SEQUEL BURN WITH YOU
Declan Antony Zinov dituduh membunuh keluarga angkatnya yang kaya raya demi sebuah warisan. Tapi semua itu tidak terbukti sehingga pria itu menjalankan bisnis keluarganya dan menjadikan Declan pria kaya raya dan juga ditakuti karena sikapnya yang kejam.
Lucyanna Queen Nikolai merupakan cucu seorang mafia yang sudah lama menaruh hati pada Declan karena telah menyelamatkan nyawanya saat kecil. Ia sering mencari tahu berita tentang pria pujaannya itu dan berniat melamar kerja di perusahaan milik Declan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, Declan dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah ia selamatkan. Tapi melihat bagaimana wanita itu terang-terangan menyukainya membuat Declan bersikap kasar agar Lucy tidak lagi mendekatinya.
Tapi, ketika Lucy tertembak karena berusaha melindunginya. Barulah Declan menyadari betapa berartinya Lucy di kehidupannya selama ini.
#Cerita ini lanjutan dari cerita Burn With You dimana masa kecil mereka ada di Bab akhir. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athaya Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
"Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja setelah apa yang kau lakukan padaku?" Sahut Declan sembari menahan lengan Lucy dan mendorong tubuh wanita itu hingga bersandar dinding.
"Apa yang kau inginkan? Lepaskan tanganmu atau aku akan berteriak." Lucy berkata dengan tatapannya yang tajam dan menusuk.
Declan menatap Lucy dan melihat banyak perubahan yang terjadi pada wanita itu setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Sorot matanya yang ia ingat dulu sangat lembut dan penuh cinta padanya saat ini sudah tidak ada lagi. "Apakah kau sudah tidak mencintaiku lagi, Lucy?"
"Kau benar-benar menanyakan pertanyaan yang lucu, mengingat kau datang bersama kekasihmu." Jawab Lucy sambil menarik lepas tangannya dari cengkraman Declan.
"Cintaku padamu sudah hilang setahun yang lalu. Kalau kau berani menahanku lagi, aku akan menendang harta berhargamu itu." Lucy berkata lagi sembari menatap ke bawah tubuh pria itu.
Declan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dan ia tertawa mengetahui bahwa Lucy sudah kembali menjadi wanita bar-bar. Tidak heran dia sangat ditakuti oleh lawan bisnisnya, ternyata dia benar-benar belajar bagaimana menjadi wanita jahat. Ia sudah dibuat kalah olehnya dan akan melakukan apapun keinginan wanita itu selama ia bisa menerimanya kembali.
Bahkan tatapan mata wanita itu mampu membuat ia bertekuk lutut saat ini juga dan memohon pengampunan. Ia masih dibuat takjub dengan warna mata wanita itu yang tidak dimiliki oleh wanita manapun. "Sial, dia benar-benar seperti ratu dan aku pelayannya," gumam Declan sembari mengusap wajahnya.
Beberapa saat kemudian, Lucy melihat bagaimana pria itu berbicara dengan paman dan bibinya. Ia lega karena ayahnya sedang berada diluar negeri dan sang kakek sudah terlalu tua untuk bisa menghadiri acara seperti ini.
"Dia semakin menarik untuk dilihat. Zinov junior selalu bisa membaur dengan semua orang." Lion berkata pelan di samping Lucy.
"Setelah mendapatkan sesuatu dari pria itu, apakah kini kau berada di pihaknya?" Lucy berkata sembari menatap curiga pada sepupunya.
Lion tertawa mendengar ucapan Lucy dan mengingat bagaimana susahnya ia membujuk pria itu agar bisa menjual salah satu properti miliknya yang dihadiahkan untuk sang istri. "Kau akan menyesal jika melepas pria itu, dia pria gila dan menjadi salah satu dari dua puluh orang yang diakui dalam dunia bisnis. Kalau saja pria itu tidak memiliki skandal dia pasti sudah menduduki peringkat sepuluh besar bersanding dengan Kakekmu."
Lucy mengakui hal itu dan semua itu baginya hanya sia-sia. Pria itu semakin tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengannya. Kecuali ia harus melepas keluarganya. "Kau harus kecewa, pria yang kau puji setinggi langit itu sudah memiliki kekasih."
"Kekasih? Maksudmu wanita yang datang bersamanya?" Tanya Lion. "Aku kira kau tidak cukup bodoh untuk mengetahui bahwa pria itu sengaja membawa wanita hanya untuk melihatmu marah. Wanita itu model dan sudah menikah, dia adalah teman Angel dan suaminya adalah teman dekat Declan."
Lucy dibuat terkejut dan berusaha bersikap tenang, meski jantungnya berdegup kencang. "Aku tidak peduli dan tidak ingin mengetahui apapun mengenai pria itu."
