Menceritakan beberapa kisah pendek romansa kehidupan, juga perjalanan dalam mencari kebahagian yang sejati.
Hal-hal yang umum terjadi di sekitar kita maupun yang tidak bisa kau pikir sebelum nya. Semua tertuang dalam kisah-kisah mengharukan dan mendebarkan.
Semoga kalian dapat terhibur dengan kisah pendek ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lan05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gerald & Anastasya 6
Di pagi hari nya di kediaman De'mare semua orang sepakat untuk tidak mengungkit kejadian semalam mereka berpura-pura tidak tahu dan tidak membahas apapun yang berhubungan dengan semalam.
Kecuali Gerald yang memang disuruh langsung oleh kedua orang tua Anastasya untuk membujuk Anastasya untuk jujur tentang semua nya. Karena mereka yakin hanya Gerald yang dapat membujuk Anastasya, David dan Dasha bukan tidak mau untuk lebih mendekati dan mengobrol secara langsung dengan anak nya. Tetapi mereka takut akan terlalu memaksa dan menjadi kurang bijak dalam mengatasi situasi karena pengaruh emosional mereka hingga berakibat semakin membuat Anastasya terluka. Jadi mereka berdua mempercayakan Gerald sepenuh nya.
David dan Dasha telah mengetahui semua informasi tentang Anak nya selama tinggal di luar negeri dari Gerald tanpa terkecuali. Dan dirinya merasa amat terpukul setelah mendengar semua informasi itu. Dirinya terlalu menyayangi anak nya sehingga saking David menyayangi Anak nya dirinya selalu mengijinkan keinginan Anastasya termasuk saat Anastasya meminta untuk tinggal di luar negeri. Memang hati nya sangat berat tapi lagi-lagi dirinya tidak bisa menolak keinginan buah hati nya itu. Sehingga pada akhirnya dirinya mengijinkan Anastasya untuk tinggal di luar negeri yang malah menjadi boomerang untuk nya kali ini.
Dirinya seakan dihantam benda berat kedalam dada nya kala mengetahui bahwa Anastasya pergi membawa luka dalam dirinya. Seorang diri tanpa seorang pun tahu, bertahun-tahun Anak nya tenggelam oleh luka-luka itu dan berjuang sendirian.
Maka dari itu saat ini Dirinya dan sang istri sebisa mungkin memutuskan untuk sebijak mungkin dalam menghadapi situasi ini. Dan mereka juga sangat berterimakasih kepada Gerald karena begitu menyayangi anak mereka dengan sangat tulus.
Kembali di suasana pagi di kediaman De'mare mereka semua saat ini sedang melakukan sarapan dalam keheningan tanpa kehadiran Anastasya. Mereka sengaja membiarkan Anastasya untuk beristirahat lebih lama.
"Mom Gerald mau mengantar sarapan dulu ke kamar Anastasya."
"Ya Gerald.. Mommy berterima kasih banget sama kamu."
"It's okay mom, mommy juga harus kuat aku juga akan berusaha keras mengungkapkan semua nya." Senyum Gerald menenangkan Dasha yang kini terlihat lebih sendu.
Dasha hanya mengangguk dengan senyum tipis nya dirinya juga tidak mau membuat semua orang khawatir dengan kondisi nya. Saat ini yang paling penting adalah Asya nya. Dirinya harus kuat demi keluarga nya.
"Taruh saja disitu." Ujar Gerald kepada maid yang baru saja mengantarkan sarapan untuk Anastasya.
Gerald hanya menunggu Anastasya bangun di samping tempat tidur nya. Dirinya tidak mencoba membangunkan Anastasya biarkan Anastasya bangun dengan sendiri nya tanpa harus di ganggu.
Selagi menunggu Anastasya terbangun Gerald mencoba berkeliling melihat seisi kamar Anastasya. Semua nya tidak berubah sama sekali Gerald membuka satu per satu laci yang ada, Namun ada satu laci yang terkunci hingga membuat dirinya penasaran apa isi di dalam nya sehingga Anastasya mengunci nya.
