Saphira Aluna, gadis berusia 18 tahun yang belum lama ini telah menyelesaikan pendidikannya di bangku sekolah menengah atas.
Luna harus menelan pil pahit, ketika detik-detik kelulusannya Ia mendapat kabar duka. Kedua orang tua Luna mendapat musibah kecelakaan tunggal, keduanya pun di kabarkan tewas di tempat.
Luna begitu terpuruk, terlebih Ia harus mengubur mimpinya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Luna kini menjadi tulang punggung, Ia harus menghidupi adik satu-satunya yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah pertama.
Hidup yang pas-pasan membuat Luna mau tak mau harus memutar otak agar bisa terus mencukupi kebutuhannya, Luna kini tengah bekerja di sebuah Yayasan Pelita Kasih dimana Ia menjadi seorang baby sitter.
Luna kira hidup pahitnya akan segera berakhir, namun masalah demi masalah datang menghampirinya. Hingga pada waktu Ia mendapatkan anak asuh, Luna malah terjebak dalam sebuah kejadian yang membuatnya terpaksa menikah dengan majikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ina Ambarini (Mrs.IA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peraturan Rumah Khafi
Sesampainya di rumah kontrakan Luna, Luna segera turun dan berlari ke rumahnya.
"Dek. Ayo bantuin Kakak beresin barang-barang Kita!" Pinta Luna dengan tergesa.
"Kok di beresin, emangnya Kita mau kemana, Kak?" Tanya Nuka, adik laki-laki Luna yang berusia 13 tahun.
"Kamu harus ikut Kakak tinggal di rumah majikan Kakak," jawab Luna sembari membereskan barang-barangnya.
"Hah. Emang Kakak udah dapat majikan?" Tanya Nuka yang juga membereskan barang-barangnya.
"Iya. Alhamdulillah, cepetan Dek. Kasihan Mereka nunggu!" Pinta Luna.
"Iya, Kak." Nuka mempercepat gerakannya.
Di luar, di dalam mobil. Khafi tengah memainkan ponselnya, sementara itu Yuke tengah bercerita panjang lebar kepada Khafi. Selina yang sedari tadi memperhatikan rumah kontrakan Luna, merasa prihatin.
"Anak semuda Luna sudah harus kerja keras buat menghidupi adiknya. Aku pasti gak akan salah menilai Luna, Dia pasti anak yang baik."
Selina yang usianya berbeda 9 tahun dari Luna, merasakan bahwa Luna adalah gadis yang mudah di sukai banyak orang.
Ia berniat untuk menganggap Luna sebagai adiknya sendiri, Selina merasa bahwa Luna memang anak yang jujur.
"Fi. Kamu dengerin Aku cerita gak?" Tanya Yuke yang kesal ceritanya tak di respon oleh Khafi.
Khafi tak menjawab, Ia asik dengan gawainya.
"Sayang."
Mendengar suara sang istri, Khafi langsung menoleh.
"Iya, Sayang. Kenapa?" Tanya Khafi.
Yuke yang melihat itu, sontak memalingkan wajahnya karena Khafi berbeda sikap terhadapnya.
"Kamu susulin Lun, gih. Kok Dia lama, ya? Barang kali ada Dia buntuh bantuan," ucap Selina.
"Lin. Kamu tuh berlebihan deh, biarin aja kenapa sih. Dia itu cuma baby sitter, gak usah diperlakuin spesial!" Seru Yuke.
Selina tak menjawab, Ia beralih menatap suaminya seraya berharap sang suami paham dengan tatapannya.
Khafi menghela nafasnya, Ia tahu betul apa yang diinginkan oleh istrinya.
"Ya udah Aku susulin Dia." Khafi turun dari mobil dan menyusul Luna.
Khafi berjalan menuju rumah, saat di ambang pintu Khafi refleks menundukkan kepalanya ketika hendak masuk ke dalam rumah.
"Udah belum? Lama banget?" Tanya Khafi yang kedatangannya tak di sadari oleh Luna dan adiknya.
"Heh, Dia siapa Kak. Main masuk ke rumah orang tanpa permisi, gak sopan itu namanya!" Hardik Nuka.
Luna melebarkan matanya, Ia dengan cepat membekap mulut sang adik untuk tak melanjutkan hardikannya.
"Sstt! Nuka, Dia itu bosnya Kakak!" Bisik Luna.
Nuka terkejut, Ia langsung berubah ramah dan meminta maaf pada Khafi.
"Maaf, Om. Nuka udah bicara gak sopan."
"Jangan panggil, Om. Panggil Bapak!" Pinta Luna.
"Oh, iya maaf, Pak." Nuka memperbaiki panggilannya terhadap Khafi.
"Emm ini udah beres kok, Pak." Luna berdiri dan segera keluar dari rumah bersama adiknya.
Khafi yang hendak berjalan menuju mobil, tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Kenapa berhenti, Pak?" Tanya Luna.
"Yang punya kontrakannya dimana?" Tanya Khafi, masih dengan suara tegasnya.
