Terlahir dengan tubuh fisik yang sangat lemah, Satria selalu di intimidasi oleh orang-orang sekitarnya. Namun kebangkitan kekuatan merubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Simpatict, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Satria bersama dengan Shinta kembali ke rumah dengan berjalan kaki.
"Satria,aku pulang dulu,jangan lupa mimpikan aku dalam tidurmu," ucap Shinta.
"Bisa diatur,kenapa kamu tidak menginap saja,ini kan rumahmu." Balas Satria seraya memegang pipi Shinta.
"Lain kali saja,besok pagi ada urusan penting di guild,lebih baik sekarang juga menuju ke sana, daripada terlambat," ujar Shinta.
Satria mengecup kening Shinta. "Baiklah, selamat jalan, hati-hati saat berkendara."
Shinta tersenyum manis dan segera memasuki mobilnya. "Aku pasti segera datang lagi." Ucapnya sambil melambaikan tangannya.
"Cie cie pacaran,senang sekali sepertinya kamu ya." Celetuk Ani dari depan pintu rumah.
Satria berbalik dan menuju ke arah Ani. "Tadi bilang kelelahan,kenapa belum tidur?."
"Siapa yang kelelahan,aku tidak ikut latihan, peserta kompetisi hanya Luna,Mimi dan Bayu,jadi aku hanya menunggu Luna selesai berlatih," jelas Ani.
"Apa kamu sudah makan,aku dan Shinta ingin mengajak kalian makan bersama,tapi tidak jadi karena kalian sepertinya memang kelelahan," ucap Satria.
Ani tersenyum masam. "Itu dia,kami belum makan dari siang,tapi entah kenapa Luna tidak mau keluar kamar, sedangkan aku tidak bisa memasak."
Mendengar itu,Satria segera pergi ke dapur untuk memasak,sedangkan Ani membujuk Luna untuk keluar dari kamarnya.
Namun setelah Satria menyelesaikan masakannya,kedua gadis itu belum juga datang, akhirnya Satria mendatangi kamar mereka berdua.
"Masakan sudah siap,cepat keluar dan makanlah,nanti keburu dingin." Ucap Satria dari luar pintu.
Pintu terbuka,Luna mengintip dari kamarnya dengan mata sembab. "Maaf,aku tidak lapar." Ucapnya kemudian hendak menutup pintu.
Satria menahan pintunya agar tidak tertutup. "Kamu kenapa,tidak sedang patah hati kan?." Kata Satria sambil tersenyum main-main.
Mendengar itu, Luna malah menangis terisak-isak dan memeluk Satria. "Aku patah hati karena kamu sudah memiliki kekasih,aku ingin bertahan dan melupakannya,tapi sakit sekali rasanya." ucap Luna.
Satria diam mematung,entah harus bagaimana. "Cintamu mungkin hanya cinta masa remaja,bukan untuk serius kan,kita masih bisa bersahabat,jadi kamu harus mengingatnya dengan baik," hibur Satria. "Mimi juga pernah mengatakan kalau dia menyukaiku,tapi setelah tau aku sudah memiliki kekasih,ia tidak patah hati sepertinya." Lanjut Satria sembari mengelus punggung Luna.
Luna menganggukkan kepalanya sedikit. "Aku mengerti, setidaknya aku sudah menyatakannya padamu."
"Kalau begitu,kamu makan dulu,kamu bukan orang yang memiliki kemampuan tingkat S,masih membutuhkan asupan energi dari makanan." Ucap Satria sembari menarik tangan Luna.
Ani mengikuti mereka dari belakang sambil geleng-geleng kepala. "Begitulah cinta,kadang membuat bahagia, terkadang patah hati, mengerikan sekali," gumamnya dalam hati.
Satria menyajikan makanan untuk Luna dan Ani. "Meskipun masakanku tidak seenak masakan Luna,tapi setidaknya masih bisa dimakan,ayolah makan yang banyak."
Luna mencicipi masakan Satria,ia merasakan kelezatan yang berbeda,seolah membuat hatinya berbunga-bunga. "Masakan macam apa ini,kenapa hatiku terasa sangat nyaman?."
"Itu masakan spesial untuk orang yang sedang gundah gulana,nikmati saja," jawab Satria.
"Wah ternyata kamu juga seorang koki ajaib,bisa membuat wanita patah hati ini menjadi gembira." Ucap Ani sambil menunjuk Luna.
Luna melotot kearah Ani. "Aku tidak patah hati,aku akan berjuang keras untuk merebut Satria menjadi kekasihku!."
Ani terdiam sejenak, kemudian melirik ke arah Satria yang juga sedang mematung. Luna juga tiba-tiba sadar bahwa apa yang dia katakan salah. Sejenak situasinya menjadi sunyi senyap.
Wajah Luna menjadi sedikit merah, kemudian ia segera melarikan diri menuju kamarnya.
Ani terkekeh geli. "Satria,jangan dianggap serius omongan Luna barusan, sepertinya dia memang kelelahan." Kata Ani sembari menyusul Luna. "Besok aku yang akan membereskan dapur," lanjutnya.
Satria pulih dari keterkejutan. "Apa menjadi begitu rupawan salah,belum apa-apa sudah membuat seorang gadis patah hati." Batinnya seraya berteleportasi menuju kamarnya.
