Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja, seorang pria yang sedang kelaparan malah di suguhi pemandangan yang tidak menyenangkan.
Bagaimana kisahnya mari kita ikuti bersama.
Oh iya, ini cerita author yang perdana.. jadi maklumin ya kalau masih belepotan..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hum@ira211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat untuk Kakek
Pagi ini matahari seakan tidak mau menampakkan dirinya, ia masih bersembunyi dibalik awan putih keabuan. Sulastri yang sudah duduk dibalik kemudi dan siap menginjak pedal gasnya terpaksa menundanya, sebuah pesan masuk terpampang dilayar ponselnya.
"Las, jangan lupa hari ini ada rapat penting. Jangan terlambat" bunyi pesan itu.
Ternyata si pengirim pesan itu Nina, sahabat sekaligus asistennya yang selalu setia dan selalu ada untuknya.
"Oke bos" Sulastri membalas dengan candaannya.
Sulastri menarik nafas panjang, mengingat beberapa hari ini fokusnya terganggu oleh David yang selalu mendesak agar segera melngsungkan pernikahan dengannya. Baginya menikah adalah satu hal yang sangat penting dan hanya dilakukan sekali seumur hidup, perlu pemikiran yang matang.
Perjodohannya dengan David adalah sesuatu yang tidak dia sangka karena ia sama sekali tidak mengenalnya sebelumnya. Dan kejadian kejadian belakangan ini telah membuka matanya dan ia jadi tahu siapa sebenarnya David itu meskipun masih perlu pembuktian.
Beberapa saat kemudian mobil yang dikendarai oleh Sulastri melaju ditengah keramaian lalulintas jalanan ibukota. Sulastri masih bergulat dengan pikirannya. Mengikuti keinginan kakeknya konsekuensinya dia harus mengorbankan perasaan dan masa depannya, namun jika dia menolak maka berarti mempertaruhkan kehormatan dan martabat kakeknya.
Karena bagaimana pun juga pertunangannya dengan David sudah diketahui secara umum dikalangan kolega kolega kakeknya.
Begitu sampai di parkiran gedung kantornya, entah karena terburu-buru atau karena banyak pikiran dalam benaknya, Sulastri sampai lupa mengunci mobilnya. Kesempatan ini dipergunakan oleh seseorang yang sejak ditengah perjalanan tadi mengikutinya.
Seorang pria yang memakai Hoodie dan masker itu membuka pintu mobil Sulastri yang tidak terkunci, ia menggeledah semua barang yang ada disana, di atas jok, di laci bahkan sampai ke bagasi, namun apa yang ia cari tidak ia temukan.
"Sial, dimana wanita itu menyimpannya.." gumamnya lirih.
Pria itu menghentikan pencariannya dan segera bersembunyi ketika ia melihat sebuah mobil yang datang.
"Pasti dia menyimpan barang itu di ruangannya...Oh sial.. bagaimana aku bisa masuk kesana..?" pria itu memutar otaknya.
Dalam kebingungannya pria itu melihat Sulastri yang datang ke mobilnya disertai dua orang yang tidak dikenalnya dan segera berlalu dari tempat itu.
"Ini kesempatanku untuk memeriksa.." kata pria itu dalam hati. Lalu pria itu pun segera membuka Hoodie nya dan naik ke lantai dimana ruangan Sulastri berada sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh orang yang menyuruhnya.
****
Sementara itu di dalam mobil Sulastri yang duduk berdampingan dengan Nina sedang membahas materi meeting yang segera akan dimulai sebelum sampai di tempat yang sudah ditentukan. Mereka belum menyadari suatu keanehan yang terjadi di sekitar mereka.
Sandi yang berada dibalik kemudin membelokan kendaraannya ke sebuah cafe bertema alam terbuka, di penuhi dengan pohon sejenis pinus yang membuat udara terasa segar. Sebuah payung besar melengkapi setiap meja yang ada disana.
Sulastri dan Nina menempati kursi yang sudah di pesan, sementara Sandi berkeliling menikmati pemandangan yang ada. Tak berapa lama kemudian klien yang ditunggu datang bersama asistennya dan disambut oleh keduanya.
"Selamat datang pak Roby" sapa Sulastri berbasa basi.
" Terimakasih.. Apa kalian sudah lama menunggu?" Klien balik bertanya.
"Menunggu di tempat sesejuk ini tiada terasa pak Roby" Nina menimpali.
"Hahaha..baik.. Kita langsung mulai saja ya..!" kata pak Roby
"Jadi.. Apa yang bisa kalian tawarkan padaku?" lanjut pak Roby memulai meeting nya.