"Apa yang sedang kau lakukan.?" Tanya Anastasya tak bersahabat saat melihat Gerald berada di kamar nya, bahkan selagi ia tertidur sedari tadi.
"Aku hanya penasaran saja... cuci muka mu lalu sarapan aku sudah menyuruh maid membawa sarapan mu kesini. Jadi kau tidak perlu kebawah." Ujar Gerald yang kembali melangkah kearah Anastasya yang kini sedang terduduk di atas kasur.
"Keluar..." Ketus Anastasya dengan tatapan tajam nya. Kepala nya benar-benar pusing saat ini ditambah ada Gerald. Seperti nya dirinya mabuk berat semalam hingga dirinya benar-benar tidak mengingat apapun. Terakhir yang dirinya ingat adalah saat dirinya yang terus-terusan harus meminum wine karena tidak mau memenuhi tantangan dari sepupu - sepupu nya.
"Sayang nya kali ini aku tidak mau." Tegas Gerald yang tidak menuruti ucapan Anastasya dan kembali duduk di samping tempat tidur Anastasya yang kini sedang menghadap nya juga.
"Terserah, kau sangat keras kepala." Kesal Anastasya yang langsung melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Gerald kembali menghampiri laci yang terkunci itu entah kenapa ia sangat penasaran dengan isi nya. Namun handphone nya tiba-tiba berdering.
"Iya Julius apa kau menemukan petunjuk baru.?" Tanya Gerald to the point saat melihat nama Julius yang tertera di Handphone nya.
"Seperti nya kita harus bertemu... saat ini juga." Ujar Julius dari sebrang telepon yang terdengar sangat serius.
"Baiklah, kita bertemu di rumahku satu jam lagi, masih ada yang harus ku urus disini sebentar."
"Baiklah." Sambungan pun terputus.
Tak lama Anastasya keluar dari kamar mandi dan menuju walk in closet nya tanpa melihat kearah Gerald sedikit pun. Anastasya sedikit berlama-lama di walk in closet nya tetapi setelah selesai merapihkan dirinya Anastasya masih melihat Gerald berada di kamar nya duduk di sofa dengan tablet ditangan nya.
"Kau sudah selesai.. cepat lah duduk kau telah melewatkan waktu sarapan mu." Gerald langsung bangun dan menata sarapan Anastasya di atas meja dengan telaten.
Anastasya yang melihat segala bentuk perhatian Gerald padanya beberapa hari ini merasa sedih dan kesal secara bersamaan. Bagaimana Gerald masih bisa bersikap seperti ini disaat dirinya dengan keras menolak semua itu.
"Sudah.. makanlah, setelah ini aku harus pergi untuk beberapa urusan." Ungkap Gerald yang sama sekali tidak di respon oleh Anastasya.
Anastasya hanya fokus kepada makanan nya memaksa kan makanan ini masuk kedalam mulut nya. Semua menu sarapan hari ini terlalu berat dan banyak baginya. Karena biasa nya dirinya hanya memakan sepotong roti dan susu saja selama ia tinggal di luar negeri. Dirinya kehilangan berat badan cukup drastis karena nafsu makan nya yang berkurang jauh setelah ia pindah ke luar negeri.
"Aku pergi dulu." Ucap Gerald setelah memastikan Anastasya menghabiskan sarapan nya. Dengan memberanikan diri Gerald mengelus rambut Anastasya perlahan. Sebelum berlalu pergi meninggalkan keheningan dalam kamar Anastasya.
Tok..tok..tok..
cklekk..
"Asya..ini mommy." Ujar Dasha melangkah kan kaki nya masuk ke kamar Anastasya.
"Ada apa mom.?" Tanya Anastasya penasaran.
"Sebentar lagi kita akan pergi keluar, selagi keluarga kita sedang berkumpul semua jadi kita akan mengadakan liburan mendadak." Ujar Dasha kepada Anastasya.
