Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suasanan Tenang di Desa
Setelah insiden kecil dengan pria tua tadi, Raka dan Aluna melanjutkan langkah mereka, mencoba menyusuri desa tanpa menarik perhatian lebih lanjut. Meskipun Raka masih berusaha menyembunyikan kekonyolannya dengan wajah serius, dia tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran yang terus muncul.
"Jadi, apa yang kita cari di sini?" bisik Raka. "Ada tempat rahasia? Sebuah kedai bawah tanah yang keren? Atau mungkin toko dengan jubah penyamaran terbaik?"
Aluna mendesah pelan, tapi kali ini tidak terlalu terdengar kesal. "Kita hanya mencari tempat untuk beristirahat, Raka. Desa ini mungkin tenang, tapi jangan lupa bahwa kita masih diburu."
Raka mengangguk, meskipun wajahnya tetap memancarkan rasa senang seperti anak kecil yang baru saja menemukan permainan baru. "Baiklah, tempat aman untuk bersembunyi, kan? Bagaimana kalau kita tanya ke salah satu penduduk? Kau tahu, seperti di film—kita bilang, 'Kami sedang mencari tempat rahasia untuk kabur dari kejaran prajurit, apakah kau punya saran?'"
Aluna menghentikan langkahnya dan menatap Raka dengan alis terangkat. "Kau benar-benar akan mengatakan itu?"
Raka tertawa kecil. "Oke, mungkin aku akan mengubah kata-katanya sedikit."
Tanpa banyak bicara lagi, Aluna memimpin Raka menuju sebuah rumah kecil di pinggir desa. Rumah itu terlihat tua, dindingnya terbuat dari batu, dan atapnya ditutupi lumut. Cahaya lembut menyinari dari jendela, memberi kesan bahwa tempat ini sudah lama tidak dikunjungi orang luar.
“Kita akan masuk ke sini,” kata Aluna dengan tenang, matanya menatap rumah tersebut dengan hati-hati. “Pemiliknya adalah kenalan lama keluargaku. Mereka tidak akan banyak bertanya.”
Raka mengangguk, meskipun dia merasa sedikit khawatir. “Kenalan lama? Semacam... teman keluarga?”
Aluna tersenyum kecil, meski samar. “Kurang lebih begitu.”
Tanpa menunggu lebih lama, Aluna mengetuk pintu kayu yang sudah tampak lapuk. Tidak butuh waktu lama sebelum pintu itu terbuka sedikit, dan seorang wanita tua dengan rambut putih panjang muncul dari baliknya. Wajahnya keriput, tapi matanya masih memancarkan kewaspadaan tajam, seperti seseorang yang sudah bertahun-tahun hidup dalam kerumitan dunia sihir.
"Aluna?" suara wanita tua itu terdengar serak tapi penuh kehangatan. Dia membuka pintu lebih lebar, membiarkan mereka berdua melihat ke dalam. "Ya ampun, nak. Sudah lama sekali! Masuk, masuklah."
Aluna tersenyum lebih hangat kali ini dan melangkah masuk, diikuti oleh Raka yang terus mengamati situasi dengan mata penuh rasa ingin tahu.
"Terima kasih, Tante Melina," kata Aluna sambil duduk di kursi kayu dekat perapian yang menyala lembut. "Kami hanya butuh tempat untuk beristirahat sejenak."
Raka, yang masih berdiri di dekat pintu, mencoba menyesuaikan diri dengan suasana. "Wah, ini tempat yang bagus. Hangat juga. Aku suka suasana pedesaannya." Dia melihat ke arah Melina dan tersenyum lebar. "Tante, jujur saja, kau terlihat seperti nenek penyihir yang baik hati. Kau tahu, seperti dalam cerita dongeng. Kau bisa membuat ramuan ajaib atau semacamnya?"
Melina menatap Raka dengan tatapan datar, dan Aluna tidak bisa menahan tawa kecil. "Raka, dia tidak membuat ramuan. Tante Melina lebih tertarik pada tumbuhan obat daripada sihir."
"Tumbuhan obat?" Raka terlihat sedikit bingung. "Itu... lebih mirip apoteker daripada penyihir."
Melina akhirnya tersenyum kecil. "Tidak semua penyihir membuat ramuan, anak muda. Kadang, kami hanya ingin menanam tanaman tanpa memikirkan sihir apa yang bisa dihasilkan dari mereka."
Raka mengangguk-angguk, meski jelas dia masih bingung. "Ah, baiklah, itu masuk akal... Aku kira semua penyihir bisa mengeluarkan api dari tangan mereka atau terbang dengan sapu."
