Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Bisa Ditutup Gak?
Bara tak ingin menjawab dan lebih memilih untuk mengganti pakaian olahraganya kemudian mandi. Waktu sudah hampir jam 7 pagi dan ia akan terlambat jika ia meladeni pertanyaan Zizi yang tidak penting itu. Akan tetapi Zizi tetap ngotot. Wanita itu langsung memburu Bara ke dalam kamar untuk meminta jawaban yang ia harapkan.
"Kenapa bapak tidak menjawab pertanyaan aku!" pekik Zizi.
Bara hanya diam dan lebih memilih untuk bersiap. Tubuhnya gerah sehabis olahraga dan ingin mandi lagi.
"Cerain aku pak saat ini juga!" ulang Zizi.
Bara yang sudah membuka kaos olahraganya dan menyisakan selembar bokser untuk menutupi bagian bawahnya langsung mendekati Zizi dengan tatapan tak biasa. Tangannya bahkan langsung merengkuh pinggang istrinya itu ke dalam tubuhnya hingga jarak mereka sangat terkikis.
"Aku bilang tidak ya tidak!" tegas Bara.
"Tapi kenapa?" tanya Zizi dengan nafas memburu karena gugup dengan posisi mereka saat ini.
Bara tak ingin lagi menjawab tapi langsung melabuhkan ciuman tiba-tiba pada bibir Zizi. Mengulumnya lembut penuh perasaan kemudian melepaskannya dengan sangat tak rela.
"Aku tidak perlu menjawabnya karena kamu pasti tahu jawabannya," ucap Bara dengan tatapan tak lepas dari bibir istrinya yang masih basah karena salivanya.
Dada Zizi berdebar dan hampir terhanyut lagi tapi otaknya terus menolak untuk tidak tergoda apalagi terbuai.
"Apakah karena wasiat dari om Hasan?"
Bara sekali lagi tak menjawab tapi meraih bibir Zizi kembali dan mengulumnya dengan hasrat yang sudah mulai terbakar. Ia sungguh tak ingin membahas hal yang akan menggangu perasaannya saat ini. Akan tetapi Zizi mendorongnya cepat hingga tautan bibir mereka terlepas.
"Katakan pak. Apakah karena wasiat om Hasan dan tidak ada alasan yang lain?"
Bara mengeratkan rahangnya kesal. Ia hanya diam dengan pikiran yang tiba-tiba teringat pada papanya yang masih koma di rumah sakit.
"Apa benar hanya karena itu pak?" tanya Zizi lagi dan berhasil menyentak lamunan Bara.
Pria itu pun menghela nafasnya pelan kemudian menjawab, "Iya. Kamu sudah tahu kenapa bertanya lagi!"
Perasaan Zizi langsung tak nyaman. Ia sedikit kecewa. Padahal ia sangat mengharapkan jawaban yang lain dari pria yang telah memberikannya bermacam-macam rasa akhir-akhir ini.
"Kenapa? Bukankah kita sama-sama diuntungkan dengan wasiat papaku? Meskipun sebenarnya aku heran juga kenapa nama kamu masuk juga dalam wasiat itu."
Zizi terdiam. Ia juga bingung sendiri sebenarnya. Kenapa om Hasan yang mengaku sebagai sahabat papa dan mamanya bisa jadi sangat baik begini padanya sampai memasukkannya dalam surat wasiat itu.
Secara, dia 'kan tak ada hubungan darah apalagi keturunan dari pria itu.
"Apakah papa sudah pernah mengambil keuntungan darimu Zi?"
"A-apa? Apa maksud bapak?" sentak Zizi dengan perasaan semakin tak nyaman.
"Apa kalian ada hubungan khusus yang saling menguntungkan?" tanya Bara lagi dengan dada berdebar.
Kening Zizi mengernyit. Ia masih sangat bingung dengan perkataan Bara.
"Aku tidak mengerti apa yang anda bicarakan pak."
"Jangan pura-pura tidak mengerti. Kamu sudah dewasa dan bukan wanita lugu. Aku ngomong apa papa sudah menjadikan kamu sebagai sugar baby-nya sampai kamu punya tiket gratis masuk ke dalam keluarga kami?"
Wajah Zizi langsung mengeras. Emosinya tersulut. Terus terang ia pernah mendengar desas-desus seperti ini sebelumnya dan sekarang pria yang telah menjadi suaminya mengatakan itu lagi di depan hidungnya.
"Jaga mulut anda pak. Aku memang miskin tapi tak pernah ingin melakukan hal semacam itu meskipun dalam niat sekalipun!"
"Lalu kenapa papa memaksaku menikahimu di saat ia sedang kritis hah?"
"Aku juga tidak tahu pak."
"Jangan bohong kamu. Katakan sebenarnya apa hubungan kalian berdua?!" Kenapa papa memberimu warisan yang hampir sama jumlahnya denganku hah?!"
"Aku bilang aku juga tidak tahu."
Bara mendengus kasar. Ia masih tak percaya kalau papanya dan wanita ini tak ada hubungan istimewa.
"Aku tidak percaya!" ucap Bara tegas.
"Baiklah kalau bapak tak percaya. Dan kalau bapak juga tak rela dengan pembagian harta itu. Ambil saja semuanya dan ceraikan aku sekarang juga!" teriak Zizi dengan perasaan yang sangat sakit.
"Sayangnya aku tidak akan menceraikan kamu meskipun kamu memaksaku! Karena itu adalah wasiat konyol pertama yang pernah aku dapatkan dalam hidupku!"
"Egois! Kalian semua egois!" teriak Zizi dengan tangis pecah.
"Kamu yang egois!" balas Bara kemudian segera pergi dari hadapan Zizi dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia emosi tapi tak ingin berdebat. Jadi lebih baik kalau ia mandi saja.
"Kalo begitu aku yang akan menuntut bapak di pengadilan agama dan minta cerai!" teriak Zizi seraya menggedor pintu kamar mandi itu.
Bara yang sudah membuka semua kain yang menutupi tubuhnya langsung keluar lagi dari kamar mandi itu dengan emosi.
"Lakukan kalau kamu berani!" ancam pria itu dan langsung membuat Zizi berteriak histeris.
"Aaaaa!"
"Hey! Kenapa kamu?!" tanya Bara bingung.
"Itu terong bakar bapak gak bisa ditutup dulu gak sih?!"
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