NovelToon NovelToon
Dolfin Band Kisahku

Dolfin Band Kisahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Persahabatan / Fantasi Isekai / Sistem Kesuburan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: F3rdy 25

Di tengah gemuruh ombak kota kecil Cilacap, enam anak muda yang terikat oleh kecintaan mereka pada musik membentuk Dolphin Band sebuah grup yang lahir dari persahabatan dan semangat pantang menyerah. Ayya, Tiara, Puji, Damas, Iqbal, dan Ferdy, tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga impian untuk menciptakan karya yang menyentuh hati. Terinspirasi oleh kecerdasan dan keceriaan lumba-lumba, mereka bertekad menaklukkan tantangan dengan nada-nada penuh makna. Inilah perjalanan mereka, sebuah kisah tentang musik, persahabatan, dan perjuangan tak kenal lelah untuk mewujudkan mimpi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENYAMBUT MIMPI DIJAKARTA

Malam itu, suasana hotel di Semarang dipenuhi kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Setelah kemenangan besar di regional, Dolfin Band akhirnya mendapatkan tiket emas ke Jakarta, sesuatu yang selama ini mereka impikan. Setiap anggota band tidak bisa berhenti tersenyum, tertawa, bahkan berteriak kecil ketika tiba kembali di kamar mereka masing-masing.

Di kamar mereka, Ferdy, Puji, Damas, dan Iqbal segera berbaring di kasur, meskipun tubuh mereka terasa sangat lelah, euforia yang mereka rasakan tak bisa memudar begitu saja. Mereka saling memandang dengan wajah penuh kegembiraan.

"Bro, kita berhasil!" kata Ferdy, setengah tak percaya sambil berbaring, menatap langit-langit kamar.

"Ini gila sih. Gue masih nggak nyangka kita bakal ke Jakarta buat grand final!" timpal Puji sambil merapikan gitarnya, suara napasnya masih terdengar berat karena kelelahan.

Damas yang duduk di sudut kamar sambil memainkan tali gitarnya tersenyum kecil. "Kita baru saja melewati salah satu tahap paling gila. Tapi gue yakin Jakarta bakal jauh lebih berat."

Iqbal hanya mengangguk dari tempat tidurnya, matanya sudah mulai terpejam, tetapi senyum di bibirnya tak hilang. “Yang penting, kita udah satu langkah lebih dekat ke mimpi kita.”

Sementara itu, di kamar sebelah, Ayya dan Tiara juga tengah berbagi momen mereka. Keduanya masih tenggelam dalam perasaan tak percaya akan keberhasilan yang baru saja mereka raih.

“Gue senang banget, Ti. Gila, ini tuh mimpi yang jadi kenyataan. Jakarta, rock island... Kita bakal ketemu band-band besar!” Ayya tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya.

Tiara tertawa kecil. “Iya, gue juga masih nggak nyangka. Tapi kita harus tetap fokus, Ay. Ini baru awal, loh. Jakarta bakal lebih keras lagi."

Ayya mengangguk. "Iya, gue tahu. Tapi malam ini, gue cuma mau nikmatin semua yang udah kita capai. Kita berhak merayakan, kan?”

Tiara hanya menggeleng sambil tersenyum. "Yah, nikmatin dulu malam ini. Besok kita mulai kerja keras lagi."

Malam itu, sebelum tidur, semua personil Dolfin Band menyempatkan diri untuk menghubungi orang tua masing-masing. Mereka menceritakan kabar gembira ini, bagaimana perjuangan mereka telah membawa hasil yang luar biasa. Ayya dan Tiara menelepon ibu mereka, suara bangga dari seberang telepon terdengar jelas.

Ferdy yang menghubungi ibunya di Cilacap mendengar tangis bahagia dari ibunya. "Nak, ibu bangga banget sama kamu. Kamu selalu kerja keras, dan sekarang kamu berhasil."

"Terima kasih, Bu. Ini semua berkat doa ibu juga," jawab Ferdy dengan suara penuh emosi.

---

Keesokan paginya, Dolfin Band berkumpul untuk sarapan sebelum mereka check-out dari hotel. Meskipun tubuh mereka masih terasa letih, semangat dan kebahagiaan masih memenuhi setiap gerak-gerik mereka.

“Gue rasa, perjalanan pulang kali ini bakal kerasa cepet karena kita lagi seneng banget,” ucap Iqbal sambil tertawa kecil, mengunyah sarapannya dengan lahap.

“Jangan seneng dulu, kita masih harus nyiapin mental buat Jakarta, bro,” balas Damas sambil menyisipkan kopinya.

Ferdy yang duduk di samping Ayya hanya tersenyum tipis. “Bener kata Damas, tapi ya... nggak ada salahnya kita rayakan dulu.”

Setelah selesai sarapan dan beres-beres, mereka pun bersiap untuk kembali ke Cilacap. Ferdy kembali menyetir mobil personil, sementara Iqbal memimpin perjalanan dengan mobil crew yang membawa peralatan. Meskipun perjalanan panjang, suasana di dalam mobil diisi dengan canda tawa. Mereka masih merasakan euforia kemenangan dan membicarakan rencana-rencana besar mereka di Jakarta.

"Ayo, kita bikin sesuatu yang gila di Jakarta nanti. Biar semua orang inget nama Dolfin Band," kata Tiara penuh semangat dari bangku belakang.

Ayya mengangguk setuju. “Bener, Ti. Gue rasa, ini saatnya kita tunjukin siapa kita sebenarnya.”

---

Sesampainya di Cilacap, mereka langsung menuju markas Dolfin Band di rumah Iqbal. Di sana, mereka dijemput oleh orang tua masing-masing, yang sudah menanti dengan penuh bangga. Iqbal yang tinggal di belakang studio hanya tertawa kecil saat melihat semua orang dipeluk erat oleh orang tua mereka.

