Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4 - Neraka Yang Sesungguhnya.
Malam ini, dia butuh waktu sendiri. Mikhayla menatap sekujur tubuhnya seraya bertanya. Kenapa tidak dirinya saja yang terluka, entah keberuntungan atau justru sebuah hukuman dia hanya mengalami luka-luka kecil yang bahkan tidak terasa sakitnya.
Entah karena tertutup dengan ketakutan yang begitu luar biasa, atau memang Tuhan menjaganya. Mikhayla bahkan mampu berdiri tanpa bantuan siapapun, dia menatap pemandangan kota dari lantai 21 rumah sakit tersebut.
Pemandangan kota di malam hari begitu indah, gemerlap lampu yang mewarnai sejenak menghibur matanya. Mikhayla terdiam, pikirannya menari-nari dan gejolak hatinya berkata untuk loncat saja.
"Jika Papa saja tidak peduli, lalu kenapa aku harus hidup? Orang-orang juga sudah terlanjur menilaiku buruk ... sudahlah, Khayla masa depan kamu berhenti di sini."
Mikhayla tersenyum getir malam itu, setelah sebelumnya bertengkar sepanas itu bersama sang Papa. Pada akhirnya Mikhayla memutuskan untuk mengakhiri hidup. Bukan hanya takut dengan hal-hal yang akan terjadi di masa depan, akan tetapi rasa bersalahnya luar biasa besar pada wanita itu.
"Tuhan pertemukan aku dengan wanita itu, kesalahanku terlalu besar ... walau aku tau mungkin maafku tidak akan diterima, tapi setidaknya sudah berusaha."
Pikiran Mikhayla sudah terlampau kacau hingga dia tidak lagi bisa membedakan sesuatu yang logis atau tidak. Hembusan angin luar biasa kencang menyapa wajahnya, rambut Mikhayla melayang-layang hingga wanita itu sedikit berdesir sebenarnya..
Baru melihat ke bawah, jantung Mikhayla sudah bergetar, kepalanya terasa sakit. Akan tetapi malam itu tekadnya sudah bulat dan tidak terbantahkan lagi. Andai saja Mikhail merangkulnya seperti Zia, mungkin Mikhayla akan berpikir dua kali.
"Bismillah!!!"
Dia memejamkan matanya, Mikhayla spontan berteriak dalam hatinya. Iya, dia ingat Tuhan, dan ini adalah salah satu hal sinting yang dia lakukan. Sebenarnya dia takut mati, akan tetapi Mikhayla merasa dunia sama sekali tidak lagi ada baiknya.
Alka yang dia kira adalah pria hangat dan akan selalu menjaganya ternyata tidak demikian, begitupun dengan sahabat-sahabatnya, semua sama saja. Belum lagi, kini Mikhail ternyata memilih tidak peduli semakin membuat tekat Mikhayla mantap dalam keputusan ini.
Pasrah, dia membebaskan tubuhnya terjun tanpa beban. Dengan air mata yang membasahi wajah cantiknya, Mikhayla menutup hidupnya malam ini.
Bruk
Aneh, jatuhnya cepat sekali. Mikhayla bahkan merasakan ini terlalu cepat dan jatuhnya pun bukan ke luar lantaran hembusan anginnya tak lagi dia rasa. Seseorang menariknya dan menggagalkan rencana Mikhayla, namun lebih aneh lagi kala Mikhayla merasakan semuanya tiba-tiba jadi gelap dan dia mulai kesulitan bernapas.
"Bawa dia," titah salah satu pria di sana, cukup sulit bagi mereka untuk menyelinap kala penjagaan lengah.
Tubuhnya tampak lemas dalam gendongan pria serba hitam itu. Setelah mereka berusaha menculik gadis ini, dalam waktu singkat saja dapat disimpulkan jika target mereka bukan orang sembarangan.
Dua orang itu bergegas membawa pergi wanita bertubuh mungil itu. Entah mau diapakan, yang jelas tugas mereka hanya membawa wanita itu menuju kediaman bosnya.
"Buka? Atau biarkan tertutup begini, Bos?"
"Biarkan saja, tugas kita hanya membawanya pergi ... jangan lengah, bisa jadi dia masih sadar."
"Kalau dia mati bagaimana?" tanya pria itu mendadak ragu, pasalnya yang memberikan perintah adalah seorang Keyvan Wilantara, sama halnya dengan bunuh diri jika sampai tidak sesuai kemauannya.
"Tidak akan, kau ini bodoh atau bagaimana? Seperti baru kali ini saja," kesal pria bertato dengan tubuh gempal itu begiru marah.
Mobil itu melaju meninggalkan rumah sakit dengan kecepatan tinggi, lalu lintas tidak seramai tadi sore. Kemungkinan mereka akan tiba dalam waktu yang cukup dekat, dengan perasaan gugup dan takut dihajar lantaran tugas ini mereka lakukan begitu lama.
.
.
.
