NovelToon NovelToon
Sinar Rembulan

Sinar Rembulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:247.2k
Nilai: 5
Nama Author: Clarissa icha

"Neng, mau ya nikah sama anaknya Pak Atmadja.? Bapak sudah terlanjur janji mau jodohkan kamu sama Erik."

Tatapan memelas Pak Abdul tak mampu membuat Bulan menolak, gadis 25 tahun itu tak tega melihat gurat penuh harap dari wajah pria baruh baya yang mulai keriput.

Bulan mengangguk lemah, dia terpaksa.

Jaman sudah modern, tapi masih saja ada orang tua yang berfikiran menjodohkan anak mereka.
Yang berpacaran lama saja bisa cerai di tengah jalan, apa lagi dengan Bulan dan Erik yang tak saling kenal sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Beda selera

Jarum jam menunjukkan pukul 6 sore, aku baru selesai melaksanakan sholat maghrib. Sejak masuk ke dalam kamar, aku belum keluar sama sekali. Diluar sana tidak terdengar suara apapun, rumah besar ini sangat sunyi dan sepi, beda sekali dengan suasana di rumah orang tuaku. Baru beberapa jam menginjakkan kaki di rumah ini, aku sudah merindukan kehangatan di rumahku.

Aku putuskan keluar kamar dan menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai 1. Rumah ini terlalu besar untuk ditempati 3 orang. Hanya ada aku, Mas Erik dan Bik Asih. Tapi aku cukup kagum dengan kesuksesan yang telah di raih oleh Mas Erik. Keluarganya memang kaya, tapi apa yang Mas Erik miliki sekarang adalah hasil kerja kerasnya sendiri karna memiliki otak yang cerdas hingga bisa masuk di perusahaan kontruksi terbesar dan menjabat sebagai manager.

Aroma wangi masakan memanjakan indera penciuman ku begitu sampai di lantai 1. Langkahku langsung tertuju pada dapur di ruang belakang. Dapur tanpa sekat itu menyatu dengan meja makan. Di sana ada Bik Asih yang sedang berkutat dengan peralatan memasak. Ketika aku datang, Bik Asih kebetulan menoleh dan melihatku. Wanita paruh baya itu melempar senyum sumringah saat melihat ku.

"Non Bulan mau makan malam sekarang.? Sebentar ya, masakannya belum mateng Non." Tawarnya ramah.

Aku menggeleng pelan dan semakin mendekat, penasaran dengan makanan yang sedang dimasak oleh Bik Asih. Rupanya Bik Asih sedang memasak udang saus padang. Ada tumis kangkung dan ikan bakar yang sudah ditata di piring.

"Saya bosan di kamar terus Bik, makanya turun." Jawabku. "Bik Asih tidak usah panggil Non atau Bu, saya lebih suka di panggil Bulan saja. Bibi tidak usah sungkan, Mas Erik tidak akan memotong gaji Bik Asih cuma karna manggil saya pake nama saja." Aku sedikit terkekeh agar obrolannya tidak terlalu kaku.

Bik Asih mematikan kompor karna udang saus padangnya sudah matang. Beliau ikut terkekeh menanggapi candaan ku.

"Neng Bulan bisa saja. Bibi panggil Neng saja tidak apa-apa.? Orang Sunda kan biasanya di panggil Neng." Ujarnya.

Aku mengangguk tanda tidak keberatan. Dipanggil Neng jauh lebih enak didengar daripada Ibu atau Non. Apalagi aku tidak merasa menjadi nyonya di rumah ini walaupun aku berstatus sebagai istri Mas Erik.

"Makan malamnya sudah siap Neng, Bibi mau sholat sebentar. Mas Erik mau sekalian di panggilkan Neng.?" Tawarnya.

Aku reflek menoleh ke arah tangga, Bik Asih belum tau kalau kami pisah kamar. Akan sangat canggung jika Bik Asih tau lebih awal.

"Tidak usah Bik, biar aku saja yang ke atas."

Bik Asih mengangguk paham dan pergi ke belakang. Kamar Bik Asih sudah pasti ada di sana. Selepas kepergian Bik Asih, aku naik lagi ke lantai 2 untuk memanggil Mas Erik. Pria itu baru membuka pintu kamarnya setelah aku mengetuk dan memanggilnya lebih dari 3 kali. Pria itu memakai baju rumahan, tampak santai dengan celana pendek dan kaos putih oversize.

"Kenapa.?" Nada bicara Mas Erik selalu datar ketika bicara padaku, begitupun tatapan matanya. Semua itu karna dia tidak memiliki perasaan apapun padaku, atau mungkin malah kesal karna aku tidak menolak perjodohan ini.

"Cuma mau kasih tau kalau makan malamnya sudah siap."

Mas Erik menautkan alisnya. "Kamu yang masak.?" Tanyanya seraya keluar dan menutup pintu kamar, aku reflek mundur selangkah agar tidak terlalu dekat berhadapan dengannya.

