Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
"Biarkan dia pindah bu, mereka mau mandiri dan biar menghidupi keluarganya sendiri." ujar ayah bela Hasyim. "Ibu saja kalau dimintai uang Hasyim untuk kuliah selalu mengeluh bilang tidak ada uang. Kalau anak mau sekolah itu biarkan bu, jangan ditahan!" omel ayah Limin.
"Kenapa jadi bahas kesana yah?" tegur ibu Setia.
"Baru² ini ayah dapat laporan kalau Hasyim sering lambat bayar uang kuliahnya, bahkan dia jarang masuk kuliah karena harus kerja untuk bayar uang semesternya, uang yang ayah kasih ke ibu selama ini kurang ya?" tanya ayah Limin bernada sedikit tinggi karena butuh dilampiaskan.
"Iya kan Hasyim terlalu sering minta uang ini dan itu ayah." ibu Setia masih berusaha menjawab.
"Iya, tapi dengan begitu ibu mempermalukan ayah didepan dosennya Hasyim bu! Malu ayah bu, mau ditaruh dimana muka ayah kalau ketemu bu!" bentak ayah Limin, Ibu Setia hanya diam menunduk karena dia jadi tempat pelampiasan emosi suaminya.
"Ada apa ini? Kenapa ayah bentak ibu?" Hasyim datang tiba².
"Kasih tau itu ibu kamu, bikin malu ayah saja." ujarnya meninggalkan isteri dan anaknya dalam keadaan marah menuju kamar mandi.
"Ibu kenapa?" tanya Hasyim setelah keadaan lebih tenang. Hening, ibu Setia masih tetap diam dengan air mata yang meleleh.
***
"Huft ada apa sih malam² gini ribut²? Apa gak didengar tetangga ya?" gumam Hana bertanya² dalam hati. "Seru kali ya kalau ramai." gumamnya lagi sambil tersenyum. "Astaghfirullah." ucapnya pelan.
***
"Kamu cerita ke dosen kamu kalau kamu jarang ibu kasih uang Hasyim?" tanya ibu Setia ketika sudah tenang, bahkan sekarang sudah menunjukkan pukul 10.50 malam.
"Ya gak lah bu, Hasyim gak pernah cerita ke siapa²." jawabnya jujur.
"Kenapa ayahmu bilang kalau dosenmu tau kamu jarang masuk kuliah, lambat bayar semester dan ibu tidak pernah kasih uang?" tanyanya beruntun.
"Oh itu, ya tentulah tau bu! Dosenku ke kantor ayah ada urusan, lalu kami ketemu disana! Ayah bilang kalau aku tidak ke kampus karena dirumah saja tidak tau apa dikerja, tapi dosenku melihatku di kantor ayah. Kemudian Hasyim lambat bayar Semester karena memang ibu bilang tidak punya uang makanya Hasyim cari kerja tambahan dan ketemu dosen Hasyim lagi nah disitu mungkin ketahuan semuanya bu." jelas Hasyim tanpa ada yang ditutupi.
"Gak mungkin orang tau kalau gak ada yang cerita Hasyim." elaknya.
"Ya terserah ibu saja mau percaya apa tidak sama anak sendiri." jawab Hasyim pasrah. "Hasyim mau tidur duluan bu." pamitnya pada ibunya.
***
"Bikin pusing saja!" gumam Hasyim dalam hati.
"Hana sudah tidur ya?" tanyanya pelan, lalu naik di atas tempat tidur, Hasyim rebahkan badannya dengan memeluk Hana dari belakang.
"Kakak sudah masuk?" tanya Hana seraya membalikkan badan. "Kakak kenapa?" tanyanya lagi, suaminya terlihat lelah.
"Tidurlah ini sudah malam." ucap Hasyim menatap isterinya lekat.
"Aku sudah tertidur kak, sekarang ngantuknya hilang. Kakak kalau ada apa² cerita ya?" tawar Hana.
"Malam ini boleh gak?" tanya Hasyim penuh harap. Hana hanya mengangguk paham maksud suaminya.
"Pelan² ya kak." Ucap Hana memelas.