Aluna memutar matanya, tapi tidak mengatakan apa-apa. "Tante Melina, kami sedang dalam situasi yang sedikit... rumit. Kami perlu bersembunyi sebentar dari prajurit kerajaan."
Melina mengangguk, tidak terkejut sama sekali. "Aku dengar dari burung-burung di hutan. Ada kehebohan di istana, kan? Kau kabur dari sana, Aluna?"
Aluna mengangguk perlahan, dan Melina menghela napas panjang. "Kau selalu anak yang keras kepala... Tapi aku tahu kau punya alasan. Kau selalu tahu apa yang terbaik untukmu."
"Ini tentang perjodohan," jawab Aluna pelan. "Aku tidak bisa menikah dengan pangeran itu, Tante. Aku harus menemukan jalanku sendiri."
Raka, yang mulai merasa obrolan ini terlalu serius, memutuskan untuk berusaha meringankan suasana. "Aku setuju! Kalau kau menikah dengan pangeran itu, aku nggak akan ada di sini sekarang, kan? Bayangkan hidupku tanpa kejar-kejaran seru ini! Terima kasih sudah kabur, Aluna!"
Aluna memandangnya dengan tatapan setengah geli, setengah kesal. "Raka, kau benar-benar tahu bagaimana cara membuat situasi menjadi aneh."
Melina tertawa kecil, lalu berdiri dari kursinya. "Kalian berdua pasti lelah. Aku akan menyiapkan teh herbal untuk menenangkan pikiran kalian." Dia berjalan perlahan ke arah dapur kecil di sudut rumah, meninggalkan Raka dan Aluna yang duduk di ruang tengah.
Saat Melina pergi, Raka bersandar di kursi dan menghela napas panjang. "Jadi... berapa lama kita akan bersembunyi di sini? Semoga tidak terlalu lama, karena aku mulai merasa seperti buronan internasional."
Aluna menatap api yang berkobar di perapian, ekspresinya serius. "Aku tidak tahu, Raka. Sampai kita yakin prajurit kerajaan tidak lagi memburu kita, kita harus tetap bergerak dengan hati-hati."
Raka mengangguk, meski dia tidak sepenuhnya mengerti betapa rumitnya situasi ini. Baginya, semuanya masih terasa seperti petualangan gila—pindah dimensi, bertemu putri kerajaan, kabur dari prajurit, dan sekarang bersembunyi di rumah nenek penyihir yang ramah.
Namun, di tengah kebingungannya, ada sesuatu yang mulai muncul di dalam hatinya. Rasa tanggung jawab yang perlahan-lahan tumbuh. Meskipun ia selalu bersikap sembrono dan konyol, ia mulai sadar bahwa petualangan ini bukan hanya soal melarikan diri. Ada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang melibatkan Aluna dan masa depannya.
"Tapi hei," Raka tiba-tiba berkata dengan nada riang, mencoba menghilangkan ketegangan. "Selama kita tidak harus bertarung dengan pohon atau monster lain, aku pikir kita akan baik-baik saja."
Aluna tersenyum tipis, tapi ada kelelahan di matanya. "Kita lihat saja nanti."
Tak lama kemudian, Melina kembali dengan dua cangkir teh herbal yang mengeluarkan aroma menenangkan. Ia meletakkannya di depan Raka dan Aluna, lalu duduk kembali di kursinya.
"Minumlah, ini akan membuat kalian merasa lebih baik," katanya lembut. "Kalian bisa tinggal di sini selama yang kalian butuhkan. Rumah ini aman dari mata-mata kerajaan."
Raka meraih cangkirnya dan menyesap sedikit teh tersebut. Matanya langsung melebar. "Wow, ini enak! Rasanya... seperti mengunyah bunga, tapi dengan cara yang menyenangkan!"
Aluna menggelengkan kepalanya, tidak bisa menahan senyum kali ini. "Raka, kau benar-benar..."
"Jenius? Menyenangkan? Tak tertandingi?" Raka menyelesaikan kalimatnya dengan penuh percaya diri.
"Sulit dipercaya," jawab Aluna dengan nada geli, sebelum kembali menyesap tehnya.
Sementara mereka berdua menikmati teh hangat yang menenangkan, untuk sesaat dunia di luar tampak jauh. Tidak ada prajurit, tidak ada pengejaran, dan tidak ada ancaman sihir. Hanya ada kedamaian sementara di rumah tua Melina. Tapi mereka tahu, itu tidak akan berlangsung lama.
---