"Aku mana berani, takut beda selera nanti mubazir kalau tidak dimakan." Jawabku sembari beranjak dari sana karna merasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Mas Erik tampak mengekor di belakang karna aku mendengar langkah kakinya. Kita berdua benar-benar seperti orang asing yang tidak dalam satu rumah dan harus melakukan aktivitas bersama. Padahal sebelum ada perjodohan ini, kami berdua beberapa kali berinteraksi, obrolannya pun nyambung. Apalagi persahabatan orang tua kami sudah seperti hubungan saudara.

"Nasinya segini cukup.?" Tanyaku.

Mas Erik malah bengong melihat aku menyodorkan piring yang sudah diisi nasi.

"Cukup. Lain kali biar aku ambil sendiri saja." Ujarnya sambil menerima piring dari tanganku.

Mendengar penolakan halus dari Mas Erik, aku terkekeh kecil. "Mas Erik jangan salah paham, aku bukan mau berlagak seperti istri sungguhan yang menyiapkan makanan untuk suaminya. Aku seperti ini karna Mas Erik sudah memberiku tumpangan gratis di rumah ini." Ujarku menjelaskan.

"Besok-besok mungkin aku akan membantu Bik Asih membersihkan rumah dan mencuci baju. Anggap saja sebagai ucapan terimakasih karna aku tidak bisa membalas kebaikan Mas Erik selain dengan cara seperti itu." Aku mengembangkan senyum di akhir kalimat, bersikap seolah aku baik-baik saja menerima pernikahan penuh sandiwara ini.

Mas Erik kedapatan menghela nafas. "Terserah kamu saja, tapi aku tidak mengharuskan kamu mengerjakan pekerjaan rumah disini." Ujarnya tanpa menatap ke arahku. Mas Erik sibuk mengambil lauk dan diletakkan di piringnya. Aku pun tidak bicara lagi. Suasana langsung hening dan berlangsung sampai kami selesai makan. Mas Erik pergi begitu saja saat aku sedang membereskan piring bekas makan malam kami.

...*****...

Aku melompat turun dari tempat tidur. Ponsel di tanganku melayang begitu saja karna reflek, untungnya jatuh di tempat tidur, bukan di lantai.

"Bisa-bisanya aku kesiangan." Aku menggerutu sambil masuk ke kamar mandi. Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi dan aku belum sholat. Sedangkan jam setengah 7 sudah harus berangkat ke kantor.

Semalam ketika penghuni rumah sedang terlelap, aku sibuk menengadahkan tangan pada sangat pencipta, memanjatkan do'a-do'a ku di sepertiga malam. Mengadu apa yang tidak bisa aku adukan pada sesama makhluk ciptaannya. Aku terlalu khusyuk berdoa sampai pukul 4 pagi dan tertidur hingga bangun kesiangan.

Kamarku sangat berantakan dan terpaksa aku tinggalkan begitu saja agar tidak terlambat datang ke kantor. Aku juga harus melewatkan sarapan karna tidak memiliki waktu lagi.

Aku berhenti didepan kamar Mas Erik sambil merapikan kerudung.

Tok,, tok,, tok,,

"Mas Erik, aku berangkat.!" Teriakku. Aku hampir pergi dari sana karna merasa tidak perlu menunggu jawaban Mas Erik, namun pintu kamar tiba-tiba di buka. Pemilik kamar keluar dengan penampilan yang sudah rapi, memakai celana dan kemeja lengan panjang.

"Kamu tidak sarapan dulu.?"

"Aku sudah kesiangan."

"Ayo aku antar kamu ke kantor. Hari ini aku ke lapangan, kebetulan searah sama kantor kamu." Mas Erik bicara sambil berjalan mendahului ku menuruni tangga. Aku lekas mengikuti langkahnya, sepertinya tidak buruk jika hari ini berangkat bersama Mas Erik.

"Kamu panasin mobil dulu, aku mau ke dapur sebentar." Kata Mas Erik sambil menyodorkan kunci mobilnya padaku. Aku menyambar kunci itu dan buru-buru ke garasi untuk memanaskan mobil.

5 menit kemudian, Mas Erik datang dengan membawa kotak bekal di tangannya dan dia sodorkan pada ku.

"Kamu bisa sambil sarapan di jalan." Ucapnya datar seperti biasa.

"Punya Mas Erik mana.?"

"Aku akan sarapan di lokasi. Ayo masuk." Pria jangkung itu masuk ke dalam mobil, namun aku sempat mematung di tempat. Mas Erik menyempatkan diri pergi ke dapur untuk mengambilkan sarapan, padahal dia bisa menyuruhku mengambil sarapan sendiri dan dia yang memanaskan mobil. Pria itu memang sedikit aneh.

