Nadira nyari saja jatuh ke lembah nista, usai diselingkuhi oleh kekasihnya. Beruntung dia dipertemukan dengan seseorang, yang ternyata menyelamatkan hidupnya dari lembah hitam itu.
Lewat perjanjian kontrak yang ditawarkan oleh lelaki itu, mempertemukan dirinya pada sosok yang selama ini dia cari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Nya Sigit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Angga Dwipangga
Entah mengapa perasaan Angga begitu empati kepada wanita yang celaka karenanya itu. Timbul perasaan ingin menolong wanita itu, memikirkan bagaimana nasibnya setelah kontrak pekerjaannya selesai.
"Kalau boleh saya tahu, sampai kapan kontrak kerja ibu sama temen ibu itu?" uliknya, semakin ingin tahu siapa wanita yang ada di belakangnya ini.
Della justru tertawa. Ia bingung harus menjawab apa. Sedangkan dua sendiri tidak tahu sampai kapan akan dipakai Kevin untuk menjadi Tante pura-pura dari Dira. Yang jelas saat ini, yang ada di dalam pikirannya adalah bisa bertahan hidup di rumah itu. Karena semua kebutuhannya dipenuhi oleh orang yang membayarnya. Soal bagaimana nasibnya, itu urusan nanti.
"Kalau itu sih, saya juga gak tahu Tuan," jawab wanita itu yang sejujurnya.
Angga mengerutkan kening. Kerjasama macam apa itu, tidak ada batas kontrak kerja di dalamnya. Dan anehnya, wanita ini tampak biasa-biasa saja. Justru menikmati perannya. Mungkinkah wanita itu hanya dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Angga semakin berpikir buruk pada nasib wanita yang ada di dalam mobilnya itu.
"Emmmm, ini kartu nama saya. Jika terjadi sesuatu pada ibu, ibu boleh hubungi saya kapan aja," ucap Angga menyodorkan sebuah kartu kepada Della. Meskipun bingung, wanita itu tetap menerimanya.
"Angga Dwipangga," sebut Della setelah membaca tulisan besar di kartu itu. "Em, terima kasih ya Tuan, sudah mengantar saya pulang. Saya turun dulu," sambungnya, perlahan turun dari mobil.
"Maaf Buk, saya gak bisa antar sampai dalam," sahut Angga hanya membantunya turun dari mobil. Mengingat ponselnya berdering nyaring sejak tadi. Dan ia tahu, siapa yang menelponnya.
"Gak apa, Tuan. Saya justru berterima kasih sudah diantar sampai rumah. Semoga kebaikan Tuan ini dibalas sama Allah."
"Aamiin."
***************
Della masuk ke rumah dengan kaki yang pincang. Sontak mengundang perhatian Dira, wanita itu mendekatinya. "Kenapa Kak?" tanyanya memperhatikan seluruh tubuh wanita itu.
"Keserempet mobil." Della mendaratkan tubuhnya di sofa ruang tengah.
"Terus, yang nyrempet mana?" tanyanya lagi.
"Udah pulang, Dir." Dijawab singkat oleh Della.
"Kurang ajar banget tuh orang, gak tanggung jawab, malah seenaknya pergi gitu aja!??" omel Dira, berkacak pinggang. "Aku paling gak suka sama orang kek gitu, awas aja kalau sampai ketemu sama aku, habis tuh orang!"
Della hanya menggeleng, melihat kemurkaan Dira yang tak beralasan. Sembari meringis kesakitan, memegangi lututnya yang luka. "Gak usah ngomong terus, tolongin nih! Ambilin Betadine dulu sana!"
Dira tersenyum kuda, setelah itu beranjak untuk mengambil peralatan p3k. Lalu kembali lagi untuk mengobati lutut dan siku Della. "Kok bisa sampai keserempet sih, Kak?"
"Aku yang kurang hati-hati, Dir. Nyeberang gak lihat-lihat, untung aja cuma keserempet," jawab Della, mengingat kebaikan Angga tadi. "Dan untungnya lagi, orang itu mau nganter sampai rumah. Terus ngasih ini ke aku," sambung wanita itu memberikan kartu nama itu kepada Dira.
"Angga Dwipangga," sebut Dira, berpikir keras. Sebelah alisnya terangkat ke atas. Cukup lama, ia berada di posisi itu. Sekelebat bayangan seperti pernah dengar namanya. "Namanya gak asing, Kak."
"Kamu kenal?"
Dira meletakkan kembali kartu nama itu ke meja, setelah itu duduk di sebelah Della. "Gak tahu, Kak. Tapi kayaknya nama itu gak asing di telinga aku. Siapa ya?"