Kasur empuk, hangat dan tunggu ruangan ini wangi sekali. Mata Mikhayla perlahan mengerjap, kamar ini begitu mewah dan megah. Lebih mewah dari kamarnya, apa ini surga?
Jika benar, keputusan Mikhayla sangat tepat. Tapi kepalanya masih terasa sangat berat, Mikhayla hendak bangun juga terasa sulit. Nampaknya dia terjun terlalu tinggi hingga sakitnya sampai dibawa mati begini.
"Aarrgghhh," rintih Mikhayla masih merasakan sakit di kepalanya, bukan patah di kaki atau remuk tulanh di bagian tubuhnya.
Beberapa menit dia menatap sekeliling ruangan, hanya ada dia sendiri di sini. Pakaiannya masih sama, persis yang dia pakai sebelum nekat bunuh diri. Hingga pandangannya tertuju pada foto yang terpajang di atas nakas, dia tidak mengenal dengan pasti pasangan dengan pakaian ala pengantin itu.
Ceklek
Pandangan Mikhayla beralih pada pintu yang tampaknya dibuka dari luar. Dadanya bergemuruh, pikirannya sudah berlari kemana-mana. Apa mungkin malaikat yang bertugas memberikan pertanyaan telah tiba? Tapi, kapan dia dikuburnya, sungguh otak Mikhayla sakit sekali rasanya.
Tubuh Mikhayla membeku, malaikat yang dia lihat setampan itu. Tapi kenapa wajahnya tampak tidak bersahabat, Mikhayla memeluk lututnya. Entah kenapa tatapan pria itu membuatnya luar biasa takut.
"Empat jam, lama juga tidurmu." Suaranya terdengar dingin menusuk persendian Mikhayla.
"Anda s-siapa?"
"Kamu tidak perlu tahu siapa aku, tapi yang jelas ... aku hanya menuntut tanggung jawab kepada orang yang sudah merenggut nyawa anak dan istriku."
Deg
Ini bukan surga, bukan pula neraka seperti yang dia duga. Mikhayla pucat pasi, tubuhnya seakan mati dan tidak kuasa bergeser walau sejenak saja.
"M-maaf ... jangan sakiti aku, demi Tuhan aku tidak bermaksud menyakiti siapapun malam itu," lirih Mikhayla mengatupkan kedua telapak tangannya dengan tergesa.
Langkah pria itu semakin dekat, memang tidak menggertak tapi jiwa Mikhayla yang memang merasa bersalah jelas saja merasa takut luar biasa.
"Kamu pikir kata maaf bisa membuat istriku kembali? Hm? Sampai lidahmu putuspun, mereka tidak akan kembali, anak kecil!! Paham?!!"
Keyvan mencengkram dagu Mikhayla hingga wajah mungilnya terlihat memerah. Demi apapun Mikhayla takut sekali, dia mencoba berontak namun secepat itu Keyvan mengikis jarak hingga Mikhayla kesulitan untuk bergerak.
"Ak-aku siap dipenjara, aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku perbuat ... t-tapi tolong lepaskan aku, aku tidak akan lari dari tanggung jawab," tutur Mikhayla mencoba bersuara walau lidahnya terasa kaku luar biasa.
"Penjara?" tanya pria itu tiba-tiba terkekeh dan hal itu semakin membuat Mikhayla takut.
"Denda ... papaku cukup kaya untuk membayar dendanya," tambah Mikhayla ragu sebenarnya, karena beberapa jam lalu sang papa sudah jelas mengatakan dia akan lepas tangan.
"Cih, apa aku terlihat seperti pria kekurangan uang dimatamu? Jika hanya uang dan penjara, tidak mungkin kamu berada di kamarku saat ini, Mi-khay-la." Pria itu tersenyum sinis dengan matanya memperlihatkan amarah yang teramat luar biasa.
Tidak punya cara lain, Mikhayla yang takut hanya bisa menangis dan menangis. Cengkraman di dagunya semakin menyakitkan, pria itu tampak menikmati kesakitan yang Mikhayla rasakan.
"Menangislah, aku sangat suka wanita cengeng yang hanya bisa menangis sepertimu," bisik Keyvan menghempas Mikhayla hingga wanita itu terjerambab di atas tempat tidur.
"Papa!!!" teriak Mikhayla sembari memejamkan mata, dia mencoba merangkak demi menghindari Keyvan yang sejak tadi memandanginya sembari berdiri.
"Anak manja rupanya," tutur pria itu sembari terus memandangi sasaran kemarahannya tengah mencoba bertahan, sedikit menghibur jiwanya yang terluka pasca ditinggalkan Liora pergi untuk selamanya.
"Menangislah, menangis sebelum kularang!!!" bentaknya kian menjadi dan Mikhayla benar-benar mengikuti perintah pria itu, dia menangis sejadi-jadinya karena memang takut.
-To Be Continue-
daddy's little girl is always daddy's little girl..