Kehidupan Elizah baik-baik saja sampai dia dipertemukan dengan sosok pria bernama Natta. Sebagai seorang gadis lajang pada umumnya Elizah mengidam-idamkan pernikahan mewah megah dan dihadiri banyak orang, tapi takdir berkata lain. Dia harus menikah dengan laki-laki yang tak dia sukai, bahkan hanya pernikahan siri dan juga Elizah harus menerima kenyataan ketika keluarganya membuangnya begitu saja. Menjalani pernikahan atas dasar cinta pun banyak rintangannya apalagi pernikahan tanpa disadari rasa cinta, apakah Elizah akan sanggup bertahan dengan pria yang tak dia suka? sementara di hatinya selama ini sudah terukir nama pria lain yang bahkan sudah berjanji untuk melamarnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melaheyko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU MENEMUKANMU
“Apa? Terus apa yang dimaksud ibu kamu tadi, ibu kamu membela kita dan mengatakan bahwa kita memang saudara.”
“Karena ibu tahu kita belum memiliki dokumen resmi pernikahan, satu-satunya pun ayahmu yang memilikinya. Kita juga tidak memiliki foto pernikahan kita sama sekali, ibu tahu kalau aku mengakuimu sebagai adik sampai kita selesai mengurus dokumen resmi pernikahan dan mengakui hubungan kita sesungguhnya kepada mereka,” Panjang lebar dia Menjelaskan dan Elizah membuang napas kasar.
“Satu kebohongan ditutupi kebohongan lainnya. Aku merasa tidak tenang sekarang,” kata Elizah dan menyenderkan kepalanya pada bahu sofa. Natta memperhatikannya. Elizah kemudian berseru lagi, “apa kata ibu tadi? Ibu kamu mau datang?”
Natta mengangguk.
“Bagaimana kalau ibumu tahu tentang hubungan kita yang sebenarnya?” tanya Elizah dan Natta menatapnya lekat.
“Eli, aku sangat menyayangi ibuku karena itu jangan sampai ibu tahu. Ibu tidak masalah bagaimana cara kita menikah, bahkan ibuku selalu menanyakan kapan kamu hamil,” katanya sambil tersenyum dan Elizah memukul bahunya.
“Mas, harusnya kamu jujur sama ibu kamu. Hamil? Hamil apanya, itu nggak mungkin!”
“Mungkin saja,” kata Natta seraya melengos pergi.
“Mas!” panggil Elizah lantang dan Natta masuk ke kamarnya sambil tersenyum.
Elizah mencak-mencak, entah kebohongan apalagi yang akan mereka ciptakan.
🍃🍃🍃🍃
Beberapa hari kemudian, Elizah pergi bersama dengan Suri dan Sofi. Mereka jalan-jalan di Mall tempat mereka bekerja, mereka mengatur janji untuk bertemu di lantai tiga.
“Elizah, aku mendengar pak RT dan beberapa orang mendatangi rumah kalian.” Suri membuat Elizah melirik sinis, dia berusaha melupakan tapi Suri malah bertanya.
“Hah, kenapa?” Sofi kaget karena dia baru mendengarnya. “Ada masalah apa, Elizah?”
“Aku sama mas Natta cuman ditanyai perihal identitas kami saja. Bukan masalah besar, kok!” kata Elizah mencoba tetap tenang.
“Apa mereka mengira kalian bukan saudara? Soalnya pertama kali aku melihat, aku juga berpikir kalau kalian suami-istri,” kata Sofi dan Elizah tertawa dipaksakan.
“Ya wajar, kan aku baru pertama kali dibawa sama mas Natta.” Dia beralasan, Suri dan Sofi mangut-mangut percaya saja.
“Kita nonton yuk!” ajak Sofi mengalihkan pembicaraan.
Elizah menatap pergelangan tangannya.
“Sudah malam, Sof. Kita juga harus bekerja besok, sebentar lagi juga mas Natta jemput. Aku nggak bisa,” kata Elizah.
“Aku juga nggak bisa. Nanti ibuku marah,” ujar Suri.
“Hmmmm, kayaknya harus kita atur ulang dilain waktu supaya bisa ke bioskop.” Sofi sedikit kecewa tapi alasan kedua temannya masuk akal juga.
Mereka pun memilih mengakhiri perjalanan mereka dengan masuk ke sebuah toko kosmetik. Mereka tidak sadar sepasang mata mengamati pergerakan mereka. Ada orang yang sedang mengamati Elizah khususnya.
“Apa itu Elizah?” ujar orang tersebut yang tak lain adalah Ali. Ali berada di tempat yang sama, melihat Elizah sekilas kemudian mengikutinya untuk memastikan bahwa memang itu Elizah yang sedang dia cari-cari. Ali begitu senang, tidak akan melewatkan kesempatan.
Elizah dan teman-temannya keluar setelah mereka membeli satu dua barang. Ali sedang menaiki eskalator untuk segera menyusul gadis yang dia cinta. Ali tak kuasa menahan rasa bahagianya.