"Bulan, mau masuk atau tidak.?" Suara Mas Erik membuyarkan lamunan, aku bergegas masuk ke mobilnya.

"Orang tua kamu sudah menitipkan kamu disini, kalau kamu sampai sakit, aku juga yang dapat masalah. Jadi jangan salah paham kalau aku membawakan sarapan." Mas Erik menjelaskan panjang lebar begitu aku masuk.

Aku reflek tersenyum seperti orang bodoh. Bisa-bisanya aku tidak berfikir kesana, malah berfikir yang tidak-tidak.

"Mas Erik jangan khawatir, aku tidak akan salah paham dengan pria yang sudah punya pacar." Jawabku penuh penekanan. Mas Erik sempat melirik ku, tapi tidak mengatakan apapun.

1
Wiwie
erik apa" mnta upah 🤣🤣
ktagihan y 😄
*Septi*
modus uyyy ujung-ujungnya kan 🤣
Wiwik Emy
lanjut thor
Jovin Huang
modus byk bgt setelah dpt semua ya Erik bisa minta ini itu
Yuliana Tunru
ini indah x pengatin baru yg kemarin msh perkenalan..smoga segera hamill yaa bulan
Eka ELissa
modus Erik brhasil bulan kmu di ajk trbang ke lngit ke tuju pagi/Facepalm/
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
emak ternoda dah tau part ini lagi bikin anak.... hawa mendung angin semilir waduh bojo mana bojo.....
Kotin Rahman
oalaaahhh rik wong mau cerita wae kok yo pke syarat......Bulan mna mau nyium duluan yg ada maluu apa lgi dr awal klian tdk ada pndekatan.....sklinya satu rmh mlah trabaikn......mnding kmu mulai dluan aja nyosor bulan 😄😄😄😄
Euis Maryam
lanjuut
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
duh pengantin lama rasa baru. 😂😂😂
Sugiharti Rusli
oh ternyata Erik pernah kuliah di luar negeri yah,,,
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
Erik mau upah di bayar duluan ya ... tetapi ya itu kegiatan suami isteri.. atas bawah bawah atas /Facepalm//Facepalm/
yuning
ambil paksa 😚
Aretha Parahita
gini kan enak bacanya nggk ada pelakor d pembinor jadi menikmati ceritanya
Opi Sofiyanti
bulan tuh jinak2 merpati.... 😂😂😂😂
Iin Yuliana
𝗍ᥙ kᥲᥒᥒᥒ ᥱrіᥴ 𝗍ᥙmᥲᥒ 🤣🤣🤣 ᥲᥣᥱsᥲᥒ mᥲᥙ ᥣіᥲ𝗍 𝗍rs mᥲᥙ ᥒg᥆ᑲᥲ𝗍іᥒ 𝗍⍴ ძі gᥲrᥲ⍴ ძᥣᥙ 😂😂m᥆ძᥙs, ᑲіsᥲ kᥙ ᑲᥲᥡᥲᥒgkᥲᥒ mᥲᥣᥙᥒᥡᥲ ᑲᥙᥣᥲᥒ 𝗍⍴ ᥲ⍴ᥲᥣᥲһ ძᥲᥡᥲ kі𝗍ᥲ ⍴ᥱrᥱm⍴ᥙᥲᥒ mᥲᥒᥲ ᑲᥱrძᥲᥡᥲ sᥲmᥲ ᥣᥱᥣᥲkі ᥲ⍴ᥲᥣgі mᥱrᥱkᥲ sᥱძᥲᥒg ᑲᥱrһᥲsrᥲ𝗍 ⍴s𝗍і kᥲᥣᥲһ 𝗍ᥱᥣᥲk... 𝗍ᥱᥒᥲgᥲ mᥱrᥱkᥲ ᥣgsg ᑲᥱrkᥲᥣі ᥣі⍴ᥲ𝗍 🤭🤭

gᥲ⍴ᥲ⍴ᥲ ᥣᥲᥒ mᥲkіᥒ һᥲrі mᥲkіᥒ ᥱᥒᥲk k᥆kk 😁🤭 ძ᥆ᥲkᥙ sᥱm᥆gᥲ kᥲᥣіᥲᥒ ᥴᥱ⍴ᥲ𝗍 ძі kᥲsіһ m᥆m᥆ᥒgᥲᥒ ᥡᥲ.. ᥲᥲmііᥒ
enur .⚘🍀
begitulah jika pria syudah merasakan nikmat ny menyatu ,, kegiatan itu tidak cukup satu x di lakukan ,rasa ny pen lagi dan lagi untuk nambah ronde 🤣
As Lamiah
semoga semakin membaik dan ada kabar baik untuk kedua ortu Erik dan bulan
Ayna Adam
Semoga Bulan lekas hamil anak kembar ya😀
Nurhayati Nia
selamat berbucin ria deh untuk mas erik aku syuka liat kalian mesra gini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!