Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Poor Thing
Celsi menatap kesal Xaviar yang mengacuhkannya.
"Ngak tahu apa gue tahu kehidupan lo ke depannya," batin Celsi menatap kesal Xaviar.
Celsi tidak menyerah, walaupun diacuhkan, Celsi akan tetap mengajak bicara Xaviar, karena dari cinta dan kenyamanan itu tumbuh karena kebiasaan.
"Jika pengkhianat itu orang terdekat lo, gimana?" tanya Celsi lagi.
Xaviar, yang sejak tadi mengacuhkan Celsi dan lebih memilih berkasnya, kini merespon Celsi dengan mengalihkan pandangannya dari berkas dan menatap Celsi.
"Maksud lo?"
Celsi yang mendapatkan respon dari Xaviar kini menatap Xaviar dengan berbinar.
"Gue akan kasih tahu pengkhianatnya asal lo kasih gue kebebasan, gimana?"
Celsi menaikkan dan menurunkan alisnya yang kini telah berada di depan Xaviar.
Celsi duduk berhadapan dengan Xaviar.
"Lo mine," ucap Xaviar dengan dingin.
"Ya udah, kalau enggak lo kasih gue handphone, duit, dan lo juga bebasin gue mau belanja dan lainnya, tapi gue tetap tinggal sama lo, gimana?"
Xaviar menatap Celsi dengan pandangan sulit diartikan hingga akhirnya menganggukkan kepalanya.
"Ok."
Celsi tersenyum bahagia, akhirnya, Celsi bisa kembali memegang handphone.
"Lo sama Vino yang menyelesaikan masalah pengkhianat," ujar Xaviar akhirnya kembali ke berkasnya.
'Masa menyelesaikan masalah sama pengkhianatnya langsung,' batin Celsi menggelengkan kepalanya.
"Vino pengkhianatnya."
Xaviar tersentak saat mendengar perkataan Celsi.
"Lo hack Vino, nanti lo tahu sendiri."
Xaviar langsung beralih ke laptopnya, Xaviar membobol data milik Vino.
Vino mendapatkan notifikasi bahwa datanya sedang dilacak oleh seseorang, kini langsung berusaha membobol dan mengamankan datanya.
Xaviar langsung melindungi penyamarannya dan memberikan virus malware CrySys, yaitu virus yang merusak akun privasi secara permanen, sebelum itu Xaviar mengopi data pribadi Vino dan menyimpannya di laptopnya.
Xaviar juga membersihkan semua penyamaran hingga Vino tidak bisa melacaknya kembali, setelah itu menutup akunnya.
Xaviar beralih ke akun data Vino dan membacanya, betapa terkejutnya Xaviar jika Vino lah yang melakukan pengkhianatan.
Xaviar menyeringai membayangkan pembalasan yang cocok.
Celsi bergidik ngeri saat melihat ekspresi wajah Xaviar.
Sedangkan Vino membanting laptopnya, datanya telah dibobol dan hilang secara permanen, kini laptopnya telah terserang virus yang tidak bisa dikembalikan.
Vino mengacak-acak rambutnya frustasi, bisa hancur semua rencananya.
"Lo udah tahu kan? Nah, sekarang lo daftarin gue kuliah di bidang fashion," ujar Celsi dengan bersemangat.
Dulu, Celsi pernah melihat jurusan termudah yang tidak bikin sakit kepala dan akhirnya Celsi menemukan beberapa jurusan, dan paling mudahnya di bidang fashion.
Celsi yang ingin pindah jurusan di bidang fashion dilarang mamanya, padahal Celsi baru tiga bulan kuliah di bidang psikologi dan Celsi merasa tidak cocok.
Dulu Celsi memilih psikologi itu karena Celsi memimpikan bertemu psikopat, namun Celsi menyesal karena pelajaran dan materi membuat otak Celsi berasa pecah.
Kini Celsi berhadapan langsung dengan psikopat itu, dia adalah Xaviar, dan akhirnya Celsi tahu gimana rasanya.
Rasanya tuh setiap bertemu ada rasa takut dalam diri Celsi, bahkan Celsi merasa sangat dan teramat takut saat Xaviar menyeringai ataupun senyum.
Lamunan Celsi pecah saat mendengar perkataan Xaviar.
"Ok, lo besok balik ke Indonesia, dan yang lainnya bawahan gue yang selesaikan."
Celsi tersenyum bahagia, Celsi tersenyum lega, akhirnya bebas juga.
"Gue mau balik, bosan gue di sini."
"HM."
Setelah mendapatkan persetujuan Xaviar, Celsi pergi meninggalkan ruangan Xaviar.
Sebelum pulang, Celsi ingin melihat-lihat terlebih dahulu kantor Xaviar.
Hingga akhirnya, Celsi bertemu dengan Vino yang tersenyum manis padanya seolah tidak terjadi apa-apa.