"Apa kamu sudah selesai sayang.?"
"Sebentar lagi mom, nanti aku nyusul kebawah."
"Ya sudah mommy kebawah duluan ya, jangan lama-lama... sepupu - sepupu mu yang lain sudah tidak sabar."
"Haha.. iya mom aku tidak akan lama."
Sementara disisi lain kini Gerald sedang berbicara serius dengan Julius yang sedang memaparkan hasil penyelidikan nya kepada Gerald serta kecurigaan nya akan seseorang yang bernama Leon ini lah yang menjadi penyebab terbesar Anastasya seperti ini. Setelah kemarin Julius mendapat perintah baru dari Gerald untuk menyelidiki orang yang bernama Leon dia dengan segera mencari seseorang yang bernama Leon dalam lingkup pertemanan atau rekan sekitar Anastasya.
Namun siapa sangka dari hasil penyelidikan nya tentang Leon ini bisa menjadi pintu awal untuk membuka semua 'rahasia' Anastasya selama ini.
"Aku telah menemukan tujuan Anastasya setiap hari Rabu selalu pergi dengan pakaian hitam dan mengunjungi toko bunga adalah ke pemakaman santos." Ujar Julius sembari memperlihatkan bukti - bukti yang ia dapat.
"Untung pemakaman Santos termasuk pemakaman elit yang memiliki keamanan yang baik sehingga di beberapa penjuru makam di taruh cctv."
Gerald memperhatikan dengan baik segala penjelasan yang Julius paparkan padanya.
"Dan aku menemukan makam yang selalu Anastasya datangi setiap hari rabu... itu adalah pemakaman khusus anak-anak."
"Apa?? siapa nama di batu nisan itu.?" Tanya Gerald menggebu, makam anak siapa yang selalu Anastasya kunjungi selama ini.
"Aldasya Felton De'mare." Hati nya mencelos mendengar nama yang disebutkan Julius padanya.
Dulu... dulu sekali saat Gerald dan Anastasya masih bersama mereka sudah membicarakan hal-hal kearah hubungan yang lebih serius. Saat mereka sedang menikmati waktu bersama tiba-tiba Anastasya bertanya padanya.
Flashback on
"Sayang kalau kita sudah menikah kamu ingin punya anak berapa.?" Tanya Anastasya tiba-tiba yang saat ini sedang bersandar di dada Gerald menikmati suasana kota di malam hari dari atas jendela apartemen Gerald yang langsung menghadap gedung-gedung pencakar langit.
"Hmm.. aku terserah padamu saja, tugasku hanya melaksanakan keinganan mu." Ujar Gerald menumpu kan dagu nya di atas kepala Anastasya dengan kedua tangan yang memeluk erat tubuh kekasih nya.
Anastasya terkekeh mendengar jawaban Gerald yang selalu saja membuat jantung nya berdetak tak karuan. Gerald tipe yang sangat menyayangi dengan total orang yang disayangi nya. Maka dari itu Anastasya sangat beruntung dicintai begitu dalam oleh Gerald yang menerima semua hal tentang dirinya, bahkan masalalu nya yang bisa di bilang 'toxic'.
"Kalau aku.... aku ingin punya anak banyak, karena aku anak tunggal aku tidak mau anak kita merasakan kesepian seperti aku."
"Iya sayang apapun mau mu aku akan terima selagi itu tidak membahayakan dirimu, aku akan setuju."
"Kalau Anak pertama kita perempuan aku ingin menamai nya Aldasya bagus kan.. itu gabungan nama akhir kita." Ucap Anastasya antusias saat memberitahu Gerald tentang nama yang dia buat untuk anak mereka kelak.
"Bagus sayang, kamu sudah memikirkan nama untuk anak kita ya, lalu kalau laki-laki.?"
"Felton... Karena aku fans Tom Felton makanya aku ingin sekali anak kita ada nama idola ku."
"Bagaimana bisa begitu.. itu jagoan ku bagaimana bisa kau menamai nya dengan nama idola mu hmm." Ujar Gerald tak terima anak nya di namai seperti nama idola ibu nya.
