Dista Keinadira, harus menelan rasa pahit kala Pamannya menjadikan sebagai alat penebus hutang. Kepada sosok pria lajang tua kaya raya yang memiliki sifat dingin dan sulit ditebak yaitu, Lingga Maheswara.
Pernikahan yang hanya dianggap nyata oleh Dista itu selalu menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka. Lingga selalu berbuat kasar kepada Dista yang selalu saja mengharapkan cinta darinya.
•••••
"Satu ucapan cintaku akan setara dengan derasnya air mata yang akan kau keluarkan, Istriku.." Kata Lingga disela isak tangis menyakitkan Dista.
∆∆∆
Halo, jangan lupa follow dan dukung selalu🙃
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMP~BAB 23
Dista melepaskan tangannya dari genggaman Malik, ia berusaha tersenyum manis kepada Malik yang terlihat sudah emosi sekarang.
“Suamiku tidak kasar, dia hanya kesal saja. Lalu, luka ini.. Ya karna kecerobohan ku,” jelas Dista agar Malik tidak terlalu mengkhawatirkan nya.
“Kau kira aku anak TK yang akan percaya dengan semua penjelasan palsumu itu? Kau berbohong, Dista..” bantah Malik. Ia berusaha menyadarkan Dista yang selalu saja melindungi kesalahan Lingga.
“Lagian apa masalah nya untuk mu kalau memang suamiku berlaku kasar? Apa kau bisa mengubah Lingga untuk bisa lebih lembut kepadaku?” tanya Dista balik. Yang mana sudah pasti Malik tidak bisa menjawabnya.
“Aku berterimakasih atas tindakan mu kali ini, kau menyelamatkan aku. Tapi, soal masalah rumah tangga ku.. Tidak ada urusannya dengan mu, Malik,” ucap Dista dengan penuh penegasan. Dengan sedikit berpegangan pada sofa Dista perlahan bangkit begitu pula Malik.
Malik masih menatap intens kearah Dista yang berada di hadapannya. Banyak sekali pertanyaan dibenak Malik yang mana hanya Dista seorang lah yang bisa menjawabnya.
“Kau sebenarnya manusia seperti apa, Dista? Yang dilakukan suamimu ini tidak benar, dia menguasai hidup mu!” Malik berusaha membuat Dista tersadar.
“Sudah selayaknya seorang istri patuh dengan suami_”
“Tapi, Tuan tidak pantas kau patuhi, Dista!”sela Malik yang mana langsung membuat Dista terdiam.
“Seperti yang aku katakan pertama tadi, berhenti ikut campur, Malik,” malah seperti itu respon dari Dista membuat Malik semakin kesal tentunya. Malik meraih tangan Dista yang ingin pergi, ia menyuruh Dista untuk duduk.
“Tuan sudah pergi bekerja ke luar negeri, hanya ada aku dan kau disini. Pelayan juga tidak akan ada yang melihat, biarkan aku mengobati lukamu,” pinta Malik. Pria itu berusaha mengikuti saja apa yang dikatakan Dista sekarang.
Dari yang Malik lihat, keputusan dan prinsip dari Dista sungguh kuat untuk sang suami. Ia tidak akan membongkar aib Lingga, karna pemahaman soal agama yang Dista terapkan hal itu yang membuatnya melakukan itu.
Mungkin Dista sudah tidak tahan dengan rasa sakit yang ada, ia pun patuh duduk di sofa sesuai yang diarahkan Malik. Malik menuju lemari dimana tersimpan kotak p3k disana, ia akan mengobati Dista kali ini.
“Maaf merepotkan mu, Malik. Biar aku saja, kau istirahat lah,”Dista tidak mau merepotkan pria itu lagi. Dan juga mereka tidak ada sesuatu ikatan yang mana bisa saling mengkhawatirkan seperti ini.
“Tidak apa, kalau kau suka diperlakukan kasar seperti ini oleh Tuan.. Maka aku akan selalu menjadi penyembuh lukamu,” ucap Malik sambil duduk bersila dilantai.
