Untuk membalaskan dendam Hansel memilih Aileen menjadi istri.
Dan Aileen yang tidak tahu apa-apa menganggap Hansel sebagai dewa penolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOC BAB 35 - Tidak Ada Rahasia
"Bersiaplah, malam ini kita akan datangi apartemen Hansel," ucap Helda pada kedua anaknya.
Helda dan Freya langsung tersenyum lebar, sudah dari kemarin mereka ingin melakukan ini beralasan melihat Aileen disana.
Tapi sang ibu belum memberi mereka izin.
Dan pagi tadi Helda mendapat telepon dari Angeline, wanita itu meminta Helda untuk segera menarik Aileen pulang dari apartemen Hansel.
Angeline merasa gadis buruk rupa itu telah menjadi benalu di keluarganya dan dia sangat tidak menyukai itu.
Helda yang sudah disuap dengan beberapa barang mewah dan sejumlah uang pun hanya bisa menuruti apa keinginan Angeline, dia sudah seperti kerbau yang dicucuk hidungnya.
Setelah berdandan secantik mungkin, mereka bertiga pun mendatangi apartemen Hansel, Paradise Braile Apartemen.
Namun baru masuk di lobby, langkah mereka dihentikan oleh penjaga keamanan apartemen itu.
Karena tidak memiliki akses untuk masuk ke dalam lift, Helda menemui bagian resepsionis. Namun kedua wanita penjaga meja itu malah memanggil pihak keamanan.
"Apa-apaan ini, kenapa kamu memanggil mereka!" kesal Helda pada kedua wanita di meja resepsionis.
Tapi kedua wanita itu tidak merasa takut sedikitpun, mereka jauh lebih takut pada kemarahan sang CEO Apartemen ini.
"Saya sudah katakan Nyonya. Anda tidak masuk karena tidak memiliki janji bertemu dengan Tuan Hansel."
"Tapi Nyonya Utama Braile sendiri yang meminta ku datang kesini, Angeline Braile!" Amarah Helda makin menjadi.
"Maaf, tetap tidak bisa. Jika Anda benar ingin bertemu dengan tuan Hansel silahkan hubungi dulu beliau. Nanti biar beliau yang menyampaikan pada kami." Tegas salah seorang wanita.
Keempat penjaga keamanan disamping mereka pun siap untuk menyeret wanita-wanita ini keluar.
"Awas kamu ya! aku tandai wajah mu!"
Helda mengambil ponselnya, bukan menghubungi Hansel melainkan menghubungi Angeline. Dia tidak memiliki kontak pribadi calon menantunya itu.
Puas mengadu pada Angeline, kemudian Helda memberikan ponselnya pada sang karyawan wanita, dengan bibir tersenyum. Berharap Angeline akan memarahi wanita itu pula.
Panggilannya di loudspekaer.
"Selamat malam Nyonya."
"Izinkan mereka semua masuk! mereka itu calon menantu dan besan ku!" geram Angeline.
"Maaf Nyonya, tapi tuan Hansel tidak memberi kami jadwal temu beliau dengan keluarga Clarke."
"Masa bodoh dengan jadwal temu! berikan mereka kartu akses!"
Helda, Freya dan Pharsa tersenyum miring. Bahkan ada pula salah satu diantara mereka yang berdecih merendahkan.
Membuat kedua karyawan wanita itu bingung harus bagaimana.
"Maaf Nyonya, kalau begitu coba saya hubungi tuan Hansel sendiri." balas sang karyawan akhirnya. Dia pun kembali mengerjakan ponsel itu pada sang pemilik dan membuat Helda kembali kesal.
Mereka jika semua karyawan di apartemen ini benar-benar merendahkan dia.
Tak peduli dengan tatapan tajam Helda dan kedua anaknya, salah satu karyawan itu menghubungi telepon yang ada di unit apartemen sang tuan.
Saat itu yang menjawab Aileen.
"Maaf Nona, apa tuan Hansel ada?" tanyanya dengan sangat sopan, semua karyawan sudah tahu jika Aileen dan Havana adalah kedua gadis yang bebas berkeliaran di apartemen ini.
"Ada Kak, tunggu sebentar ya."
"Baiklah."
Aileen meletakkan telepon itu dan berlari ke kamar Hansel. Mengetuk pintu nya hingga mendapatkan izin masuk.
"Kak, ada telepon dari karyawan di bagian resepsionis."
"Kenapa?" tanya Hansel seraya menghampiri Aileen yang tetap berada di ambang pintu.
"Tidak tahu."
"Kenapa tidak bertanya?"
"Takutnya penting."
"Lain kali tanyakan saja." Hansel menatap Aileen, sama-sama berdiri di ambang pintu.
Sementara Aileen terdiam.
"Tidak ada rahasia diantara kita, bahkan tentang pekerjaan ku pun kamu berhak mengetahuinya."
Aileen semakin tak mampu menjawab, namun saat dia hendak menunduk Hansel menahan dagunya. Membuat tatapan mereka tetap bertemu.
"Mengerti?"
Aileen mengangguk patuh.
Hansel kemudian mengelus salah satu pipinya lembut.
"Kak."
"Hem."
"Itu teleponnya menunggu."
Hansel terkekeh, merasa gemas dia mengusap puncak kepala Aileen dengan asal. Lalu menggandeng tangan gadis kecil ini dan bersama menuju telepon apartemen.