"Terserah kau saja. Lebih baik aku menyapanya untuk mengucapkan terimakasih karena sudah membuat istriku senang." Sahut Lion sembari meninggalkan Lucy dan berjalan kearah Lion yang sedang terlihat serius berbicara dengan kedua orang tuanya.
...****************...
"Kau akan menghadapi perjuangan panjang untuk mendapatkan perhatian wanita itu lagi" sahut Lion sambil menawarkan segelas wine kepada Declan.
"Aku tahu. Aku sangat yakin pada akhirnya aku akan menang." Declan berkata dengan senyum mengambang dan penuh percaya diri.
"Sepertinya kau memiliki senjata ampuh untuk menaklukkan sepupuku." Ucap Lion menatap penuh curiga.
Declan menatap sosok Lucy yang sedang tertawa ketika mendengarkan lelucon yang diucapkan oleh Dominic. "Aku sudah cukup bersabar untuk setahun ini dan melihatnya malam ini aku menjadi sangat gigih untuk mendapatkan hatinya kembali."
Lion tersenyum melihat sorot mata pria itu berbinar dan sejak mereka berbicara mata pria itu hanya tertuju ke arah Lucy. "Hati-hati. Uncle Darren bukan lawan yang bisa kau hadapi dengan mudah."
"Aku sangat suka tantangan, dan kali ini aku akan berlutut dikaki pria tua itu jika diperlukan." Ujar Declan dan disambut tawa kencang dari Lion. "Apa mereka masih tidak bisa menerimaku?"
"Sialan kau, Dec. Kau benar-benar sudah dibutakan oleh wanita itu. Kau bahkan berani melanggar janjimu." Lion berkata dan sangat menantikan moment berharga itu datang.
Declan menuangkan wine digelas mereka untuk ketiga kalinya. "Kau bisa menertawakanku jika sudah tiba saatnya."
"Apakah aku akan mendengar lonceng pernikahan tahun ini dari kalian?" Tanya Lion dengan tatapan serius.
"Akhir musim dingin dan aku pastikan kau akan mendengar dua kabar bahagia." Balas Declan sembari meneguk winenya hingga habis. "Aku harus membawanya pergi malam ini. Sampai jumpa."
Sepanjang malam Lucy merasakan tatapan Declan tertuju padanya, dan membuatnya tidak nyaman. Wanita yang bersamanya sudah berpamitan beberapa jam yang lalu, karena mendapat panggilan.
"Dominic. Aku kecewa kau tidak menyapaku hingga acara ini akan berakhir." Sahut Declan yang sudah berdiri diantara dirinya dan Dominic.
Lucy bisa melihat tatapan tidak suka dari Serena karena kedatangan Declan. Meski begitu mereka berpura-pura bersikap tenang, mengingat begitu banyak tamu penting disekitar mereka.
"Kau terlihat sangat sibuk didekati oleh orang-orang penting yang mengagumi." Ucap Dominic sambil merangkul pundak sahabatnya itu.
"Mau wine?" Declan menawarkan minuman kepada Lucy.
"Tidak," jawab Lucy terlalu cepat.
Declan bisa mendengar nada tidak suka dari penolakan Lucy yang terdengar oleh Dominic dan juga Serena. Sambil meremas gelas berisi wine, ia berusaha bersikap tenang. "Kau khawatir aku akan meracuni minuman ini?"
"Aku lebih mengkhawatirkan keselamatanmu. Kau sudah minum terlalu banyak dan perutmu akan sakit, karena aku tidak melihatmu makan malam ini." gumam Lucy pelan dan membuat suasana menjadi hening disekitar mereka.
Declan tersenyum dan meletakkan gelas winenya. "Jika itu terjadi kau bisa mengantarku kembali ke apartemen. Kau pasti lebih tahu jalan dikota ini."
Lucy bisa melihat Declan mengeluarkan keringat dingin dan wajahnya menjadi pucat. "Sialan, kau benar-benar pria keras kepala dan sangat bodoh."
"Baru kau wanita yang mengatakan aku bodoh." bisik Declan ditelinga Lucy.
Declan merasakan perih dibagian perutnya yang berusaha ia tahan sejak beberapa jam lalu. Dominic membantu memapahnya ke mobil miliknya di ikuti oleh Lucy dan juga Serena.
"Kau hampir saja membuat dirimu berada dalam masalah jika sampai pingsan disini hanya karena beberapa gelas wine." Ucap Dominic.
"Akan menjadi berita paling memalukan yang akan kau ingat seumur hidupmu." Declan berkata dan berusaha bernafas dengan cepat. "Sialan, Dom. Apa kau begitu senangnya melihatku menderita."
"Bersandarlah dan tutup mulutmu. Kami akan membawamu ke rumah sakit." Ujar Dominic pelan.