"Di belakang, gak jauh dari sini. Ada apa memangnya, Pak?" Tanya Luna lagi.
"Kamu harus pamitan sama yang punya kontrakan, kan Kamu udah gak akan ngontrak lagi." Khafi menuturkan.
"Oh, iya. Tadinya Saya mau pamitannya nanti karena kan takutnya Bapak buru-buru," ujar Luna.
"Pamitan sekarang aja!" Pinta Khafi.
Luna mengangguk, Ia berlari ke belakang rumahnya untuk menemui pemilik kontrakan.
"Permisi, Bu." Luna mengetuk pintu.
"Iya, kenapa Luna?" Tanya pemilik yang baru membuka pintu.
"Maaf mengganggu, Bu. Saya cuma mau pamitan, Saya dapat kerjaan yang harus tinggal di rumahnya. Jadi Saya gak akan tinggal di kontrakan dulu," ujar Luna.
"Oh, alhamdulillah kalau gitu Lun. Semoga betah ya kerjanya," ucap pemilik kontrakan yang begitu baik pada Luna juga adiknya.
"Iya, Bu Aamiin. Tapi kalau semisal nanti Saya butuh kontrakan, bolehkan balik kesini lagi?" Tanya Luna.
"Boleh dong. Pokoknya kapanpun Kamu butuh kontrakan, pasti bakal Ibu siapin." Pemilik kontrakan yang tak memiliki anak perempuan itu sudah menganggap Luna seperti anaknya sendiri, semasa kedua orang tua Luna masih hidup pun pemilik kontrakan itu selalu banyak membantu.
"Makasih banget, Bu. Ya sudah kalau gitu Saya pamit sekarang, ini kunci kontrakannya." Luna mengembalikan kunci rumahnya.
"Iya, hati-hati, ya."
Luna mengangguk, Ia pun kembali berlari menemui majikannya.
"Sudah, Pak." Luna mengatur nafasnya yang tersengal.
Khafi mengangguk, lalu Ia meminta Luna untuk masuk ke dalam mobil.
"Hay. Udah beres?" Tanya Selina saat Luna membuka pintu mobil.
"Sudah, Bu. Maaf Saya lama," ucap Luna.
"Gak apa-apa, masuk!" Pinta Selina.
Luna dan adiknya pun masuk ke dalam mobil, dan Luna duduk di samping Selina.
"Semoga Kamu betah ya kerja sama Saya, ya." Selina menerima Luna dengan tangan terbuka.
"Aamiin." Luna bersyukur, pertama kali Ia mendapat pekerjaan, Luna langsung mendapatkan majikan yang begitu baik hati dan bertutur kata lembut.
Sesampainya di kediaman keluarga Khafi, Luna terkesima melihat megahnya rumah majikannya.
"Kak. Rumahnya besar banget, kayak yang Aku lihat di tv." Nuka begitu kegirangan.
"Haha, Kamu lucu banget, sih. Udah gak sabar mau masuk, ya?" Tanya Selina pada Nuka.
"Eh, maaf, Bu. Nuka baru lihat rumah sebagus ini," ucap Nuka.
"Gak apa-apa, gak usah minta maaf. Yuk masuk!" Ajak Selina.
"Kampungan banget, sih!" Gerutu Yuke yang langsung turun dari mobil dan berlalu masuk begitu saja ke dalam rumah.
"Sayang, sini Aku bantu." Khafi membantu istrinya.
"Oh, sebentar Saya ambilkan kursi rodanya." Luna bergegas turun dan membuka bagasi mobil.
Luna mengeluarkan kursi si dan ikut membantu majikannya.
"Terima kasih. Maaf ya ngerepotin terus," ucap Selina pada suaminya.
"Gak apa-apa, kenapa harus minta maaf. Aku bakalan terus ada buat Kamu," ucap Khafi dengan tulus.
Luna terdiam, satu sisi Khafi memiliki sisi terbaik ketika bersama istrinya. Ia terlihat begitu menyayangi sang istri, dan bertanggung jawab pada istrinya.
"Kita masuk sekarang!" Seru Khafi.
Mereka pun masuk ke dalam rumah, Luna dan sang adik masih takjub melihat isi rumah yang begitu mewah.
"Wah, Kak bagus banget. Luas," ucap Nuka.
"Sstt, udah jangan banyak bicara. Gak enak kalai kedengaran Bos Kakak!" Pinta Luna.
"Bi Yuni!" Panggil Khafi.
Terlihat wanita paruh baya berjalan cepat dari arah dapur, Bi Yuni adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja lama di rumah Khafi.
"Iya, Tuan. Ada yang bisa Bibi bantu?" Tanya Bi Yuni.
"Ini Luna, Baby sitter yang baru. Tolong antarkan Dia sama adiknya ke kamarnya, dan jelaskan peraturan di rumah ini!" Pinta Khafi.
"Oh, baik Tuan. Mari Neng," ajak Bi Yuni.
