Setelah kematian Panca, kekasihnya tujuh tahun yang lalu. Andara mencoba menyibukkan diri untuk karirnya. Tidak ada ketertarikan untuk mengenal cinta.
Andara gadis muda yang cantik dan energik, dia berhasil menempati posisi manajer di sebuah perusahaan fashion. Usianya sudah memasuki 27 seharusnya memikirkan pernikahan. Akan tetapi belum ada lelaki yang bisa masuk ke hatinya.
Butuh waktu bagi Dara untuk membuka hati pada pria lain. Entahlah, ada magnet tersendiri membuat dia malas memikirkan pasangan.
Ervan Prasetya, pria matang yang punya jabatan bagus di perusahaan tempat kerja Andara. Mereka di pertemukan dalam sebuah kerja sama tim. bagaimana Tom dan Jerry mereka selalu bertengkar.
Tapi ternyata itu yang membuat Ervan makin penasaran dengan Dara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa ekprisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Dara sudah sampai di rumah Bude Ayu. Di mana kediaman kakak sepupunya bersebelahan dengan kediaman ipar dari kakak mamanya. Tampak Keyla tidak sabar ingin melihat adek bayi. Sepertinya yang di jelaskan sejak awal kalau Dara berencana menginap di Lembang selama beberapa hari. Menengok anaknya kak Fajar yang kembar sepasang.
Dia awalnya tidak tahu kalau Rafael yang datang menjemput. Tadinya dia niatnya mau pesan travel dan katanya pihak penyelenggara acara mau menyediakan transportasi.
Selama dalam perjalanan pulang mereka hanya terdiam. Padahal biasanya Dara suka cerita macam-macam tentang kerja atau cerita soal hal lainnya. Tapi sejak mamanya mengibarkan dukungan pada Rafael ada rasa canggung. Takut memberikan harapan pada Keyla.
Di depan gerbang rumah Oma Salma dia di sambut bersama mama Vira. Dara dan Rafael menyalami para orangtua di sana. Vira bahkan menggendong Keyla layaknya cucu sendiri. Gadis kecil empat tahun tersebut sudah tertidur sejak di perjalanan. Dara menemani mamanya menidurkan Keyla di kamar.
Pemandangan yang sangat indah di mata Rafael, dia tinggal berjuang mengambil hati Dara.
"Mama senang kalian bisa barengan seperti ini." kata Vira.
Dara hanya menyunggingkan senyuman. Dia hanya mengangguk demi menyenangkan hati mamanya. Mereka masuk ke dalam rumah Oma Salma.
"Mama kenapa tidak menginap di rumah Bude Dira? bukannya rumahnya lebih luas." kata Dara mengecilkan volume suaranya.
"Ada Tari dan keluarga kecilnya. Mama nggak enak pasalnya besan bude kamu juga ikut. Jadi Tante Ayu nawarin nginap di sini. Mama rencana besok pulang. Tapi kalau kamu masih lama tidak apa. Kan ada Fael." ucap Vira.
"Ma, Please." Dara malas dengan pembahasan yang itu-itu saja.
Mereka pun di minta beristirahat di kamar bekas Alika. Kini gadis itu sudah ikut bareng keluarga ibu kandungnya. Selama ini Alika di bawa dan di besarkan oleh Mak Wiwit, nenek dari pihak ayahnya. Setelah gadis itu sudah bekerja, keluarga ibunya datang dan membawa Alika kembali ke Kalimantan.
Kembali ke soal Andara. Dia sudah berada di kamar menemani Keyla sementara Vira sudah sibuk menyiapkan makanan untuk Dara, Rafael dan Keyla.
Vira, memanggil Dara beserta yang lainnya agar segera berkumpul di meja makan untuk makan bersama.
Ayu, dan Tio sebagai tuan rumah sangat senang karena di penuhi dengan anggota keluarga sehingga terlihat ramai.
Rafael, keluar dari kamar bersama Vano. Sementara Dara, ia sudah duduk di meja makan dengan Keyla.
"Nak, Fael...duduk di sini, samping Keyla" kata Vira sembari menepuk kursi yang kosong di samping Keyla.
Tanpa lama-lama Rafael pun berpindah tempat duduk di sebelah Keyla. Dan tentu saja gadis kecil itu berada di antara Dara dan Rafael. Mereka nampak seperti keluarga kecil yang bahagia. Vira merasa amat bahagia jika Fael dan Keyla berada di tengah keluarganya.
Selesai makan bersama mereka pun bersiap-siap untuk sholat magrib. Tio sebagai imam, barisan belakang imam ada Vano dan Fael. Sementara Vira, Dara dan Ayu di barisan belakang.
Rafael duduk di dekat Dara. Dia ingat sejak tidak akur dengan mama dan papanya, Rafael sudah jarang pulang. Itu pun sesekali mampir dan jarang bertemu dengan keduanya.
"Kakak kenapa?" ucapan Dara membuyarkan lamunannya.
"Aku rindu mama dan papa. Dulu kami sholat bersama. Itu sebelum aku mengenal mamanya Keyla."
"Sebenarnya mereka sayang sama kakak. Itu di buktikan saat papa meninggal, om Wido terus memperhatikan kakak dari jauh. Gengsi yang menguasai mereka. Aku yakin kalau kita sedikit menurunkan ego, mereka akan luluh. Kalau yang dewasa belum bergerak kenapa tidak yang muda saja yang duluan."
Anak kecewa dengan orang tua merupakan fenomena yang bisa terjadi dalam kehidupan keluarga. Jika anak kecewa dengan orang tua mengacu pada ungkapan perasaan kesal, kekecewaan, atau kekecewaan yang dirasakan oleh seorang anak terhadap perilaku atau tindakan orang tuanya.
