⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️
Pernikahan yang tidak didasari oleh rasa cinta memang sangat sulit untuk dijalani. Apalagi dengan seorang yang sudah dianggap sebagai musuh sendiri. Seperti itulah kisah Cassie dan Gavino. Dua orang yang harus terjebak dalam status suami-istri karena perjanjian keluarga mereka. Mampukah mereka mewujudkan pernikahan yang bahagia?
Cassie hanya ingin mengukir kebahagiaan nya.Namun apakah ia bisa di tengah kehidupan yang begitu kejam? Bisakan ia bertahan dengan Gavino Zachary Bramasta?
Start: 8 Juli 2024
End:
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heninganmalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22 - Kill Me Please
"Babe, aku boleh nanya sesuatu nggak?"
Celline yang sedang meneguk beernya seketika berhenti dan menatap kekasihnya, "Mau nanya apa?"
"Olive itu sahabat baru kalian? Kok aku nggak pernah liat dia bareng kalian."
Wanita itu pun mengangguk, "Iya panjanglah ceritanya. Pokoknya dia orang yang ditolong sama Cassie dari nenek lampir yang jadi orang ketiga di pernikahan Cassie sama Gavin. Eh ralat deng, orang kesekian kali ya secara Gavin itu orangnya suka ganti-ganti jalang."
Dey hanya bisa terkekeh mendengar ocehan Celline yang terlihat begitu kesal. Menatap dalam wanita itu dan menarik tengkuk Celline untuk memberikan lumayan pada bibir ranum Celline.
"Kenapa kamu tanya-tanya gitu?" tanya Celline setelah ciuman mereka terhenti.
"Gapapa."
...-+++-...
Jika pepatah mengatakan bahwa laki-laki tak akan cukup dengan satu wanita, hal itu sangat sesuai bila ditunjukkan pada pria yang bernama lengkap Gavino Zachary Bramasta. Pria yang baru saja menginjak kepala dua itu tak pernah bisa menjalin hubungan dengan satu wanita saja.
Sejak dulu, Gavino tak pernah melabuhkan hatinya pada satu wanita dengan tulus. Ia hanya menjadikan wanita-wanita itu sebagai pelampiasan hasratnya saja tanpa mempedulikan perasaan wanita-wanita itu.
Begitupun sejak menikah dengan Cassie, Gavino sama sekali tak bisa menghilangkan kebiasaannya. Ia malah menjalin hubungan dengan gadis lemah lembut yang ia tolong beberapa kali.
Grizelle Anastasya, salah satu wanita beruntung yang berhasil mendapatkan Gavino walaupun hubungan mereka masih belum memiliki status.
Pada pertemuan pertama mereka, Gavino memang sudah memiliki ketertarikan pada Grizelle karena keluguan gadis itu. Namun setelah kejadian yang membuat Grizelle bermasalah dengan istrinya membuat Gavino merasa perlu untuk melindungi gadis itu. Meskipun ia tau jika Cassie tak akan menyukainya.
Seperti sekarang, ia harus meninggalkan Cassie yang baru saja makan untuk menemui wanita itu. Ia pikir Cassie adalah wanita yang kuat meskipun tak ia temani. Berbeda dengan Grizelle yang pasti akan tertekan dengan berita pernikahannya dan Cassie.
Dengan kecepatan yang tinggi, hanya butuh beberapa menit untuk Gavino sampai di depan kafe yang Grizelle maksud. Ia pun segera masuk dan menemui wanita itu. Grizelle terlihat menunduk lesu tanpa menyentuh makanannya sedikitpun.
Pria itu segera duduk di hadapan Grizelle dan menggenggam tangan Grizelle hingga membuat wanita itu mendongak. Seketika senyuman terbit di wajah wanita itu ketika netranya menatap wajah Gavino.
“Kamu dateng juga akhirnya.”
“Iya. Anyway ada apa lo panggil gue ke sini?”
Grizelle kembali menunduk, “Aku kangen kamu. Berita itu... nggak bener kan?”
Pertanyaan Grizelle membuat Gavino menghembuskan napasnya, “That’s true. Cassie istri gue. Hampir dua bulan kita nikah. Gue nggak akan bohong sama lo. Jadi kalau lo mau kita berhenti sekarang it’s okay, gue gapapa.”
Wanita itu terlihat diam. Tak lama kemudian air mata mulai menetes dari kedua mata Grizelle. Wanita itu pun menatap Gavino dan menggeleng, “Aku akan coba ngertiin kamu dan Cassie. Tapi aku nggak mau pisah dari kamu, Gav... Aku udah terlanjur cinta sama kamu.”
“Thats a bad choice, girl,” ucap Gavino sebelum memeluk wanita itu.
Di balik pelukan manis itu, Grizelle menghapus air matanya dan tersenyum. Siapapun nggak ada yang bisa ganggu hubungan kita Gavin, bahkan istri lo sekalipun. Gue nggak akan biarin jalang itu ngerusak jalan gue buat bisa sama lo.
...-+++-...
