"Putuskan anak saya sekarang juga! Saya sudah menyiapkan sosok laki-laki yang lebih pantas buat dia daripada kamu yang hanya seorang montir."
"Maaf Pak, tapi anak anda cintanya cuma saya."
Satya Biantara, seorang pria yang hanya bekerja sebagai montir tiba-tiba malah di buat jatuh cinta oleh seorang gadis dari keluarga kaya, dia lah Adhara Nayanika.
"Mas Bian, kita kawin lari aja yuk!"
"Nggak ah capek, enak sambil tiduran."
"Mas Biaaaaannn!!"
Follow IG : Atha_Jenn22
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Jenn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Maaf ya Mas Bian, aku malah ngrepotin Mas Bian, " ucap Dhara merasa tidak enak.
Bian tersenyum manis, "Nggak apa-apa, aku nggak repot kok. Lagian aku bisa tidur di tempat Bhumi."
"Nggak tidur disini aja Mas Bian?" Dhara sebisa mungkin menahan tawanya.
Mendengar perkataan Dhara, Bian langsung mendelik judes, "Jangan aneh-aneh kamu Dhara, bagaimanapun aku laki-laki normal."
"Iya kah, kalau nggak ada bukti nggak percaya," entah mengapa Dhara suka sekali menggoda Bian.
"Haist, nanti di ladenin nangis lagi," gantian Bian menggoda Dhara, seketika Dhara pun tertawa.
"Tahu aja sih, tapi ini beneran Mas Bian nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa Dhara sayang..."
"Aduh meleleh adek Bang," ucap Dhara langsung tiduran di atas kasur milik Bian.
Bian tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "Aku ke tempat Bhumi sebentar ya," pamit Bian.
"Iya Mas Bian, hati-hati jalannya." peringat Dhara.
"Iya Dhara..."
Bhumi sendiri sedang rebahan, setelah mengantar Aletta pulang, dia juga memilih ikut pulang.
"Bhum, ngapain lu bengong aja?" tanya Bian berjalan masuk ke dalam kamar Bhumi.
"Apa sih Sat, gue kira lu mau nyicil sama Dhara makanya nggak gue ganggu sama sekali," ucap Bhumi asal.
"Lambemu Bhum, ngeres wae otakmu wes," cibir Bian pada sahabatnya itu.
Bhumi hanya tergelak, dia senang sekali mengerjai Bian. Ingin sekali Bhumi
menyesatkan Bian, tapi iman pria itu begitu kuat.
"Lu ngapain sih kesini? Dhara malah lu tinggalin sendirian?"
"Gue cuma mau bilang kalau gue nanti tidur sini titik, nggak boleh dengan iseng lu kunci ya." peringat Bian pada Bhumi.
"Lah enak tidur berdua lho Sat, ada yang empuk-empuk begitu kalau lu pegang," lagi-lagi Bhumi menggoda Bian.
"Dahlah kalau nggak mau gue tumpangin, biar gue buka kamar lagi aja, kayaknya masih ada tuh kamar kosong."
"Duh..duh.. Sensi banget sih Sat. Ya bolehlah lagian yang bayar juga sering lu daripada gue ha ha ha."
"Ya sudah gue mau balik kamar dulu."
"Lah, gitu doang? Terus apa gunanya ponsel bang sat daripada lu mondar mandir begitu."
"Lah iya, kenapa gue lupa ya ha ha ha."
"Mentang-mentang lagi ada pujaan hatinya aja langsung ngeblank gitu njir, duh kapan ya gue pujaan hati yang cantik jelita kayak Dhara begitu."
"Lu tinggal ngejar tuh Aletta, dia 11 12 kan sama Dhara, lagian kalian tuh harusnya lebih mudah dekatnya."
"kenapa lu bisa nyimpulin begitu?" tanya Bhumi penasaran .
"Gue tahu kalian pernah melakukan hall di luar batas kan?"
Bhumi langsung melebarkan matanya, "Gimana lu bisa tahu, ini rahasia gue sama Aletta padahal."
"Lu lupa kalau lu nggak bisa menyembunyikan hal sekecil apapun dari gue."
"Laaahh pasti ini gue bicara ngelantur waktu mabuk waktu itu."
"Jadi mending kejar aja daripada keduluan orang lain."
"Tapi saingan gue nggak main-main Sat."
"Memangnya siapa saingan lu?"
"Itu kakaknya Dhara, apa nggak kebanting gue yang cuma montir sedangkan kekasih dia pengusaha muda sukses."
"Lu juga cakep Bhumi, belum tentu Kakaknya Dhara bisa mempertahankan hubungannya kayak Dhara sama gue, nggak mudah melepas kemewahan dn jabatan seseorang, kalau dia niat melepas pasti sudah kemarin ikut Dhara dan Mamanya keluar. Tapi dia nggak kan? Berarti dia nggak bisa melepas itu semua."
"Kamu benar, dan sepertinya dia juga sudah di jodohkan, jadi peluang kamu sepertinya lebih bnyak.'
"Baiklah, akan aku coba mengejar Aletta dengan ugal-ugalan."
***
Sementara itu, Mama Risa menemui seseorang, dia ingin membicarakan rencana kedepannya, tentang bisnis yang belum lama ini ia tekuni, bahkan Dhara pun juga tidak tahu usaha sang Mama.
Mama Risa menyembunyikan semua dari Dhara sebab dia ingin benar-benar mempersiapkan semuanya dengan hati yang tenang.
Dan perjuangannya tak sia-sia, dari hari pertama klinik kecantikan itu di buka langsung di seruduk banyaknya pembeli dari semua kalangan.
Mama Risa benar-benar bahagia kali ini. Dia bisa menunjukkan pada sang suami kalau dia bisa hidup tanpa bantuan dari dia lagi.