"Tenang saja." ucapnya dengan suara khasnya yang menggoda. Usai berdoa mereka melakukan untuk pertama kalinya.
"Sakit kak. Pelan!" rintih Hana sambil mencengkram seprei.
"Mantap yang." ceracau Hasyim.
"Kemarin² gak bisa, sekarang sudah bisa! Belajar dari mana suamiku? Apa nalurinya sudah kuat karena banyak masalah?" gumam Hana penuh tanya sambil menahan rasa perih dibagian intinya.
"Sakit ya?" tanya Hasyim melihat air mata Hana lalu menghapusnya. "Lama² akan hilang perihnya." Hana hanya mengangguk karena mulai menikmati sentuhan suaminya.
"Ayo aku angkat untuk membersihkan di kamar mandi." ajak Hasyim.
"Gak usah kak. Malu! Jangan sampai masih ada yang belum tidur." ujar Hana. "Aku akan ke kamar mandi pelan² kak." lanjutnya.
Krek
Hasyim membuka pintu perlahan ternyata masih ada ayah Limin menonton televisi.
"Masih ada ayah nonton, aku keluar dulu!" pamit Hasyim.
"Kak boleh minta tolong?" Hasyim mengangguk. "Tolong ambilkan air hangat kalau ada, kalau tidak ada air biasa saja kak." ujar Hana.
"Baiklah. Tunggu disini!" Hasyim keluar membersihkan diri lalu mengambilkan keperluan sang isteri. "Ini, mau dipake apa?" tanyanya.
"Untuk lap ini kak." tunjuk Hana pada bagian inti yang ditutup selimut. "Kakak bisa keluar dulu atau menghadap tembok!" perintah Hana.
"Sini aku bantu." Hasyim ambil lap dari handuk kecil lalu memasukkan dalam air hangat diwadah yang dia sediakan. "Baring lah, buka pahanya!" perintahnya.
"Gak usah kak, malu!" seru Hana.
"Aku sudah melihat semunya Hana. Baring lah biar aku bantu." paksa Hasyim. Mau tidak mau Hana berbaring lalu membuka pahanya tapi masih ditutupi selimut. "Buka selimutnya sayang." ujar Hasyim dengan senyum menggoda.
"Biar aku saja kak." ucap Hana merasa begidik ngeri melihat suaminya.
"Sini biar aku." paksanya lalu beberapa saat selesai dilap menggunakan kain. "Sudah." ucapnya. "Ternyata dia tidur, pantas sepi!" gumam Hasyim lalu memperbaiki posisi Hana begitu juga dengan selimutnya. "Makasih ya!." ucap Hasyim sambil mengecup kening Hana.
"Ayah belum tidur? Ini sudah hampir tengah malam ayah!" tegur Hasyim.
"Sebentar lagi." jawab ayah Limin santai. "Kamu mau kemana?" tanyanya.
"Ke teras sebentar yah!" jawabnya lalu keluar.
"Ada² saja Hasyim itu." gerutunya sambil bangkit menuju kamarnya setelah mematikan televisinya.
***
"Aw." rintih Hana. "Sakit ternyata, perih sih!" gerutunya pelan.
"Kalau susah nanti ku bantu." gumaman Hasyim. Hana melihat mata Hasyim tertutup tapi bersuara.
"Mungkin ngigau!" ucap Hana pelan.
"Aw." Hana terpana melihat keromantisan suaminya. "Aku akan jatuh cinta padamu, tapi bagaimana dengan kamu? Aku tak tau!" gumam Hana dalam hati saat berada digendongan suaminya menuju kamar mandi.
"Untung masih sunyi." Gumam Hasyim keluar dari kamar mandi.
"Kamu ngapain gendong isteri kamu. Sakit ya?" muncul Abdul bikin kaget.
"Keram kakinya." jawabnya asal. Abdul hanya manggut² paham. "Romantis." ucapnya sambil tersenyum.
"Gak usah mikir aneh², pikir kuliah dulu! Main gitar terus." omel Hasyim setelah menjitak adik bungsunya.
"Aw sakit tau Hasyim." gerutunya melangkahkan kaki menuju kamarnya sendiri.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