Setelah perpisahan singkat dengan rekan-rekannya, Ferdy mengendarai mobilnya sendiri, pulang dengan perasaan campur aduk antara bahagia dan harapan besar.

Keesokan harinya, kehidupan mulai kembali normal, meski di kepala mereka, Jakarta selalu menjadi tujuan utama. Ayya dan Tiara kembali ke rutinitas kuliah, diantar oleh ojek langganan mereka yang tak lain adalah Ferdy sendiri. Setiap pagi, mereka bertemu di gerbang rumah Ayya, dengan Ferdy yang tersenyum kecil di balik helmnya.

"Gimana hari ini? Siap buat kuliah?" tanya Ferdy dengan nada menggoda saat Ayya masuk ke jok belakang motornya.

Ayya tertawa kecil. "Siap dong, bos ojol!"

Rutinitas lain juga berjalan seperti biasa. Iqbal kembali membantu ayahnya di toko kecil mereka, sementara Damas dan Puji kembali ke pekerjaan mereka di proyek kilang minyak. Namun, di sela-sela aktivitas harian ini, satu hal yang selalu mereka pikirkan: persiapan menuju grand final Rock Island di Jakarta.

---

Satu bulan menjelang acara besar itu, mereka semua mulai menyadari bahwa waktu untuk latihan semakin sempit. Ayya dan Tiara akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah selama satu bulan penuh agar bisa fokus pada persiapan band. Begitu pula dengan Puji dan Damas, yang dengan berat hati meminta cuti kerja dari proyek mereka.

"Susah sih minta cuti lama gini, tapi kita nggak punya pilihan lain," ucap Puji pada Damas saat mereka berbincang di kafe kecil di Cilacap, sambil menunggu jawaban dari perusahaan mereka.

Damas mengangguk, “Iya, setuju. Tapi ini buat impian kita, bro. Gue rasa, kalau kita nggak kasih semua yang kita punya sekarang, kita bakal nyesel seumur hidup.”

Di saat yang sama, Ferdy dan Iqbal tidak menghadapi kendala seperti teman-teman mereka. Ferdy sebagai driver ojek online bisa mengatur jadwalnya sendiri, sementara Iqbal bisa meminta bantuan adiknya untuk mengurus toko sementara dia fokus latihan.

---

Seiring berjalannya waktu, persiapan mereka semakin intensif. Setiap hari mereka berlatih di studio, memperbaiki detail kecil dalam aransemen lagu, memperkuat kekompakan mereka di panggung, dan merancang strategi agar penampilan mereka nanti bisa memukau juri serta penonton.

Satu minggu sebelum keberangkatan ke Jakarta, mereka menerima email penting dari pihak penyelenggara. Email tersebut berisi nomor peserta dan peraturan penilaian untuk grand final Rock Island. Ferdy yang pertama kali membaca email itu di ponselnya segera mengumpulkan seluruh anggota band di studio.

"Oke, jadi ini dia aturannya," kata Ferdy sambil memproyeksikan email tersebut ke layar besar di studio. "Kita dapat nomor peserta 17. Penampilan kita bakal di malam hari."

Tiara mengangkat alisnya. "Malam hari? Bagus, dong. Jadi kita punya waktu buat persiapan lebih lama."

"Betul," jawab Ferdy sambil tersenyum. "Tapi ada beberapa hal yang harus kita perhatiin. Pertama, kita cuma punya waktu 20 menit buat tampil. Itu artinya, kita harus bener-bener matengin setlist kita."

Iqbal mengangguk setuju. "Gue rasa, kita harus pilih lagu-lagu yang paling kuat. Nggak usah bawa lagu yang terlalu banyak improvisasi. Fokus di lagu-lagu yang bikin penonton langsung terhubung."

Puji menimpali, "Gue setuju. Kita udah punya beberapa lagu andalan, tinggal gimana kita ngatur flow-nya di atas panggung. Mulai dari lagu yang powerful, terus turunin sedikit buat kasih ruang napas, abis itu naik lagi di akhir."

Mereka pun mulai berdiskusi panjang tentang setlist dan strategi panggung. Setiap anggota memberikan ide, dan tidak ada satu pun yang ingin menganggap enteng kompetisi ini. Mereka tahu, di Jakarta nanti mereka akan berhadapan dengan band-band terbaik dari seluruh Indonesia, dan mereka tidak boleh lengah.

Ayya yang selama ini menjadi motor penggerak semangat band akhirnya membuka suaranya. "Gue tahu ini nggak bakal mudah, tapi kita udah sampai sejauh ini. Gue yakin, kalau kita tetep kompak dan kasih yang terbaik, kita bisa bikin sesuatu yang besar di sana."

Semua orang mengangguk setuju, rasa percaya diri dan kebersamaan semakin kuat di antara mereka. Perjalanan menuju Jakarta mungkin akan penuh tantangan, tetapi mereka siap untuk melaluinya bersama.

---

Hari keberangkatan pun tiba. Setelah sebulan penuh persiapan yang intens

, Dolfin Band akhirnya meninggalkan Cilacap, menuju ibu kota dengan harapan besar di hati mereka. Mobil-mobil mereka meluncur melewati jalan-jalan yang ramai, membawa mereka menuju babak baru dalam perjalanan musikal mereka.

Di dalam mobil, Ayya memandang keluar jendela, memikirkan semua yang telah mereka lalui untuk sampai di titik ini. "Jakarta, tunggu kami," gumamnya pelan, namun penuh keyakinan.

1
Murni Dewita
👣
☠️F3r57☠️: /Smile/
total 1 replies
范妮·廉姆
Hai kak salam kenal...
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!