Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Jejak
Air hangat mengalir deras dari shower, menuruni tubuh Ello yang diam membeku, wajahnya menunduk, mata tertutup rapat. Suara gemericik air memenuhi kamar mandi, namun tak mampu meredam kegelisahan di dalam hatinya. Kenangan tadi di taman berputar di benaknya seperti potongan film yang tak mau berhenti. Tawa Ziel, senyum Diandra, dan momen-momen kebersamaan itu membangkitkan memori serupa yang pernah ia jalani bersama Diana dan Ziel.
"Apa yang sebenarnya aku rasakan?" Ello bergumam pelan, nyaris tak terdengar di antara suara air. Ia menekan dahinya dengan tangan, mencoba meredakan kepenatan yang merayap di pikirannya. "Apakah aku menyukai Diandra hanya karena wajahnya yang begitu mirip dengan Diana?"
Hatinya bergemuruh, penuh keraguan. Setiap kali menatap Diandra, ia seakan melihat bayangan Diana yang kembali hidup. Namun, ia tahu, Diandra bukan Diana. Cara Diandra tertawa, cara dia menatap Ziel dengan mata penuh kasih sayang dan haru, semua itu berbeda. Tetapi mengapa perasaannya begitu kacau setiap kali mereka bersama?
"Diana sudah pergi," bisik Ello, suaranya pecah, terbenam dalam riuh air yang mengguyur. "Tapi... mengapa kehadiran Diandra mengguncangku begini? Apa aku mencari Diana di dalam dirinya?"
Ello merasakan dadanya sesak. Ia tak tahu apakah kebersamaan dengan Diandra adalah harapan baru, atau justru luka lama yang menyamar. Ia membuka mata, menatap aliran air yang mengalir ke bawah, seakan berharap jawabannya tersapu bersama air itu, pergi menghilang tanpa jejak.
Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Namun, pikirannya tetap bergelut, berusaha mencari jawaban yang ia tahu tak mudah ditemukan. Hari ini, kebahagiaan sederhana di taman tadi, membawa pertanyaan yang jauh lebih dalam. Sebuah pertanyaan yang membuat hatinya bergetar, rindu, dan kacau sekaligus.
***
Di ruang kerja Zion yang luas, John baru saja duduk di seberang Ello.. Zion duduk di kursinya, tangan disilangkan di dada, memperhatikan adik ipar dan sahabatnya dengan tatapan penuh pemikiran.
“Zion, aku harus jujur,” John memulai, suaranya rendah namun tegas. “Aku khawatir Brata akan mempersulit kita saat kita mencoba menarik investasi ini. Mereka punya banyak koneksi, dan aku tidak yakin kita bisa melawan mereka tanpa perlawanan besar.”
Zion mengangguk pelan, memahami kekhawatiran John. “Kekhawatiranmu wajar, John. Brata tidak akan tinggal diam jika mereka melihat pergerakan ini. Tapi kita tidak akan bergerak tanpa rencana yang matang.” Ia melirik jam di pergelangan tangannya. “Kebetulan Pak Hadi sebentar lagi akan bergabung dengan kita. Kita bisa mendiskusikan langkah-langkah yang mungkin diambil.”
Tak lama kemudian, ketukan di pintu terdengar dan Pak Hadi masuk, membawa sebuah map tebal. Ekspresinya serius seperti biasa, namun ada kilatan kecerdasan di matanya. “Maaf membuat kalian menunggu,” katanya sambil duduk di kursi yang disediakan.
Zion langsung menjelaskan kekhawatiran John. Pak Hadi mendengarkan dengan saksama, lalu membuka map dan mengeluarkan beberapa dokumen. “Ada beberapa opsi yang bisa kita pertimbangkan,” ucapnya dengan nada tenang. “Pertama, kita bisa menggunakan pengacara ahli yang paham seluk-beluk hukum bisnis untuk menguatkan posisi kita. Ini akan melindungi kita dari celah hukum yang mungkin dimanfaatkan oleh Brata.”
Ello menyela, “Tapi itu mungkin tidak cukup jika mereka mulai menggerakkan koneksi mereka untuk menghalangi kita.”
Pak Hadi mengangguk, seolah sudah menduga respons itu. “Benar. Karena itu, opsi kedua adalah pengalihan saham sementara ke pihak ketiga yang netral. Dengan cara ini, saham kita tidak akan terlihat langsung terkait dengan kita, sehingga Brata tidak bisa menyerang kita secara frontal.”
John mengangkat alis. “Dan siapa pihak ketiga ini? Kita harus benar-benar memastikan mereka bisa dipercaya.”
Zion menjawab cepat, “Aku sudah punya mitra bisnis yang siap membantu. Orang ini tidak terkait dengan Brata dan cukup berpengaruh sehingga mereka tidak akan berani menantangnya.”
