Sarena Almaira adalah seorang wanita muda cantik yang hidup dalam penderitaan. Sejak usia 5 tahun, ia mengalami broken home setelah ayahnya menghilang entah ke mana. Kehidupannya pun menjadi sangat sulit dan penuh kesedihan. Setelah lulus SMA, Sarena memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan restoran demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika sebuah kejadian tak terduga membuatnya terikat dalam pernikahan rahasia dengan seorang pengusaha muda yang kaya dan tampan.
Apakah Sarena akan menemukan kebahagiaan setelah bertemu dengan pria itu?
Baca yu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meywh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab10
Setelah menikah, Aldevaro membawa Sarena ke rumah barunya yang tidak diketahui oleh keluarganya.
"Sekarang kamu tinggal di sini. Patuhlah dan turuti semua perintahku. Jangan beri tahu siapa pun bahwa aku adalah suamimu, kecuali sahabatmu yang tadi," tegas Aldevaro.
"Baiklah," ucap Sarena singkat.
"Satu lagi, beri tahu sahabatmu itu agar tidak memberitahu siapa pun," tambah Aldevaro.
"Iya."
'Sejak awal, aku sudah tahu bahwa jika aku menikah dengannya, penderitaan baru akan dimulai,' gumam Sarena dalam hati.
"Boleh aku bertanya sesuatu?" ujar Sarena.
"Panggil aku Tuan," jawab Aldevaro dingin.
'Aku ini lebih seperti asistennya daripada istrinya,' batin Sarena.
"Baiklah, Tuan. Aku ingin bertanya, di mana kamarku?" tanya Sarena pelan.
"Kau tidur di kamar sebelah," ujar Aldevaro sambil menunjukkan kamar di sebelah kamarnya.
"Oh, baiklah."
Sarena membawa kopernya dan masuk ke kamar yang ditunjukkan.
'Mengapa laki-laki itu sangat menjengkelkan,' pikirnya sambil mulai membereskan barang-barangnya. Ia kemudian mandi dan berganti baju.
'Rumah ini memang besar dan mewah, tapi bukan ini yang aku inginkan. Bukan pernikahan yang terpaksa seperti ini. Bukan karena kesalahan yang tidak disengaja. Aku ingin menikah karena cinta dan ketulusan hati,' gumam Sarena sambil menangis, mengenang kejadian di hari itu.
---
Keesokan paginya, terdengar suara ketukan di pintu.
Tok tok tok.
"Bu Sarena," panggil seseorang dari balik pintu.
"Ya, siapa itu?" jawab Sarena sambil membuka pintu.
"Kamu siapa?" tanya Sarena saat melihat seorang wanita muda di depan pintu.
"Saya Lala, Bu. ART di sini," jawabnya.
"Oh, ada apa, La?" tanya Sarena.
"Bu, makanan di bawah sudah siap. Tuan Aldevaro menyuruh saya membangunkan Ibu untuk sarapan," ujar Lala sopan.
"Baiklah."
Sarena mengikuti Lala menuju ruang makan di lantai bawah. Sesampainya di bawah, ia tidak menemukan Aldevaro.
"Lala, Tuan ke mana?" tanya Sarena heran.
"Tuan sudah berangkat kerja dari pagi, Bu," jawab Lala.
"Oh," jawab Sarena singkat.
‘Bukankah mereka suami istri? Mengapa mereka tidur terpisah? Bahkan Bu Sarena memanggil suaminya dengan sebutan Tuan,’ pikir Lala sambil menatap Sarena yang mulai makan.
Selesai makan, Sarena kembali ke kamarnya dan mengurung diri di dalamnya.
'Apa yang harus kulakukan di rumah ini? Tidak ada yang bisa kulakukan, karena semuanya sudah diatur oleh orang lain. Bahkan aku juga tidak diizinkan bekerja, sesuai dengan kesepakatan aku dan Aldevaro. Dia yang akan membiayaiku selama aku menjadi istrinya,' gumam Sarena merasa bosan.
"Ah, sangat membosankan," ucapnya pelan.
Sementara itu, di kantor Aldevaro...
'Apakah wanita itu baik-baik saja?' pikir Aldevaro sambil membuka ponselnya, berniat menelepon Sarena. Namun, ia mengurungkan niatnya.
'Tidak, untuk apa aku memikirkan wanita itu,' gumamnya lagi, sambil meletakkan ponselnya.
"Ada apa dengan Tuan?" gumam Dafa, asisten Aldevaro, yang baru saja masuk ke ruangannya.
"Tuan, hari ini ada rapat di kafe AS," ujar Dafa.
"Baiklah," jawab Aldevaro singkat.
---
Di rumah, Sarena yang kebingungan memutuskan untuk menelepon Syifa, sahabatnya.karna dia sangat merasa bosan dan kesepian walaupun sebelumnya dia sudah biasa sendiri dan kesepian tapi dirumah itu sangat sunyi sekali.
Syifa: "Halo, Ren. Ada apa?"
Sarena: "Fa, aku bosan di rumah. Yuk, kita keluar."
Syifa: "Oh, ayo. Mau ketemu di mana?"
Sarena: "Di kafe AS, yang biasa kita temui."
Syifa: "Oke, aku duluan ke sana ya."
Sarena: "Baiklah."
Tut tut tut.