
"Suruh siapa masuk kaya maling gitu."
"Hana pikir Abang udah tidur. Makanya masuk pelan-pelan biar nggak ganggu Abang tidur."
"Gimana bisa tidur kalau suara kalian seperti orang yang sedang menggelar hajatan."
"Ish, nggak gitu juga kali bang."
"Gosok gigi udah itu tidur ya." kata Rey lalu menutup bukunya dan meletakkannya diatas nakas.
"Mau langsung tidur? Nggak mau,,," Hana menghentikan perkataannya dan menatap Rey dengan tersenyum.
Rey bangkit dari ranjang dan mendekati Hana. Ia membelai rambut panjang Hana dan mengecup pucuk kepala Hana dengan sayang. "Memang kamu nggak capek, kalo Abang sih mau aja." kata Rey.
"Hmm, capek sih. Tapi enak hehe."
Rey terkekeh mendengar perkataan Hana lalu mencubit hidung mancung Hana pelan. "Ya sudah sana cuci muka dan gosok gigi. Abang mau ambil minum di bawah."
Hana mengangguk dan masuk ke dalam kamar mandi, lalu keluar lagi ia ingin mengambil baju dinas yang sudah di sediakan di lemari. Ia yakin mertuanya yang memberikannya. Hana memilih beberapa yang ada di dalam lemari dan memutuskan untuk memakai baju dinas berbahan brukat lembut berwarna marun lalu kembali lagi ke dalam kamar mandi.
Setelah menggosok gigi dan memakai pakaiannya Hana keluar lalu menyemprotkan parfum keseluruh tubuhnya. Ia kembali siap melayani Rey.
Rey masuk ke dalam kamar dengan gelas dan pitcher kaca di tangannya menganga melihat penampilan istri kecilnya. Sesaat kemudian ia tersenyum dan berjalan menuju nakas untuk meletakkan air dan gelas yang ia bawa.
Hana yang berdiri di samping ranjang merasa malu sendiri dengan penampilannya. Tapi ia senang saat melihat ekspresi Rey yang tersenyum.
Tanpa banyak basa-basi Rey langsung mencium bibir Hana dengan bringas. meskipun bibir Hana masih terasa sakit karena gigitan Rey siang tadi tetap tak menghilangkan kenikmatan dari ciuman panas itu.
Rey merebahkan Hana keatas ranjang dan mulai mencumbui seluruh tubuh istri kecilnya dengan bringas. Hana hanya mampu merintih saat merasa sakit dari gigitan Rey dan mendesah saat merasa nikmat.
Malam ini mereka kembali mengembara bersama mengarungi malam panjang dan nikmat menuju nirwana. Di keheningan malam ini hanya terdengar suara erangan dan desahan dari bibir keduanya. Setelah Rey mengatakan jika kamarnya kedap suara Hana tidak lagi menahan desahannya saat gelombang itu datang menerpanya.
Rey sangat senang bisa mengantarkan Hana ke nirwana berkali-kali. Sebelum ia sendiri menyusulnya dengan luapan cairannya yang membanjiri rahim Hana. Semuanya terasa sangat indah bagi keduanya. Tidak ada satupun dari mereka yang berpikir akan kehamilan yang bisa saja terjadi setelah berkali-kali Rey menitipkan bibit unggulnya ke dalam rahim Hana.
Setelah puas menyemburkan semua bibit unggulnya Rey ambruk diatas tubuh Hana yang sangat mengenaskan. Rey tersenyum membelai wajah sang istri yang terlihat sangat kelelahan.
"Terimakasih sayang. Aku mencintaimu!" kata Rey lalu mengecup bibir Hana singkat.
"Hana juga mencintai Abang." jawab Hana dengan senyum kecil.
Rey melepaskan penyatuan mereka dan menyelimuti tubuh polos mereka bersiap untuk tidur setelah mendapatkan kepuasan. "Kita tidur ya." Rey merengkuh tubuh Hana yang masih berkeringat kedalam pelukannya.
Tak menunggu waktu lama Rey mendengar dengkuran halus dari Hana. Ia lalu semakin mengeratkan pelukannya dan kemudian menyusul sang istri menuju kealam mimpi.