Sulastri dan Nina mulai menerangkan proposal yang mereka buat secara bergantian, pak Roby mendengarkan dengan seksama dan beberapa kali mengangguk kan kepalanya...
Konsep yang disusun Sulastri adalah membangun sebuah tempat laiknya ruang pertemuan bagi para pebisnis baik secara tertutup ataupun di tempat terbuka dengan suasana yang sejuk dan jauh dari kebisingan. Hampir mirip dengan tempat yang mereka singgahi saat ini.
"Mungkin ada sedikit saran dari saya.." kata pak Roby kemudian.
"Sedikan fasilitas bermain yang aman untuk anak-anak sementara menunggu orang tua mereka beraktivitas, barangkali ada diantara mereka yang harus membawa anaknya bekerja.." lanjut pak Roby
"Saran yang bagus pak.." kata Sulastri mengiyakan.
Setelah memeriksa berkas proposal yang diajukan Sulastri, pak Roby pun menandatangani nya dengan memberikan catatan di halaman yang memang disediakan untuk perbaikan ataupun catatan tambahan. Lagi lagi Sulastri merasa puas dengan kinerja rekan rekannya yang dapat memuaskan klien mereka.
"Kerja yang bagus Nin.." puji Sulastri
"Ini berkat kita semua Las, " jawab Nina.
Keduanya pun tertawa senang dengan keberhasilan mereka. Sandi yang mendengar suara tawa riuh rendah itu segera mendekat dan ikut menikmati hidangan yang sudah disediakan pelayan sejak tadi.
"Syukurlah kau sudah kembali ceria Non,.." kata Sandi.
Perkataan Sandi itu mendadak membuat Sulastri terdiam, memang sejak pertemuan bersama pak Roby tadi Sulastri terlihat ceria dan serius, itu karena profesional kerja. Dan kata kata Sandi itu mengingatkan kembali persoalan yang dialami Sulastri.
Nina yang menyadari itu pun segera mengajak mereka kembali ke kantor. Dalam perjalanan pulang Sulastri banyak berdiam diri, hanya sesekali menjawab perkataan Nina, Sandi yang merasa bersalah atas perkataannya itu pun mengunci mulutnya sepanjang perjalanan.
Sesampainya di ruangannya Sulastri mendapati berkas berkas yang ada di meja dan lemarinya sedikit berantakan, ia kemudian memeriksa lacinya, beberapa barang miliknya telah raib dari tempatnya.
"Ada apa Las..?" tanya Nina yang segera masuk setelah mendengar Sulastri berteriak.
"Ada yang sudah masuk kesini Nin, ada yang hilang disini..'" jawab Sulastri menunjuk ke laci meja
"Apa yang hilang Las?"..
"Beberapa flashdisk.... Tapi tenanglah.. Flashdisk itu ngga ada isinya, karena yang penting-penting selalu aku bawa" jawab Sulastri menjelaskan.
"Syukurlah Las, terus apa yang kau cemaskan?" tanya Nina lagi
"Ini mungkin ada hubunganya dengan David Nin, .. semingguan ini david menang sudah ngga menggangguku dengan tuntutannya itu.. Tapi perasaan ku ada yang selalu mengikuti gerak geriku... Dan inilah puncaknya ".. Terang Sulastri.
"Terus kita harus bagaimana Las?" kali ini Nina pun ikut cemas.
"Aku ngga tahu Nin, mungkin ini jalan satu satunya..." kata Sulastri tanpa menjelaskan jalan apa yang ia pilih..
"Kau tunggu kabar dariku ya Nin.. Aku harus pulang dulu" lanjutnya.
"Hati hati Las..!!" jawab Nina mengingatkan.
Sulastri pun segera pulang untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Ia menyiapkan beberapa barang pribadinya dan memasukannya ke dalam bagasi mobilnya. Setelah menuliskan sepucuk surat diatas meja riasnya, Sulastri pun meninggalkan mansion kakeknya itu.
Mobil itu melaju dilajur tol lingkar luar, Sulastri mengendarai mobilnya menjauh dari kota, menjauh dari pengintaian orang namun juga menjauh dari kakek tercintanya.
"Maafkan aku kek, ini untuk sementara saja.." pikir Sulastri.
Mobil itu melaju semakin cepat di jalan tol yang lengang, menjauh dari pusat kota yang bising.. Mencari kedamaian hati dan ketenangan. Namun belum juga menentukan tujuannya..
"****
Apa yang ditulis Sulastri dalam suratnya?
Kemana Sulastri akan menuju?
Kita ikuti terus perjalanan Sulastri ya ..