"Long time no see," ucap Vino dengan senyum manisnya hingga memperlihatkan langsung pipinya.
"No way."
"Just kidding."
Celsi menatap sedih Vino, karena masa tenggang hidupnya tinggal sebentar lagi, padahal Vino itu manis, namun karena keserakahan membuat hancur hidupnya.
Celsi juga tidak bisa berbuat apa-apa, di novelnya saja sudah dijelaskan, jika Celsi membantu Vino, pada akhirnya Vino akan balas dendam pada Xaviar karena telah membasmi seluruh keluarganya.
Lebih baik membiarkan saja berjalan sesuai alur novel kecuali merubah hidup pemeran utama wanitanya dan laki-lakinya.
"Melamun terus?"
Celsi tersadar dari lamunannya.
"Hehehe, gue setiap melihat lo tuh jadi kepengen melamun."
Kekeh Celsi lalu tersenyum menggoda.
"Why?"
Vino mengangkat alisnya dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Karena gue selalu memikirkan lo."
Vino tersipu malu, hal itu membuat kadar kemanisan Vino makin bertambah.
"Jangan senyum, nanti kadar gula darah gue tinggi," ujar Celsi lagi.
"Stop joking!"
Vino menutup wajahnya yang kini telah memerah.
Celsi berusaha melepaskan tangan Vino agar terlepas dari wajah yang menutupi wajah Vino karena terhalang tangannya.
"Cute."
Celsi mencubit kedua pipi Vino. Setelah itu, melepaskannya.
Vino pergi dari hadapan Celsi, berlari kembali ke ruangannya.
"Hahahaha."
Celsi tertawa terbahak-bahak.
Kasihan sekali lelaki manis itu harus meninggalkan dalam keadaan mengenaskan. Apa lagi nanti kepala Vino akan dimasak lalu diberikan ke harimau peliharaannya, Xaviar, dan tubuhnya terpotong-potong dan akhirnya diberikan kepada keluarganya dengan keadaan yang sudah dimasak, lebih parahnya keluarganya tidak sama sekali menyadari jika yang mereka makan adalah bagian dari keluarga mereka. Satu jam setelah itu, seluruh keluarganya meninggal karena Xaviar membom mansion itu. Atas kejadian itu, tidak ada penghuni mansion yang selamat.
Ada satu tokoh yang hanya diceritakan di akhir cerita oleh pemeran utama wanitanya, namun tokoh itu tidak sama sekali muncul dalam cerita Black Love.
Nama tokoh itu pun tidak disebutkan, pemeran utama wanitanya hanya berkata jika orang itu seperti bunglon dan tokoh itu memiliki kekuatan dan kemampuan sama seperti Xaviar. Tokoh itu juga musuh besar Xaviar, jika mereka saling menyerang, maka hasilnya akan sama, tidak ada yang kalah atau pun yang menang.
Nah,
tokoh itu yang masih sebagai misteri hingga akhirnya cerita Black Love.
----
Selama seminggu ini kehidupan Celsi terasa tenang dan tidak ada masalah dalam hidupnya.
Tentang Babang yah, sekarang Celsi telah berteman dengannya walaupun beberapa hari lalu Celsi menghindar dari Babang, kerena kecerewetannya. Sungguh tokoh Babang sama persis seperti yang di ceritakan dalam novel Balck love.
Hari ini Celsi libur dan bertepatan pada pulangnya Xaviar. Sebenarnya niat Celsi ingin pergi jalan - jalan ke taman bermain, namun karena Celsi mendapatkan kabar jika Xaviar pulang hari ini membuat niat Celsi terpaksa di undur.
Dalam novel Balck love, pemeran utama wanitanya di perkosa lagi dengan pemeran utama laki-lakinya tidak tau kenapa saat itu pemeran utama laki-lakinya pulang dalam keadaan marah dan itu masih misteri yang belum dipecahkan dalam novel Balck love.
Kembali ke Celsi, kini Celsi duduk diruang tengah sambil menonton TV dengan cemilan di atas meja sambil menunggu kedatangan Xaviar.
Hingga beberapa saat Xaviar pun pulang dan anehnya wajah Xaviar seperti menahan amarah yang sangat besar.
Ditambah aura yang di keluarkan sungguh mencengkram, tubuh Celsi bergetar hebat namun Celsi berusaha menahan tubuhnya dan pikirannya agar tetap tenang, sungguh Celsi tidak ingin kejadian yang di ceritakan dalam novel kembali terulang.
Celsi meneguk ludahnya saat Xaviar makin mendekat, ditambah tidak ada para pekerja di sekitar ruangan ini.
" Xaviar how are you ? " Tanya Celsi yang berusaha tersenyum, setelah Xaviar berdiri tepat di depan Celsi.
Celsi tersenyum kikuk saat Xaviar tidak menjawabnya.
" Lo melanggar perjanjian " ucap Xaviar
dengan datar.