“Suri, Sofi, bisa tunggu di sini sebentar?” Kata Elizah meringis.
“Kenapa, Zah?”
“Aku mau ke toilet sebentar, ya. Tunggu di sini, jangan ke mana-mana.” Pinta Elizah dan kedua temannya itu mengangguk. Elizah pun pergi tanpa Ali sadari.
Suri dan Sofi menunggu sambil mengamati sekitar, membahas pekerjaan mereka sampai Ali menegur mereka.
“Permisi,” kata Ali dan Suri cengar-cengir melihat laki-laki tampan menyapanya.
“Iya, kenapa, Mas?” Sofi menanggapi dengan ramah.
Ali menyelia sekitar, mencari-cari Elizah.
“Mas, cari siapa?” Suri bertanya.
“Tadi saya melihat gadis yang bersama kalian, berkerudung. Dimana dia?” Ali menatap mereka berdua.
“Elizah?” ucap Suri dan Ali tersenyum, dia tidak salah lihat. Itu benar-benar Elizah.
“Ke mana dia sekarang?” tanya Ali dan mereka berdua bersitatap. Sedikit takut dengan gelagat pria asing itu.
“Mas kenal?” selidik Sofi.
“Kami berasal dari daerah yang sama. Kemana dia sekarang?” desak Ali yang tak sabar ingin bersitatap muka dengan Elizah.
“Lagi ke toilet, Mas.” Suri membalas dan Ali mengangguk, dia akan menunggunya.
Suri dan Sofi saling melirik bingung sambil terus memperhatikan Ali. Sementara itu, Elizah yang hendak kembali kepada teman-temannya tiba-tiba mundur menjauh. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Ali, Ali di tempat yang sama bersama dengan teman-temannya.
Semua yang mereka bicarakan dan cita-citakan kembali membayangi. Patah hati karena takdir yang memisahkan mereka berdua. Kemudian, Elizah melangkah cepat menuju pintu keluar Mall. Dia tidak akan sanggup berdiri di hadapan Ali, dia tidak mau berhadapan dengan Ali. Elizah merasa perasaannya tidak karuan, sedih dan sakit. Ia senang melihat Ali sudah kembali ke tanah air, tapi niatannya untuk datang melamar hancur lebur sudah.
Elizah bahkan tak kuasa menahan air matanya, seraya terus melangkah cepat dan sampailah dia di parkiran. Natta yang melihat kemunculan Elizah tanpa Suri dan Sofi pun turun dari motornya. Ia baru saja akan menelepon Elizah, mengabarinya kalau dia sudah sampai.
“Eli,” ucap Natta pelan. Sekilas melihat Elizah menyeka air matanya, Natta melangkah menyusul sampai Elizah melihatnya.
Entahlah, Elizah merasa tenang ketika melihat Natta muncul di saat kondisinya seperti ini.
“Mas,” ucapnya serak.
“Kenapa menangis? Dimana Suri dan Sofi?” tanya Natta dengan sedikit membungkuk, menyeka air matanya sambil terus bertanya.
“Mas, bawa aku pulang. Aku mau pulang,” kata Elizah panik. Natta bingung dan lebih terkejut lagi ketika Elizah memeluknya erat. “Tolong, bawa aku pulang.”
Natta membalas pelukannya, dagunya menyentuh pucuk kepala istrinya. Dia tidak mengerti, kemudian dia segera mengajak Elizah pergi.
Sepanjang perjalanan pulang, Elizah hanya menangis di punggung suaminya. Natta tidak berani banyak bertanya, sesampainya mereka di rumah pun, Elizah langsung masuk ke dalam kamarnya.
Natta merenung di ruang tamu, pelukan Elizah begitu erat. Meminta perlindungannya dan dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Suri dan Sofi juga saat ini belum terlihat kembali.
🍃🍃🍃🍃
“Ayolah, Susan. Aku butuh alamat Elizah,” desaknya berbicara dengan Susan ditelepon.
Semalam karena gagal menemui Elizah, Ali bahkan tidak bisa tidur. Elizah sepertinya tahu tentang keberadaannya, itu sebabnya dia memilih pergi meninggalkan teman-temannya. Elizah menghindar darinya. Padahal, Ali sudah berjanji untuk menerima bagaimana Elizah saat ini karena dia tahu kalau Elizah pasti tidak bahagia.
“Aku tidak bisa, Ali.” Susan tak kalah bersikeras.
Ali mendengus, percuma saja dia memohon-mohon. Dia matikan panggilan tersebut kemudian duduk dengan kasar ke tepian tempat tidurnya.
“Kenapa kamu menghindar, Elizah.”
Ali sangat sedih.
“Aku bisa menerima semuanya. Aku tahu kamu nggak salah, kamu terpaksa menikah dengan pria lain.”
Ali membuang napas kasar, dia bangkit, memikirkan cara supaya bisa bertemu dengan Elizah lagi.
Semangat
Tulisanmu sdh semakin terasah
Mirza emang ya keras kepala takut banget turun martabat nya