"Biarkan.. kali saja anak ku akan setampan Tom Felton." Goda Anastasya tersenyum senang sembari menghadap ke belakang, berhadapan muka dengan Gerald yang saat ini sedang menunjukkan raut protes kepada nya.
"Heyyy.. kali ini kau keterlaluan sayang bagaimana bisa anak ku harus sama dengan wajah idola mu yang sudah tua itu... Jelas anak ku akan setampan aku ayah nya yang seribu kali lebih keren daripada Tom.. tom itu."
"Tidak Tom Felton ku lebih.. lebihhh.. keren jika dibandingkan denganmu sayang." Lanjut Anastasya yang semakin menggoda Gerald.
"Apa kau bilang.. coba ulangi..." Ujar Gerald dengan mata menyipit kearah kekasih nya. Lalu ia langsung menggelitik pinggang Anastasya yang telah ia ketahui menjadi titik lemah gadis nya.
"Haha.. ampun.. Gerald .. ampun.. haha iya kau yang paling tampan... tidak ada yang lain." Ujar Anastasya menyerah sembari berusaha menjauh dari gelitikan yang dilakukan kekasih nya.
Sesaat mereka berpandangan mata lalu tertawa bersamaan menertawakan sikap konyol mereka tadi, Mereka larut akan tawa yang mereka ciptakan dan berharap akan selalu dan selama nya seperti ini.
Flashback off
Kenangan itu tiba-tiba terputar di otak nya kala mendengar nama calon anak mereka kelak saat mereka menikah nanti.
"Lanjutkan." Tegas Gerald menahan semua gemuruh dalam dada nya.
"Kau yakin.?" Tanya Julius yang saat ini dengan jelas melihat raut wajah Gerald yang tidak baik-baik saja.
Gerald hanya mengangguk kaku. Sebisa mungkin dirinya mengontrol pemikiran nya saat ini dan tetap berusaha mencerna segala informasi dari Julius dengan kepala dingin.
Julius pun kembali membeberkan semua hasil, bukti dan juga dugaan nya terhadap penyelidikan nya kali ini. Tanpa sedikit pun yang terlewat, Julius mencoba sebaik mungkin menjelaskan dengan terperinci.
"Cukup... aku tahu dugaan mu akan kearah mana. Biarkan aku sendiri yang memikirkan jalan keluar nya dengan baik." Potong Gerald lalu mengumpulkan seluruh hasil penyelidikan dalam satu map.
"Baiklah, aku hanya kasih saran untuk tidak terlalu menekan nya untuk saat ini.. kalau begitu aku pamit pekerjaan ku telah selesai semoga kau segera mendapat jalan keluar untuk kebaikan kalian berdua." Ujar Julius.
"Thank you, aku sangat berterima kasih kau mau membantu ku. Aku tahu ini tidak mudah maka dari itu aku akan sangat berterima kasih kalau kau mau menerima resort ku yang berada di hawai."
"Tapi.. "
"Ini rasa berterima kasih ku padamu, aku benar - benar terbantu jadi tolong terimalah." Potong Gerald yang melihat Julius yang akan menolak pemberian nya.
Julius menarik napas panjang saat melihat teman lama nya itu melihat nya dengan tatapan tidak menerima penolakan.
"Aku akan terima kalau kalian berdua mengirim undangan pernikahan kalian secepat nya. Dengan begitu kita impas, aku juga tidak terbebani dengan pemberian mu. "
"Thank you. Secepat nya akan ku pastikan."
"Bagus.. kalau begitu aku pergi dulu." Ujar Julius lalu melangkah pergi.
Gerald menggenggam map yang berada di tangan nya dengan kuat, mengendalikan emosi yang saat ini rasa nya ingin meluap-luap dalam dirinya.
"Tunggu aku Ann.. Kau tidak akan bisa lari lagi dariku terlebih saat aku mengetahui semua ini."