Pak Hadi melanjutkan. “Dan terakhir, kita harus melibatkan lobi. Beberapa orang di lingkaran Brata masih menghormati saya. Dengan sedikit imbalan, mereka bisa membantu memastikan penarikan ini berjalan lancar tanpa gangguan.”
Hening sejenak. John menatap Zion dan Pak Hadi bergantian, mencerna rencana tersebut. “Jadi, kita menggabungkan kekuatan hukum, pengalihan saham, dan lobi?”
Zion tersenyum tipis, tatapannya penuh keyakinan. “Ya, John. Ini langkah terbaik kita.”
Pak Hadi menutup mapnya, ekspresinya datar tapi penuh arti. “Dengan strategi ini, kita akan membuat Brata berpikir dua kali sebelum bertindak.”
John akhirnya mengangguk, rasa cemasnya perlahan mereda. “Kalau begitu, kita mulai. Aku percaya kalian.”
***
Brata berdiri di ruangannya yang remang, matanya menatap tajam ke arah anak buahnya yang berdiri dengan kepala tertunduk. Amarah membara dalam tatapannya, tetapi suaranya tetap dingin dan terkendali.
“Kalian sudah berbulan-bulan mencari, tetapi hasilnya nol,” katanya, setiap kata menekan seperti belati yang menusuk. “Jika dua gadis itu muncul dan mengklaim hak warisnya, kalian tahu apa artinya bagiku? Aku akan kehilangan segalanya.”
Anak buah Brata menelan ludah, menyadari besarnya risiko di hadapan mereka. Salah satu dari mereka, pria bertubuh tegap bernama Reno, memberanikan diri untuk berbicara. “Maafkan kami, Tuan. Tapi kami sudah mencari di pantai dan pulau-pulau yang kemungkinan menjadi tempat gadis itu terdampar, namun kami tidak menemukan keberadaannya. Saya rasa dia sudah mati, Tuan."
Brata menyipitkan matanya, tatapannya mengunci pada Reno. "Bagaimana kau bisa mengatakan dia sudah mati kalau kau belum menemukan mayatnya?!" bentaknya penuh amarah.
Di luar ruangan, bunyi langkah sepatu menggema, menandakan kehadiran seseorang. Pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria paruh baya dengan wajah penuh tekad. Namanya Surya, informan andalan Brata yang baru saja kembali dari penelusuran.
Surya melangkah lebih dekat, “Tuan, kami sudah menemukan jejak gadis itu," katanya dengan suara rendah namun tegas.
Mata Brata bersinar sedikit, tetapi bibirnya tetap menipis, tidak menampakkan senyuman. “Bicara! Di mana kalian melihatnya?"
"Gadis itu terlihat di taman kota, Tuan." Jawaban tetap tegas, namun ada sesuatu yang nampak mengganggunya.
Brata menegakkan tubuhnya, napasnya terasa lebih berat. “Kalau begitu, saatnya kita memulai perburuan.”
Suasana di ruangan itu berubah tegang, sementara anak buah lainnya bertukar pandang, mengetahui bahwa misi ini akan menjadi lebih berbahaya dari yang pernah mereka bayangkan.
Surya berdiri di hadapan Brata, wajahnya menegang, seakan mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan. "Ta-tapi, Tuan ... gadis itu tidak sendirian."
Mata Brata menyipit, ekspresinya menunjukkan perpaduan antara penasaran dan marah. "Di mana dia sekarang? Sama siapa?" tanyanya dingin.
Surya menarik napas dalam, mengumpulkan keberanian sebelum melanjutkan. "Dia sekarang tinggal bersama sebuah keluarga yang cukup berpengaruh, Tuan."
Kening Brata berkerut, rasa penasaran semakin mengusiknya. "Jangan berbelit-belit" bentaknya tak sabar. "keluarga siapa?" desaknya dengan nada penuh kewaspadaan.
Surya menunduk sejenak sebelum menjawab, “Keluarga Mahendra, Tuan.”
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Malah Diandra yang melindungimu Ello. Hah,kamu mengecewakan aku Ello. 😁😁😁
Dengan adanya tragedi seperti ini, bisa ada jalan untuk penyelidikan tentang Diandra, dan ternyata yang menghadang Ello & Diandra adalah orang suruhan Brata 😱😱😱😱
Setelah ini Pak Hadi & Zion yang bekerja & tetap waspada! 😅
Makasih Author udah UP 🥰
Diandra menguasai Ilmu Bela Diri...Ello tertegun saat Diandra bicara seperti itu..Ello hrs berlindung di ketiak Perempuan🤣🤣🤣hrsnya Ello yg berkata demikian
Waaaaahhhhh ngeri-ngeri sedap 🤭😅