Wanita yang sudah tertidur lelap tiba-tiba saja terbangun karena merasa kram pada perutnya. Cassie meraba kasur di sampingnya namun tak menemukan sosok yang ia cari.
Dengan susah payah Cassie membuka matanya, tebakannya benar. Pria itu tak ada di tempatnya. Sudah hampir tengah malam tetapi suaminya tak kunjung pulang. Huft, mungkin pria itu masih bersenang-senang dengan kekasihnya.
Cassie pun beranjak. Ia segera meminum obat yang diresepkan oleh Anne. Menyandarkan kepalanya pada sandaran ranjang dan memejamkan matanya. Berdoa agar rasa kram yang ia rasakan segera hilang.
“Mama capek tau nak, kamu nggak mau istirahat juga apa. Kamu suka ya liat mama sakit kayak gini? Hem?” lirih Cassie seraya mengelus perutnya pelan.
Beberapa saat kemudian rasa kram yang Cassie rasakan perlahan menghilang. Bersamaan dengan Gavino yang baru datang. Pria itu terlihat mengerutkan keningnya ketika menatap Cassie yang masih duduk bersandar.
“Kenapa lo?” tanya Gavino mendekati Cassie.
Wanita itupun menggeleng lemah. Namun Gavino tentu saja tak percaya. Ia melihat beberapa bungkus obat yang terletak di atas nakas dan saat itu juga ia mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh Cassie.
Gavino segera melepas jaketnya dan duduk di samping Cassie. Tangannya bergerak untuk mengelus perut istrinya. Namun wanita itu segera menjauhkan tangan Gavino.
“Nggak usah, gue gapapa. Gue bisa sendiri.”
“Apanya yang gapapa? Nggak usah egois Cassie. Apa perlu gue panggilin Kak Anne?”
Kembali Cassie menggeleng, “Nggak perlu. Udah biasa sendiri kok. Tanpa ada lo juga gue bisa jagain anak gue sendiri. Mending lo istirahat aja pasti capek kan nenangin pacar lo. Bau parfumnya aja masih kecium di badan lo.”
“Cas...”
"Ngapain aja lo sama jalang lo?"
"Cassie.."
"Kenapa lo pulang? Kenapa nggak sekalian lo nginep aja di rumah jalang lo itu?"
"CASSIE!"
Pria yang sudah jengah itu pun segera beranjak dan menatap istrinya dengan tajam. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya terkepal. Wanita itu sungguh membuatnya hilang kesabaran.
Namun bukannya takut, Cassie justru masih terlihat tenang dan melihat kemarahan Gavino dengan senyum simpulnya. Ia pun mengedarkan pandangannya dan beralih pada gunting yang terletak di atas nakas.
Cassie segera mengambil benda tajam itu dan memberikannya pada Gavino.
"Ngapain lo kasih gue gunting?"
"I'll give you one chance. Bunuh gue sekarang dan lo bebas sama siapapun yang lo mau Gav."
Lagi lagi Cassie bersikap gila dan membuat Gavino semakin murka. Ia pun segera merebut gunting itu dan melemparkannya hingga membentur dinding yang menimbulkan suara nyaring.
Kedua insan itu pun beradu tatap. Kedua irisnya membinar dengan rasa lelahnya masing-masing. Gavino yang lelah menghadapi sikap keras istrinya dan Cassie yang lelah menjalani kehidupan seperti ini.
"Kalau lo mau bunuh diri, tunggu. Tunggu sampai anak gue lahir Cassie. Jangan lo nyakitin anak gue hanya karena lo mau hilang dari dunia ini!"
Diam. Tak ada yang mampu Cassie ucapkan lagi. Ia kecewa. Entah pada dirinya sendiri atau pada Gavino yang hanya mempedulikan janin dalam rahimnya.
Perkataan Gavino membuat Cassie sadar bahwa pria itu tak akan mempedulikan nya sampai kapanpun. Gavino tak akan pernah bisa memposisikan dirinya sebagai seorang suami yang mencintai istrinya dan takut kehilangannya istrinya.
Fakta itu membuat Cassie tersenyum getir. Ia pun kembali berbaring membelakangi Gavino, "Kalau lo emang peduli sama anak lo, harusnya nggak lo tinggalin dia cuma buat jalang lo."
"Cas..."
Dekripsi suasana hati, tempat baik nya lebih di perjelas. Jangan hanya menekankan emosi perkarakternya saja.
Ceritanya sebetulnya Menarik, bisa dinikmati. Cuma sayang aja penggambarannya kurang jelas, Dari bab sekian yg udah kubaca, tiap muncul problem selalunya udah segitu aja, gak di perpanjang. Jadi kesannya kaya kurang pas gitu, lebih di olah lagi biar Kita yg baca beneran geregetan. /Pray//Smile/
dekripsi, alur, gaya menulis, sama peran perkarakternya itu bagus lohh.
Kulihat, ini tipikal novel yg alurnya cepat yaa.
Lanjutin Terus semangat /Good//Smile/