Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. Lawan racun dengan racun.
"Berhenti. Apa yang kalian lakukan di sini."
Seorang prajurit militer yang memegang senapan di tangannya menghentikan Vivian dan kawan-kawan.
"Kami ke sini ingin bertemu dengan pemimpin kalian." Vivian menjelaskan maksud kedatangannya kepada pria tersebut.
"Saat ini pangkalan sedang tidak aman. Lebih baik kalian kembali untuk mencari perlindungan. Lihatlah."
Prajurit itu menunjuk ke satu arah, di mana di sana tampak beberapa prajurit yang tengah melawan ular yang mencoba memasuki pangkalan militer.
"Ternyata keadaan di sini juga sama buruknya." gumam Peter.
"Kami kemari karena kami ingin memberikan solusi kepada militer untuk menangani bencana ular kali ini." Mengeluarkan botol racun. "Solusi yang aku maksud ada di dalam botol kecil ini." Vivian menunjukkan cairan racun buatannya kepada prajurit muda itu.
"Tunggu di sini sebentar, aku akan memberikan laporan kepada atasan."
Prajurit itu lalu kembali ke dalam markas untuk memberikan laporan kepada atasannya.
10 menit kemudian dia datang kembali bersama dengan seorang pria paruh baya yang sepertinya berpangkat jendral.
"Peter, apakah itu kamu? Sudah lama Paman tidak melihatmu." Pria paruh baya itu ternyata mengenal Peter dan segera menghampiri Peter untuk memeluknya.
Membalas pelukan. "Halo Paman Andi, lama tidak bertemu. Bagaimana keadaan Paman sekarang?."
"Apakah menurutmu keadaanku saat ini cukup baik?. Sekarang aku mengerti alasanmu untuk keluar dari militer saat itu. Aku secara tidak sengaja juga mendengar tentang penelitian rahasia yang kamu sebutkan waktu itu." Jendral Andi menepuk pundak Peter.
"..." Peter hanya diam untuk mendengarkan.
"Ayo, kalian semua pasti lelah. Masuk ke dalam terlebih dahulu. Tidak baik untuk membicarakan hal itu di luar dengan kondisi yang seperti ini."
Pria paruh baya yang disebut Paman Andi itu lalu memimpin ketiganya menuju ke dalam markas militer yang ada di sana.
Di sepanjang perjalanan, mereka dapat melihat bahwa para tentara berusaha untuk membersihkan ular-ular yang merangkak masuk ke dalam bangunan militer.
"Aku dengar, kalian ke sini membawa solusi untuk ular-ular di sana." ucap paman Andi sambil menunjuk ke arah ular yang coba di usir oleh para prajurit.
"Ya paman. Lebih tepatnya teman perempuanku yang membawa solusinya kemari."
"Teman perempuan? Sejak kapan kamu memiliki teman perempuan?." Heran paman Andi. Pasalnya Peter memiliki sejenis alergi terhadap perempuan kecuali keluarganya.
"Apakah tetangga apartemen tidak bisa dikatakan sebagai teman?"
"Bukan seperti itu. Hanya saja, belum pernah paman mendengarmu menyebutkan tentang teman perempuan." Paman Andi membuka pintu kantornya. "Silakan masuk. Maaf, ruangannya sangat berantakan."
Vivian masuk lebih dulu setelah paman Andi dan mengamati ruangan tersebut.
"Silakan duduk." Melihat ke arah prajurit yang ada di depan pintu. "Kamu. Tolong bawakan para tamu ini minuman." Paman Andi lalu mengambil resep yang diserahkan oleh Vivian.
"Apakah ini racun? Bagaimana cara menggunakan racun ini untuk membunuh ular yang ada di luar sana?." Paman Andi sedikit terkejut bahwa solusinya merupakan racun yang sangat kuat.
"Sederhana saja, menggunakan racun untuk mengusir racun. Cukup campur satu tetes cairan itu kedalam satu gelas air biasa dan semprotkan, cus, mati." Jawab Vivian.
"Apakah cara ini cukup efektif? Bagaiman jika malah terkena kepada manusia?."
"Kalian bisa mengujinya sendiri, dan, itu aman untuk manusia. Palingan, jika manusia terkena racun itu, mereka akan gatal-gatal selama tiga hari."
Paman Andi lalu menyuruh bawahannya untuk membawa contoh racun itu ke departemen penelitian.
"Menginap lah di sini hingga racunnya selesai diuji." Ucap paman Andi sambil membereskan berkas yang ada di atas meja.
"Apakah ini sebuah pengawasan? Jadi, menurut kalian, apakah aku tampak seperti sedang menginginkan sesuatu dari racun itu?. memangnya apa yang bisa aku manfaatkan dalam situasi seperti ini?." Vivian tidak senang dengan perkataan paman Andi yang seolah ingin mengawasi mereka.