Tertidur pulas hingga pagi,Satria keluar dari kamarnya setelah bersiap,ia melihat Luna yang tengah mempersiapkan sarapan di atas meja makan. "Apa kamu baik-baik saja, semalam kamu sepertinya mengigau,bicara tidak jelas," ledek Satria.
Luna menoleh ke arah Satria dan tersenyum kecut. "Tidak apa-apa,ayo kita sarapan dulu,setelah itu kita berangkat ke akademi bersama-sama."
Satria mengangguk dan duduk di kursi. "Ani ada di mana?."
"Ani sedang mencuci peralatan memasak, sebentar lagi selesai." Jawab Luna sambil duduk di depan Satria,hanya terhalang oleh meja makan.
Hanya dalam beberapa saat,Ani menyelesaikan tugasnya,setelah itu mereka sarapan bersama.
Kini mereka telah keluar dari rumah untuk berjalan bersama menuju akademi.
"Satria,kalau kamu mengikuti kompetisi, kemungkinan menang kita lebih besar,kenapa kamu tidak ikut?," tanya Ani.
"Tanya Luna saja,dia sudah tau alasannya," jawab Satria.
Akhirnya kedua gadis bergosip di belakang Satria.
Waktu berlalu,mereka bertiga sudah tiba di akademi. Alia sudah menunggu untuk kelas hutan belantara,semua siswa harus berkemah di kedalaman hutan belantara untuk pelatihan bertahan hidup.
"Kita saat ini memang tinggal dengan tenang di dalam kota,tapi bukan berarti kalian akan selalu berada di kota,maka akademi memutuskan untuk melatih kalian di alam liar," kata Alia.
Seseorang siswa mengangkat tangannya. "Apa kita semua harus mengikuti pelatihan di alam liar?," tanya siswa tersebut.
Alia menganggukkan kepalanya sedikit. "Kita semuanya,untuk melatih kalian semua dari kejadian yang tidak terduga,di alam liar juga ada alam rahasia tingkat D atau lainnya,jadi sekaligus kita menjaga dari ancaman rusaknya alam rahasia yang tidak diketahui," jelas Alia.
Setelah semua siswa memahami apa maksud akademi melatih mereka ke alam liar,tidak ada lagi siswa yang bertanya.
"Bus sudah tiba, silahkan kalian menaiki bus satu persatu,tapi sebelum itu,kalian harus berganti seragam untuk tinggal di hutan belantara,seragam sudah kami persiapkan di ruang ganti," lanjut Alia.
Setiap siswa memasuki ruang ganti, mereka mengganti seragam masing-masing dan segera menuju bus yang sudah menunggu.
Satria juga mengikuti pelatihan,karena itu,ia memasuki ruang ganti di antrian terakhir.
"Satria,itu ruang ganti para gadis sudah selesai digunakan,kenapa kamu tidak menggunakannya saja?," ucap Alia.
"Tidak mau,takut kalau ada celana dalam yang tertinggal," balas Satria.
Alia terkekeh. "Kamu masih kecil sudah berpikiran seperti itu,mengerikan,kasihan Shinta kalau begitu."
"Kamu salah,aku tidak berpikiran macam-macam pada Shinta,hanya kadang Shinta agak manja," gurau Satria.
"Wajarlah gadis kadang manja pada kekasihnya,tapi akhir-akhir ini Shinta memang terlihat sangat bahagia, sepertinya kamu memang tipe pria yang baik," ujar Alia.
"Aku memang yang terbaik,aku ganti seragam terlebih dahulu." Kata Satria sambil berjalan menuju ruang ganti.
Alia hanya geleng-geleng kepala, kemudian ia menuju bus dan duduk di kursi depan, sebelah sopir bus.
"Nona,apakah kita akan segera berangkat?," kata sopir bus.
"Sebentar lagi, menunggu satu orang yang sedang mengganti seragam," jawab Alia.
Satria tiba di dalam bus,sopir bus menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Satria yang duduk di kursi paling belakang,melihat orang yang sedang menatapnya. Seorang siswa dengan gerak gerik yang mencurigakan. Tapi Satria tidak terlalu memikirkannya,hingga akhirnya bus sampai di pinggiran hutan belantara.
Semua siswa turun dari bus,Mimi segera menuju arah Satria yang sedang memperhatikan siswa aneh menurutnya.
"Satria,siapa yang kamu perhatikan, bukankah dia siswa pindahan dari luar kota?," tanya Mimi.
Satria menoleh ke arah Mimi, "Benarkah,kenapa aku tidak tahu kalau ada siswa pindahan!."
"Kamu memang tidak memperhatikan apapun,dia siswa baru,saat kita melakukan pelatihan di alam rahasia buatan,Bu Alia yang memperkenalkan waktu itu," jelas Mimi.
"Jadi begitu,kenapa dia selalu menatapku,aku jadi merasa seram." ucap Satria.
"Seram bagaimana,dia kan wanita juga,apa mungkin kamu tidak suka ditatap oleh wanita?," balas Mimi.
"Bukan begitu,aku tau kalau aku ini memang terlalu menawan,tapi tidak boleh ditatap seperti itu," jelas Satria.
Mimi terkekeh geli. "Iya,aku juga tau kalau kamu memang rupawan,tapi tidak harus mengatakannya sendiri kan,apa tidak malu?."
"Kenapa harus malu,percaya diri adalah solusi terbaik untuk seseorang yang sangat kuat sepertiku," jawab Satria.
Setelah semuanya siap,tim pelatihan alam liar segera berangkat menuju kedalaman hutan belantara.