Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
.
.
.
Aleta berjalan dengan membawa makanan yang akan diantar pada pelanggannya.
"Nona," sapa Dara sang manager di restoran ini.
"Ssst, sudah kubilang, jangan panggil aku Nona," ucap Aleta pelan, tapi masih bisa didengar oleh Dara.
"Baiklah Ale," jawab Dara.
"Aku ingin kamu ganti ketua koki disini," perintah Aleta. Dara mengerti, kalau Nonanya sudah bicara seperti itu pasti ada yang tidak disukai Nonanya.
"Maafkan aku Ale, karena merekrut karyawan seperti itu," ucap Dara.
"Hmmm. Lakukan saja," kata Aleta dan segera pergi dari tempat itu.
Aleta kembali mengendarai motornya, tidak lupa jaket khusus sebagai kurir pengantar makanan yang selalu ia pakai.
"Alamat ini, Ars company?" batin Aleta.
"Sepertinya namanya sangat familiar," gumam Aleta.
Ya, karena Ars company sudah termasuk jajaran 12 besar pembisnis di negara ini. Karena jajanan 1 sampai 10 adalah milik keluarga Henderson. Sementara perusahaan Lina, Lita dan Lica dipegang oleh suami mereka. Selebihnya milik orang lain.
Ars company termasuk perusahaan maju, dan kini semakin berkembang saat perusahaan itu bekerjasama dengan perusahaan keluarga Henderson.
Aleta melanjutkan perjalanannya menuju alamat yang dimaksud. Setelah tadi ia berhenti sejenak untuk memastikan alamat tersebut.
"Permisi," sapa Aleta pada sekuriti yang berjaga didepan gerbang.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" tanya sekuriti itu.
"Mmmm, saya mengantar makanan pesanan dari pemilik perusahaan ini," jawab Aleta.
"Silahkan Nona, langsung keruangan CEO," kata sekuriti tersebut.
"Baik Pak," kata Aleta.
Aleta pun segera masuk kedalam perusahaan, saat di lobby perusahaan, Aleta diberhentikan oleh resepsionis.
"Maaf Nona," ucap resepsionis.
"Saya mengantarkan pesanan Tuan CEO," kata Aleta.
"Tapi tuan CEO sedang rapat dan tidak bisa diganggu," kata resepsionis.
"Oh maaf, kalau begitu saya titip disini, dan silahkan dibayar, ya Nona," kata Aleta.
"Ha... Belum dibayar?" tanya resepsionis sedikit terkejut.
"Saya mana ada uang untuk membayarnya," batin resepsionis.
"Nona!" panggil Aleta.
"Ah, iya ada apa?" tanya resepsionis pura-pura lupa.
"Bayar disini Nona," ucap Aleta menyodorkan ponselnya untuk di scan.
"Ta-tapi, saya tidak punya uang," jawab resepsionis gugup.
"Biar gue saja yang bayar," kata seorang wanita s*ksi yang baru datang.
Ia berjalan dengan lenggak-lenggok layaknya seorang model di atas catwalk.
"Oh silahkan, silahkan," kata Aleta.
Wanita itu memandang sinis kearah Aleta, seolah merendahkan pekerjaannya sebagai kurir pengantar makanan.
"Terima kasih Nona, anda seorang model papan atas, kan?" tanya Aleta.
"Ya," jawab wanita itu dengan bangga.
"Sini gue antar keatas," kata wanita itu merebut kotak makanan tersebut.
Aleta hanya menghela nafas, itulah resikonya kalau menjadi pengantar makanan, selalu direndahkan oleh orang lain. Tapi ia lebih suka hidup seperti ini daripada bergelimang harta dan kemewahan.
Tapi soal menolong orang, Aleta tidak pernah lupa. Sejak kecil hingga sekarang sudah menjadi rutinitas dalam kehidupannya.
Setelah urusannya selesai, Aleta pun meninggalkan perusahaan tersebut.
Amora, seorang model papan atas yang namanya sudah melambung tinggi di dunia modeling. Tidak hanya di negara ini, bahkan sudah go internasional.
Ia berjalan menuju lift dan hendak memasuki lift khusus CEO, tetapi tidak bisa. karena tidak sembarangan orang yang bisa menggunakan lift tersebut.
"S*al, mengapa harus menggunakan scan wajah dan sidik jari sih," gerutu Amora.
Akhirnya ia beralih menggunakan lift karyawan. Untuk sampai ke lantai atas yaitu ruang CEO harus menaiki tangga. karena Lift untuk karyawan tidak sampai ke lantai tempat CEO.