"Bukan seperti itu maksudku. Kalian bisa tinggal di sini untuk mencari perlindungan selama racun itu masih diteliti. Jika terbukti racun tersebut dapat digunakan, kalian bisa pergi setelah bencana ular di luar sana diselesaikan oleh tim kami." Paman Andi mencoba menjelaskan tujuannya menyuruh mereka menginap.
.
.
Saat ini Vivian, Kris, dan Peter sedang menikmati hidangan yang ada di atas meja.
Meskipun hidangan itu tidak semewah yang biasa mereka makan di dalam apartemen. Namun, hidangan di depan mereka dapat dikatakan mewah untuk kondisi seperti saat ini.
"Aku hampir tidak bisa menelan makanan ini." Kris tidak jadi memakan daging di tangannya karena alot.
"Makanlah. Setidaknya kamu masih memiliki makanan untuk dimakan. Berapa banyak orang lain yang tidak bisa makan cukup di luaran sana sekarang? Jangan pilih-pilih." Vivian menyodorkan kembali piring yang tadi didorong oleh Kris ke depan pemuda itu.
Di sisi lain, Peter makan makanan di hadapannya seolah dia tidak merasakannya di lidah. Hanya terus mengunyah hingga makanan di depannya habis tak tersisa.
Kris memandang Peter dengan heran.
"Apakah kamu sangat kelaparan?." Tanya Kris pada Peter.
Peter menaikkan sebelah alisnya. "Tidak."
"Lalu, mengapa kamu makan makanan di depanmu seolah Kamu tidak makan selama berhari-hari?."
"kebiasaan." Jawab Peter acuh.
Sebagai mantan anggota militer. Peter telah dididik untuk memakan makanan apapun yang bisa mengenyangkan perutnya selama itu tidak berbahaya bagi tubuh.
Tidak jarang saat menjalankan misi, seseorang yang berada di pasukan militer harus bertahan dengan memakan makanan yang hanya disediakan oleh alam.
Tentu saja makanan itu tidak memiliki rasa lezat sama sekali, yang penting, cukup untuk mengisi perut supaya tidak mati kelaparan.
Vivian menendang kaki Kris dari bawah meja.
"Aw.." Kris mengelus kakinya yang baru saja di tendang Vivian.
"Makan saja makananmu. Jangan banyak bicara." Vivian melihat bahwa paman Andi berjalan menuju ke arah mereka.
Klek
Pintu dibuka
"Apakah kalian menikmati makanan kalian? Itu adalah makanan terbaik yang dapat kami berikan untuk saat ini."
Tersenyum. "Terima kasih untuk jamuan makannya. Dalam situasi seperti ini, bisa memakan makanan ini adalah suatu berkah." Vivian meletakkan sendok karena telah menyelesaikan makanannya.
"Senang mendengar kalian menyukainya. Hari ini hasil penelitiannya sudah keluar, racun yang kamu bawa memang dapat membunuh ular tersebut dalam hitungan detik. Tapi, racunnya juga akan sedikit mempengaruhi ekosistem."
"Lalu, apa yang akan kalian rencanakan selanjutnya?." tanya Vivian.
menghela nafas. "Hah... mau bagaimana lagi. Meskipun merusak ekosistem, kami tetap harus menggunakannya agar tidak semakin banyak korban yang berjatuhan. Masalah ekosistem yang tercemar kita akan pikirkan nanti setelah bencana ular ini teratasi. Untung saja racunmu dengan satu kali semprotan sudah bisa membunuh seekor ular paling berbisa sepanjang 2 meter. Jika tidak, aku tidak tahu lagi harus menggunakan cara apa untuk mengatasi ular-ular itu." Paman Andi ikut duduk di meja makan.
.
.
4 hari setelah racun itu diaplikasikan untuk membunuh serangan ular. Vivian, keris dan Peter akhirnya bisa kembali ke apartemen.
Pihak militer juga tidak membiarkan mereka pulang dengan tangan kosong.
Karena kontribusi ketiganya untuk membasmi hama ular, pemerintah memutuskan untuk memberikan dua karung makanan kepada ketiganya.
.
"Akhirnya aku bisa pulang ke rumah juga." Kris berkata dengan gembira sambil duduk di dekat dek kapal.
"Sepertinya pihak militer bahkan memusnahkan bangkai ularnya juga." Ucap Vivian sambil melihat ke kejauhan.
"Baguslah, jadi kita tidak akan memiliki bau busuk jika ingin keluar. Berbicara tentang keluar, bagaimana jika kita sekalian saja mengambil perbekalan mumpung masih ada di luar dan belum ada orang yang berani mencari perbekalan." Vivian memberikan usulan.
"Akhirnya aku keluar untuk memulai petualangan hehehe." Ucap Kris sambil cengengesan.
kenapa lemot mikirnya?
Cepat minumkan ke Peter
Nanti repot bawa pulangnya Nek
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