Rena Agnesia merasa sial saat tertimpa musibah, namun takdir itu mengantarkannya bertemu Jojo Ariando, pangeran tampan yang membuat hatinya meleleh.
Rena menjalin cinta jarak jauh dengan Jojo, seorang pria tampan nan dingin yang dikelilingi banyak wanita karena talentanya dalam pengobatan herbal.
Akankah mereka bersatu setelah konflik yang terus menghalangi cinta mereka? Mampukah Jojo memantapkan pilihan hati ke sosok Rena Agnesia di saat seorang rival berat hadir membayangi?
Saksikan romansa mereka hingga puncak manis yang didamba setiap insan di dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Sambil Kencan
"Engga kok, tahu dari mana?", Jojo memilih berkelit daripada diomeli Rena sampai telinga panas. Toh saat bertelepon memang sudah tidak dikerumuni.
"Bohong, itu suara mereka sampai ke telingaku!", Rena memang mendengar suara beberapa perempuan yang berisik mengganggu keasyikan telepon mereka meski menurut perkiraannya berjarak cukup jauh dari Jojo.
"Iya, mereka cuma di belakang, bukan mengerumuniku. Sudah ya", ujar Jojo menutup panggilan tanpa menunggu respon Rena.
"Iih, selalu begini", kesal Rena karena Jojo selalu menutup panggilan sebelum dia sempat merespon.
"Siapa Na?", tiba-tiba Tini berkata di dekat Rena, sontak mengejutkan gadis itu.
"O, ini pacarku Tin", singkat Rena.
"Halah, pacar khayalan ya. Mana coba lihat profilnya", Tini tak percaya sekalipun Rena mengatakan sejujurnya.
"Ih kepo aja Tin. Itu tuh lihat, ada pelanggan datang. Buat kamu aja gih", Rena enggan memberikan ponselnya dan ada kesempatan mengalihkan topik pembicaraan.
"Bisa aja", sahut Tini sembari bangkit dan membukakan pintu, menyambut pelanggan.
Setelah pukul 17, Rena dan Tini telah menutup layanan dan membersihkan salon.
"Aku pulang dulu ya Tin. Sampai besok", pamit Rena yang terlihat buru-buru dan terkesan ingin menghindari pembahasan tentang Jojo Ariando.
"Eh, ngga jalan-jalan dulu nih, mumpung ada bazar loh", tawar Tini yang tahu kalau Rena paling suka datang ke bazar buku.
Sebelum Rena menjawab, Abdul telah datang mengunjungi salon.
"Iya, kalau mau, bisa kuantar dan kutemani kalian", tawar Abdul memanfaatkan kesempatan.
"Em, ngga dulu nih. Ada janji di rumah. Terimakasih atas tawaran Bapak, sampai jumpa besok Tin", pamit Rena yang bergegas menaiki sepeda listriknya, melaju cepat meninggalkan mereka berdua.
Sebelumnya, Rena telah berbisik di telinga Tini.
"Ini kesempatanmu, semoga berhasil Tin".
Nampak Abdul mengernyit, tak mengerti kenapa Rena begitu tergesa-gesa. Sedangkan Tini terlihat salah tingkah dan memainkan tali tas punggungnya karena nervous.
"Hufh, untung aku bisa segera pergi", batin Rena sembari menghembuskan nafas panjang.
"Kalau cuma ke bazar buku, aku bisa datang sendiri daripada dikepoin apalagai ditemani pak Abdul. Hiih", lirih Rena sembari bergidik, tidak suka dengan cara Abdul yang terus mencari kesempatan.
Sesampainya di rumah, Rena meletakkan totebag merah kesayangannya ke kasur. Ia pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di depan salon, Abdul masih berbincang ringan dengan Tini.
"Apa kamu tahu, Rena punya pacar?", Abdul ingat bahwa Rena mengatakan jika sudah punya pacar.
"Katanya sih punya pak. Tapi, jangan-jangan bapak naksir ya?", bukannya menjawab, dia malah ingin memastikan perasaan Abdul meski ia sudah menebak jawabannya.
"Ah apaan kamu Tin. Cuma tanya saja. Yah, yang penting dia belum menikah", ujar Abdul mengisyaratkan perasaannya kepada Rena.
"Kata dia sih, namanya Jojo yang sedang terkenal itu pak. Entah itu bohong atau tidak", ujar Tini memanas-manasi Abdul. Berusaha agar Abdul menyerah untuk mengejar Rena dan memilih Tini.
"Jojo? Jojo Ariando?", tanya Abdul mencoba memastikan.
"Ngga tahu pak. Katanya cuma Jojo yang terkenal. Entah Jojo yang itu atau bukan", sahut Tini yang juga sangsi jika Rena bisa dapat Jojo Ariando.
Nampak raut wajah Abdul memerah, gusar. Namun pria itu segera pamit, meninggalkan area parkir salon.
"Apa benar dia berpacaran dengan Jojo Ariando? Kok sepertinya ngga mungkin", gumam Abdul sembari mengayuh sepeda karena rumahnya dekat dengan lokasi salon.
"Ah, sepertinya itu cuma alasan untuk menghindar dan menolakku. Hehe, jika kamu lebih sering bertemu denganku, pasti hatimu luluh juga", batin Abdul yang merasa yakin, dirinya lah yang lebih cocok dengan Rena dibanding Jojo Ariando sekalipun.
"Lebih baik kutelepon sekarang", lirih Abdul saat ia telah sampai ke teras rumah.
Tak lama, panggilan itu pun diangkat.
"Halo, ada apa pak?", tanya Rena penasaran. Baru saja ia pulang, sudah ditelepon.
"Em, tadi apa saja yang habis di salon?", nampak Abdul mencari bahan pembicaraan.
"Sepertinya semua masih cukup untuk bulan ini pak. Hanya kondisioner dan henna yang tinggal sedikit", jawab Rena terdengar sedikit malas.
"O, kalau begitu, besok kuantar kamu membeli stok salon. Sekalian besok kamu periksa lagi, apa saja yang habis", ujar Abdul merencanakan kencan berkedok restok.
"Loh, besok kan jadwalnya saya libur pak", protes Rena yang sebenarnya tak punya kegiatan apapun saat libur kecuali tidur setelah subuh sampai dhuhur.
"Halah, memangnya kamu sibuk apa? Kan enak jalan-jalan sama saya. Nanti saya traktir makan", Abdul tahu kebiasaan Rena saat liburan karena gadis itu sendiri yang keceplosan mengatakannya.
"Eh, itu, saya", Rena mencoba mencari alasan yang masuk akal.
"Sudah lah. Saya atasan kamu. Kamu patuh saja. Besok saya jemput di depan gang rumah kamu. Setelah dhuhur, saya antar pulang", ujar Abdul sembari mematikan panggilan, sengaja agar Rena tidak bisa menolak perintahnya.