Luna mengangguk, Ia pun mengikuti langkah kaki Bi Yuni.
"Nah ini kamarnya," ucap Bi Yuni sembari membuka pintu kamar yang akan di tempati oleh Luna juga adiknya.
"Wah. Luas, bersih. Kasurnya juga empuk," ucap Nuka yang langsung berhambur menuju tempat tidur.
"Bibi jelasin dulu peraturan di rumah ini, ya. Pertama, harus selalu bangun pukul lima pagi. Kamar harus selalu rapih, walaupun kamar Kita sendiri. Tuan Khafi paling gak suka sama orang yang jorok! Kedua, jangan pernah masuk ke kamar orang lain sembarangan, termasuk kamar Bibi. Tuan Khafi sangat menghargai privasi seseorang, walaupun sesama pembantu. Ketiga jangan menanyakan apapun yang menjadi urusan majikan, Kita gak boleh kepo. Gak boleh mengobrol berlebihan sama majikan, cukup sewajarnya antara pembantu sama majikan. Terakhir yang pasti harus selalu nurut sama perkataan majikan, sekalipun itu bertentangan sama Kita. Udah, nanti yang lain-lainnya Kamu juga bakal tahu sendiri. Bibi ke dapur dulu, harus masak buat nanti makan malam."
Bi Yuni berpamitan, lalu Luna masuk ke dalam kamar dan membereskan barang-barangnya.
"Nuka, ingat apa yang di bilang sama Bi Yuni. Kamar Kita harus selalu rapih!" Seru Luna.
"Iya, Kak." Nuka menjawab.
"Ingat. Kakak butuh kerjaan ini, jadi tolong bantu Kakak. Jangan bikin ulah, jangan sampai Kakak kehilangan kerjaan Kakak. Ngerti?" Tanya Luna.
"Ngerti, Kak." Nuka ikut membereskan barang-barang serapih mungkin.
Tak lama, suara telepon berbunyi. Luna dan Nuka begitu terkejut, Mereka mencari keberadaan telepon itu.
"Kak. Ini teleponnya bunyi, angkat!" Seru Nuka.
Perlahan, Luna mengangkat telepon itu.
"Ha-halo?" Tanya Luna dengan gugup.
"Ke ruang tamu sekarang!" Seru Khafi di balik telepon.
"Siap, Pak." Luna segera menutup telepon dan berlari menuju ruang tamu.
Luna melihat orang-orang tengah berkumpul di ruang tamu, hal itu seketika membuat Luna semakin gugup.
"Maaf jika Saya lama, Pak." Luna merundukkan kepalanya.
"Gak lama, kok. Oh iya, Mah. Ini Luna, Baby sitternya anak-anak." Selina memberitahukan hal itu pada Mertua juga ibunya.
Ya, di rumah Khafi tinggal banyak sekali orang. Dari mulai, Ibu Selina. Kedua orang tua Khafi pun tinggal bersama Mereka, juga ketiga anak Khafi dan Selina yang masih kecil-kecil.
Untuk Yuke, Dia tidak tinggal di rumah Selina. Namun hampir setiap hari Ia berkunjung ke rumah Selina, sampai membuat Ibu juga mertua Selina bosan.
Yuke adalah teman dekat Selina, namun sikapnya banyak tak di sukai oleh orang rumah.
"Selamat sore, Saya Saphira Aluna. Panggil saja Luna," sapa Luna sembari membungkukkan badannya.
"Sore. Kamu umurnya berapa? Badan Kamu mungil, kayak anak ABG." Ibu Selina berucap.
"Iya, masih imut-imut kayaknya." Ibu Khafi ikut menimpali.
"Oh, umur Saya 18 tahun, Bu. Badan Saya memang kecil, nurun dari Ibu Saya." Luna menuturkan.
"Oh, 18 tahun itu kalau gak salah baru lulus sekolah SMA, ya?" Tanya Ibu Khafi.
"Iya, Bu." Luna menjawab.
"Kenapa udah kerja? Gak kuliah?" Tanya Ibu Selina.
Luna menggelengkan kepalanya, Ia merasa sedih ketika mendapat pertanyaan itu.
"Saya tidak bisa kuliah, karena harus mengurus adik, memenuhi kebutuhan sekolahnya." Luna mamaparkan.
"Oh, gitu. Kamu tulang punggung keluarga? Orang tua Kamu kerja apa?" Tanya Ayah Khafi.
Luna menghela nafasnya, Ia seakan berat menjawab pertanyaan dari Ayah Khafi.
"Bu, Yah. Luna yatim piatu," jawab Selina. Ia paham perasaan Luna saat itu, dan membantu menjawabnya.
"Ya ampun, maaf Luna. Kamu sabar, ya. Semoga betah kerja disini!" Seru Ayah Khafi.
"Ini orang-orang kenapa pada suka sih sama baby sitter ini?" Yuke tampak tak suka dengan sikap ramah keluarga Khafi terhadap Luna.