"Apa mungkin keluarga kamu yang asli?" celetuk Della mendapat tatapan penuh arti dari wanita itu. "Terus, gimana penyelidikan kamu tentang Azka itu? Udah dapet alamatnya?"
Dira menggeleng, sembari menghembuskan napasnya kasar. Ia menceritakan awal pertemuannya dengan Azka, saat lelaki itu mengajak tinggal di rumahnya, dan terlibat baku hantam dengan mantan kekasihnya.
"Kenapa gak mau?" tanya Della, menyanyangkan. "Aku yakin, dia orang baik. Kalau gak, kamu udah habis tuh digauli sama dia," sambung wanita itu, menilai Azka.
"Aku juga ngerasa gitu, Kak." Dira menunduk sesal.
"Hmmm, kalau kamu mau dibawa Azka, kamu gak ketemu sama Kevin. Hahahaha, dia kan bisa sama aku wkwkwk," celetuk Della, mendapat tatapan tajam dari wanita yang duduk di sebelahnya.
Tak lama, ponsel Dira berdering. Tertera di layar nama Kevin, gegas ia menjawabnya. "Hmmm, ngapain telpon?" Dira tampak membulatkan matanya sempurna, mendengar jawaban dari Kevin. "Hah, ada-ada aja sih kamu!! Sepuluh menit, gila. Aku belum mandi tahu!" Belum selesai ia bicara, Kevin sudah memutuskan sambungan teleponnya.
"Ngapa Dir?" tanya Della kepo.
"Kevin ngajak makan malam di luar, Kak. Dia udah otw, sepuluh menit lagi nyampe, ngeselin gak tuh orang!"
Della hanya tersenyum melihat penderitaan wanita yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu.
**********
Seorang pemuda tampak sibuk menghibur bundanya yang sejak tadi merundung sedih. Menunggu ayahnya tak kunjung datang, telpon pun tidak diangkat. "Udah, Bun. Gak usah dipikirin, ayah bentar lagi pulang kok," ujar Azka, mengelus bahu Amalia.
Tak lama, orang yang mereka tunggu datang. Angga nampak buru-buru menghampiri istrinya. "Assalamualaikum, Sayang. Maaf banget telat datengnya. Tadi gak sengaja nyrempet orang di jalan," ucap Angga langsung mendekati istrinya.
"Kamu gak apa-apa kan Sayang?" Amalia menangkup lengan suaminya, memperhatikan lelaki itu.
"Gak kok, orangnya juga udah aku antar pulang."
Jawaban Angga sedikit membuatnya tenang. Kegusaran yang sempat memenuhi dadanya tadi, sedikit demi sedikit berangsur hilang. Melihat wajah manis lelaki di hadapannya.
"Yah, Bun, Azka pamit keluar ya? Temen-temen ngajak ketemuan di cafe langganan, sekalian bahas bahan presentasi besok," ucap Azka meminta izin.
"Jangan malam-malam pulangnya," pesan Amalia, Azka pun mengangguk dan langsung beranjak pergi.
Cafe Collin, tempat tujuannya. Di sana sudah banyak pelanggan yang mengisi cafe tersebut. Salah satu kursi yang terisi adalah para sahabatnya, yang melambaikan tangan saat menyadari kedatangannya.
"Kok cuma berdua? Deri mana?" tanya Azka tak melihat salah satu dari sahabatnya di sana.
"Deri masih di jalan, Az. Gimana, udah berhasil belum nemuin cewek itu?" tanya Rendi penasaran. Azka menggeleng. "Seriusan?"
"Iya, belum. Emangnya kamu dapat info tentang kak Dira?" jawab Azka balik nanya.
"Belum, sih. Gue minta fotonya deh, yang jelas tapi," jawab Rendi, menyeringai.
"Cuma itu satu-satunya foto yang aku punya." Azka menunjukkan sebuah foto di hpnya.
Di tempat yang sama, sepasang kekasih terlihat sangat mesra. Si lelakinya menggandeng si perempuan. Wajah cantik dan gantengnya semakin kelihatan saat keduanya sama-sama melempar senyum.
"Jalannya agak cepetan bisa gak sih!" celetuk Dira gak sabar.
"Gak usah cerewet." Kevin berbisik di telinganya. "Cari tempat yang enak, Sayang," ucapnya celingukan. "Di sana aja!" Kevin menunjuk sebuah meja kosong di belakang meja Azka.
"Kita ke sana yuk!!!"
lanjut thor
lanjut thor
lanjut thor