Awan Hitam Di Hidupku

Herry melangkah cepat, memanggil semua penjaga dan beberapa dokter yang berjaga hari ini. Herry tidak habis pikir, apa yang terjadi pada Nona Ratia, seingatnya hubungan kedua majikannya itu sudah membaik. Lalu apa sebenarnya yang terjadi hari ini, dan ke mana Nona Ratia pergi. Bagaimana mungkin penjagaan yang begitu ketat, masih bisa membuat gadis itu menyelinap pergi.

"Cari Nona Ratia sampai dapat, atau kita semua yang akan menanggung akibatnya!" tidak ada yang berani bersuara, semuanya berpikir secepat mungkin. Mendapatkan Nona Ratia atau kehilangan segalanya. Membayangkan bagaimana wajah Tuan Aksara dalam kondisi biasa saja sudah cukup seram, bagaimana jika dia sedang dalam keadaan marah.

"cek CCTV!" perintah Herry. Tidak berapa lama, layar menunjukkan jika Ratia menyelinap lewat pintu belakang. Bahkan dia tidak membawa apapun, termasuk sebuah Tas yang selalu di bawa oleh gadis itu.

Sebuah Hp pun, nampak di lempar ketempat sampah oleh Ratia. Pantas saja ketika Herry melacak keberadaan Ratia barusan, dia masih berada di sekitar rumah sakit. Melihat hal itu, Herry semakin kalut.

Mau tidak mau, Tuannya harus segara di beri tahu akan hal ini. Akan lebih buruk, jika sang Tuan mengetahuinya nanti. Apa lagi jika hal lebih buruk menimpa Ratia.

"Temukan secepat mungkin!" hanya itu kata yang di dengar Herry ketika menelpon dan memberitahu Tuannya.

"Kalian, sisir semua tempat di kota ini jangan sampai satu tempat pun terlewatkan. Dan kalian ikut saya kekediaman keluarga Atmojo. Dan pastikan, keluarga Atmojo tidak mengetahui jika Nona Ratia pergi tanpa pengawalan." tunjuk Herry kepada beberapa orang di sana. Membagi semua bodyguard menjadi beberapa kelompok.

Aksara yang mengetahui jika sang istri berhasil melepaskan diri, langsung meluapkan emosi kepada semua yang ada di depannya. Membanting segala yang dapat di raihnya.

"Panggil Cristy ke sini, cepat!" memerintahkan beberapa Bodyguardnya, untuk langsung memanggil gadis yang ada di foto itu. Tapi tunggu, dari mana Ratia mendapatkan foto-foto itu? Apa cristy yang langsung mengirimnya.

Gadis itu datang menghadap Aksara dengan wajah gembira, tanpa menyadari apa yang sudah terjadi. Tanpa rasa iba, Aksara langsung m*njambak rambut gadis yang barusan saja datang.

"Katakan siapa yang mengirim foto-foto ini pada istri ku, tidak mungkin kau tidak tau!" ucap Aksara dengan berteriak. Karena gadis itu tidak kunjung bersuara, Aksara terpaksa menc*kik lehernya hingga gadis itu hampir kehabisan nafas. "Bukankah sudah ku katakan pada mu untuk tidak mendekati ku lagi? atau kau memang ingin ku h*bisi?" karena masih bungkam, Aksara tidak segan-segan m*mukilinya, hingga beberapa bagian tubuh wanita itu menghitam.

Tidak lama, seorang wanita datang dan berteriak.

"Aksara apa yang kau lakukan?"

"Sudah ku duga, kau dalang dari semua ini!" Tante Devina, anak bungsu dari Jagad Suseno. Sejak dulu dia selalu berusaha menikahkan Aksara dengan anak sambungnya. Tujuannya tidak lain, agar Aksara selalu dalam kendalinya. Dia tidak ingin Aksara menjadi pewaris utama atas segala kekayaan sang ayah. "akan ku laporkan kau pada suami ku Aksara, kali ini kau sudah benar-benar keterlaluan!"

"Bawa suami Mu kesini sekarang juga, atau ku p*tahkan leher anaknya sekarang!" mendengar ancamannya malah ditantang oleh Aksara, Devina mulai menyerang berusaha menarik tubuh Cristy agar menjauh. Tapi, Aksara yang hilang kesabaran mendorong tubuh keduanya kelantai.

"Tuan hentikan, jangan sampai Anda bertindak terlalu jauh. Pikirkan istri Anda Tuan." seorang staf terpaksa harus menyadarkan Aksara, karena Devina dan anak tirinya sudah tidak berdaya.

Mendengar ucapan staf itu, Aksara langsung tersentak di mana Ratia sekarang. Pikiran buruknya menyerang, bagaimana jika mereka masih mengintai sang istri.

"Kalau sampai terjadi hal buruk pada istri ku, akan ku hab*si kalian berdua. Akan ku buat kau tidak mendapatkan apapun!"

"Apa yang bisa kau lakukan Aksara, kelakuan mu ini akan ku laporkan pada Ayah. Kau yang tidak akan mendapatkan apapun!"

"Kita lihat nanti!" Aksara pun pergi meninggalkan keduanya. Namun saat Aksara sudah melangkah menjauh, tangan Devina kembali menarik Aksara. Mau tidak mau dia harus menghentikan melangkahnya sebentar.

"Lihat, istri Mu saja pergi. Aku tau sejak awal, ayah memaksanya untuk menikah dengan mu. Tidak ada gadis yang mencintai dengan tulus Aksara, hanya Cristy yang menerima mu. Kau itu pemabuk dan pemain perempuan!'' Aksara terdiam sejenak, mencoba mengurai apa yang Tantenya itu katakan.

"Kau tidak tau apapun tentang ku, atau pun istri ku. Kita lihat nanti Ratia akan tetap disisi ku, melahirkan anakku dan membuang mu secepat mungkin." Tanpa menoleh lagi Aksara, melangkah cepat. Meninggalkan dua wanita yang nampak penuh amarah.

Hari itu juga, Aksara langsung bertolak ke tanah air. Meninggalkan beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan. Percuma juga pikirnya, jika meneruskan pekerjaan namun pikirannya di mana-mana. Dalam perjalanan pulang, Aksara terus mencoba menghubungi Herry. Namun, jawaban tidak memuaskan terpaksa ia terima.

Ahhggg kemana dia, kenapa dia sampai nekat begini. Bagaimana jika keluarga Baskoro masih mengintainya, ya tuhan kenapa istri ku bisa seceroboh ini.

Aksara terus meremas wajahnya, mengacak rambut hingga penampilan sudah tak karuan. Menunggu penerbangan dengan gelisah, memaki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia bisa menerima kehadiran Cristy tadi malam. Meski hanya duduk di sebuah sofa, namun tingkah binal Cristy pasti membuat orang lain berpikir mereka bermesraan.

Kembalilah Ratia, aku akan menjelaskan semuanya.

Sebelum menaiki pesawat Hp Aksara berdering, Herry memanggil.

"ada apa Her?"

''Nona Ratia tidak pulang ke rumah keluarga Atmojo Tuan, di kota ini juga sudah kami cari di segala sudut. Tatap tidak ada jejak yang kami temukan. Namun, baru saja saya mendapat kabar jika telah di temukan seorang di rel kereta api"

"Maksud mu?" Aksara langsung memotong, meminta penjelasan lebih atas apa yang Herry sampaikan.

"Saya tunggu Anda di bandara Tuan." Herry tidak mau menjawab lagi, dan tidak mau menjelaskan lagi. Memutuskan panggilan begitu saja.

Ya tuhan Ratia, bagaimana mungkin.