Amora tidak putus asa, demi bisa dekat dengan Ars bahkan ia rela menyerahkan dirinya sekalipun. Tapi Ars yang memang bersikap dingin, tidak ingin bersentuhan dengan wanita.
Hanya ada Aleta didalam pikirannya, tapi pikirannya terpecah saat melihat seorang gadis yang begitu tangguh melawan preman.
Ars yang sudah selesai rapat, kini sedang duduk dikursi kebesarannya sambil menunggu pesanan makan siangnya. Dia berharap akan bertemu gadis penghantar makanan tersebut.
Tok... Tok... Tok...
Pintu ruangan diketuk, Ars mengira itu adalah gadis pengantar makanan. Ars membenarkan jas dan dasinya yang memang tidak berantakan. Sekali lagi ia membenarkan penampilannya agar terlihat semakin keren.
"Ah, aku seperti seorang pria yang sedang jatuh cinta saja," batinnya.
"Masuk...." Ars mempersilahkan masuk, suaranya yang dingin untuk menetralkan kegugupannya.
Entahlah, kenapa dia harus gugup? Padahal ia tidak mengenali gadis itu. Ars berdehem beberapa kali.
Amora pun masuk setelah mendengar perintah suara dari dalam. Ars belum menyadari kalau yang masuk bukanlah gadis pengantar makanan. Melainkan orang lain.
Karena posisi Ars saat ini sedang berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya. sehingga ia tidak menoleh pada Amora.
"Ars!" Mendengar suara manja dibuat-buat, Ars sudah tahu yang datang adalah Amora.
"Mengapa kamu datang? Kamu itu datang tidak diundang pergi tidak diantar," tanya Ars.
"Ars, kok ngomong begitu sih? Gue datang hanya ingin menemuimu, dan ini aku bawakan makan siang," jawab Amora.
"Aku sudah makan," kata Ars.
Arshaka seorang CEO tampan dan sukses di usianya yang masih muda. Saat ini baru berusia 24 tahun. Meskipun tidak berpendidikan tinggi, tapi karena kepintarannya bisa menyamai pengusaha-pengusaha lain. Ars tidak bersekolah dan tidak mempunyai ijazah, ia belajar hanya secara otodidak bersama Faisal sang sahabat. Yang kini menjabat sebagai asisten pribadi.
Ars membangun perusahaan ini dari nol dengan usaha sendiri dan modal dari gadis kecil yang menolongnya. Boleh dibilang kesuksesan yang diraih adalah berkat gadis kecil itu.
"Ars, ini gue masak sendiri loh," kata Amora.
Ars mencebikkan bibirnya, "berani sekali ingin menipuku, jelas-jelas dikotak itu ada logo restoran A Q E," batin Ars.
Seketika Ars teringat bahwa ia memesan makanan dari restoran tersebut. Ars segera menelepon pihak restoran.
"Halo, dengan manager A Q E restaurant disini," jawab suara itu.
"Saya ada memesan makanan, kenapa belum juga sampai?" tanya Ars.
"Maaf Tuan, makanan yang anda pesan sudah kami antar, dan sudah diterima oleh resepsionis," jawab Dara. Kebetulan Aleta juga ada didekat Dara.
"Begitu ya, baiklah terima kasih," ucap Ars.
Ars kemudian menelepon resepsionis dan menanyakan kepada resepsionis tersebut. Ars menatap tajam kearah Amora karena sudah merebut makanan tersebut.
Ars segera keluar dari ruangannya dan pergi keruangan asistennya.
"Ars, Lo mau kemana? Gue ada disini," tanya Amora.
Tapi Ars tidak menghiraukan Amora sama sekali, Ars terus melangkah pergi dari situ.
"Tumben tuan Ars kemari?" tanya Faisal.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Ars kepada Faisal.
"Belum tuan, Saya terlalu sibuk hingga tidak sempat untuk makan," jawab Ars.
"Ikut aku, kita makan di restoran A Q E," ajak Ars.
"Serius Tuan?" tanya Faisal.
"Sejak kapan aku pernah bohong," jawab Ars.
Sementara Amora yang masih berada didalam ruangan Ars pun menjadi kesal karena ditinggal. Amora pun keluar dari ruangan itu.
"Ars...!" panggil nya. Ars yang baru keluar dari ruangan Faisal pun menoleh.
"Kenapa lagi, aku muak melihatmu," ucap Ars pedas.
Faisal yang juga disitu berusaha menahan tawa, jujur ia juga tidak suka dengan model yang satu itu.
.
.
.