Saat itu Rafael hanya kecewa saat orangtuanya tidak merestui pernikahannya dengan mamanya Keyla. Efek status sosial yang di miliki mendiang istrinya. Sebenarnya dia juga membuka hati pada mendiang istrinya karena mengobati kekecewaan gagal mendapatkan Andara.
Jahat kelihatannya. Akan tetapi dia sudah mulai bisa menerima istrinya, apalagi setelah keguguran dan hamil kedua yaitu Keyla. Rumah tangganya bahagia. Setelan tiga bulan usia Keyla. Istrinya sakit kanker dan meninggal dunia.
Orangtua yang tidak mengerti perasaan anak akan memicu perasaan marah atau sedih tanpa mengetahui sebab yang jelas. Selain itu, anak pun akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan emosi saat mereka marah ataupun sedih.
"Dara ke rumah Fajar besok saja, Ya. Mereka sekarang di Bandung rumah keluarga Embun. Besok kita ke tempat mereka saja sambil jalan-jalan." kata Vira.
"Iya, Ma." jawab Dara.
Dara duduk di gazebo depan rumah Oma Salma. Rumah yang cuma 10 meter dari pabrik. Jauh dari perumahan warga. Di sana ada dua rumah yang berasal dari keluarga besar Bramantyo. Dara menikmati angin malam.
Angin yang bertiup sepoi-sepoi menjadi momen pas untuk untuk mengisi ulang energi, semangat, dan motivasi. Merasakan ketenangan dan kedamaian. Hal itu karena semilir angin identik dengan kesejukan dan kesegaran.
"Belum tidur?" tanya Rafael.
"Belum kak. Ini juga baru jam delapan malam. Keyla mana?"
"Lagi main sama Tante Vira dan Tante Ayu." jawab Rafael. " Dara, aku mau bicara soal kita." Rafael memulai pembicaraan.
"Sebelum kakak bertanya begitu, bolehkah aku bertanya?"
"Silahkan, Dara."
"Sampai saat ini apa kakak masih mencintai mamanya Keyla?"
Rafael mengerutkan dahinya. "Kenapa bertanya seperti itu?"
"Ya tinggal jawab saja. Kakak masih cinta sama mamanya Keyla?" Dara mengulang pertanyaannya.
"Masih." jawab Rafael.
"Bagus. Kalau begitu saya minta tolong sama kakak bilang sama mama tidak usah menjodohkan kita. Mau bagaimana pun aku tidak bisa menjadi istri kakak. Kakak paham kan?"
"Kenapa? apa karena Panca, please, Dara Panca itu sudah...."
"Kak Panca belum meninggal dunia! Selama jasadnya masih belum di temukan bagi aku dia masih hidup!" Dara pergi meninggalkan Rafael masuk ke dalam rumah.
Vira kaget saat putrinya menutup pintu kamar dengan kesar. Kalau sedang di rumah mereka tidak masalah tapi ini di rumah orang lain.
Air mata Dara semakin deras. Suara isakan kecil dari dalam kamar terdengar jelas. Ingatannya berputar bagaimana dia dan Panca mengejar restu dari kedua orang tua mereka. Berlatar karena mama nya dan om Panji pernah menjalin hubungan cinta semasa muda.
Bagi Dara hubungan yang mereka bina selama dua tahun itu sangat singkat. Tujuh tahun pria itu pergi meninggalkannya selama-lamanya. Tujuh pria itu menghilang tanpa jejak sedikit. Dara akan percaya Panca sudah tiada jika jasadnya ditemukan.
"Kakak! kenapa pergi ninggalin aku! Setelah semua yang terjadi diantara kita. Setelah semua puing-puing harapan yang kakak beri! KENAPAAAAA!" Dara spontan berteriak sendiri di dalam kamar.
"Fael, tolong dobrak kamar, Nak. Mama takut kejadian yang dulu terulang lagi."
"Emang dulu Dara kenapa, Vira?"
"Dia sempat mau bunuh diri." kata Vira.
****
"Dara!"
Ervan terbangun setelah mengalami mimpi tentang Dara. Dia terpekik dalam pejaman mata. Nafasnya terputus-putus ketika melihat disekelilingnya. Sesekali dia mengusap wajahnya, kenapa dia memimpikan Dara? apa terjadi pada Dara sampai harus terbawa mimpinya.
"Kamu kenapa, Van?" tanya papa Hendro.
"Aku mimpi buruk, Pa." jawab Ervan.
Papa Hendro mengerutkan dahinya.
"Mimpi buruk? Kamu mungkin belum berdoa sebelum tidur. Sekarang kamu cuci muka lalu berdoa."
"Mungkin, Pa. Tapi kenapa aku jadi gelisah seperti ini. Aneh, banget, Pa. Seperti Firasat tidak enak." ucap Ervan.
"Emang siapa yang di dalam mimpimu, Van? Papa atau Mama, atau mungkin Kinara?" tebak Papa Hendro.
"Dara." jawab Ervan.
"Kok bisa? emang kamu ada hubungan sama Dara?" Ervan menggelengkan kepalanya. Dia juga merasa aneh.
"Yasudah, kamu cuci muka sholat malam dan berdia untuk keselamatan Dara." perintah Papa Hendro.
yuk mampir sudah up
apa salah nya di coba dulu.
kebanyakan readers juga gak suka klo alurnya muter2 dan bertele tele thor🙏🏻
semangat yaaa 🥰🥰