Perlahan Malik membawa kaki Dista untuk mempermudah mengobati, dengan gerakan lembut Malik mengobati luka dikaki Dista. Memang tidak parah tapi pasti akan perih kala terkena air, bahkan sepanjang proses Malik mengobati Dista terus merintih kesakitan.
Sepanjang mengobati luka Dista tidak ada obrolan antara mereka berdua. Malik terlalu sakit hati melihat luka Dista, hingga dirinya sangat fokus memberikan salep disana.
“Kau bisa memendam segalanya, tapi kau tidak bisa menyembunyikan luka-luka ini, Dista..” ucap Malik sembari bangkit hingga saling tatap dengan Dista yang mendongak kearahnya.
Tidak ada jawaban dari Dista, ia hanya terdiam dengan mata memerah.
“Malik, aku sudah terbiasa untuk tidak menceritakan masalah apapun yang aku rasakan. Segala bentuk sakit sudah biasa aku hadapi sendiri, aku kurang tahu berbagi masalah dengan orang lain.” ucap Dista dengan isak tangis yang mana berhasil membuat Malik terenyuh.
Tanpa meminta bantuan dari Malik, Dista berusaha untuk bangkit. “Bukankah semua ini memang sudah ditakdirkan oleh sang Tuhan? Aku tidak menyalahkan sifat kasar Lingga, aku hanya menyalahkan nasib burukku saja,” ujar Dista dengan menyeka air matanya.
Malik menghela napas panjang, ia memegang kedua pundak Dista. Hingga mata indah Dista menatap penuh kearah Malik, ia tidak marah dengan tindakan Malik kali ini.
“Kau ingin menjadi istri yang disukai? Aku akan membantu, setidaknya Tuan tidak akan menyakiti hidupmu lagi.” tawaran Malik membuat binar bahagia muncul diwajah cantik itu.
“Benarkah? Kau akan membantuku kali ini?”
“Tidak hanya kali ini, tapi seterusnya. Aku kagum dengan pengabdian mu kepada suami, jadi apa salahnya aku membantu.” Alasan Malik membuat Dista tersenyum manis, ia mengangguk setuju.
Malik lega melihat Dista yang sudah kembali tenang, sekalipun hati Malik tidak rela sebenarnya melihat keadaan Dista sekarang.
“Kau mempertahankan Tuan dengan hati yang terus saja tertusuk pisau, aku kagum denganmu, Dista.”gumam Malik didalam hati.
Malik mengambil selendang yang ada didekat meja, memasangkan kepada kepala Dista. Barulah wanita itu tersadar jika tidak memakai hijab, sungguh Dista malu sekali.
“Astaga, jadi sedari tadi aku tidak memakai hijab?” tanya nya kepada Malik yang mau tertawa sebenarnya.
Bagaimana Malik tidak tertawa, raut terkejut yang ada diwajah Dista sungguh lucu. Wanita itu benar-benar tidak sadar tanpa hijab sepanjang pertama kali bertemu tadi.
“Tutup matamu!” perintah Dista kepada Malik yang masih belum mengerti dengan perintahnya.
“Tutup mata? Untuk apa?” tanya Malik.
“Aku mau pakai hijab, tutup mata, Malik..” desak Dista kepada Malik yang langsung terkekeh, bahkan disaat Malik sudah puas melihat Dista tanpa balutan hijab barulah Dista menyuruhnya untuk menutup mata.
“Emm.. Baiklah..” Malik mengalah saja, ia menutup mata dengan kedua tangannya sambil sesekali mengintip Dista yang dengan sangat mudahnya memasang selendang itu sebagai hijabnya.
Malik tersenyum tipis, ketahuilah Dista sungguh cantik malam ini. Ntah kenapa jantung Malik berdegup kencang melihat penampilan Dista. Sekalipun hanya selendang biasa berwarna hitam yang ia pakai, tapi sudah membuat kecantikan Dista terpancar.
“MasyaAllah, sungguh indah dan cantik ciptaan mu kali ini, Ya Allah. Izinkan hamba berkesempatan memiliki nya, semoga Kau mengizinkan.” gumam Malik didalam hati sembari tersenyum menatap Dista yang menunduk karna malu ditatap seperti itu oleh Malik.