Lima puluh ribu tahun yang lalu terjadi perang besar yang melibatkan semua aliran seni beladiri di Medan Perang Asyura.
Dewi Pedang Yuanxin, yang berhasil menjadi peri pedang terkuat juga harus gugur di dalam medan tempur. Namun sebelum kematiannya, dia melepaskan jiwanya untuk berkelana mencari pewaris agar aliran pedang yang sebenarnya tidak menghilang dari dunia ini.
Lima puluh ribu tahun kemudian, Juan Bai yang tidak memiliki akar spiritual dan diafragma bertemu dengan wanita cantik di dalam mimpinya.
"Apakah kamu ingin berkultivasi pedang?"
"Yah, Aku ingin membalas dendam orang yang telah membantai keluargaku, dan menjadi orang kuat yang tak terkalahkan!"
Lalu, bagaimana kisah Juan Bai selanjutnya?
Simak terus ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jazzy bold, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Teknik Seribu Tongkat
Dia berfikir mental Juan Bai akan goyah setelah melihat orang yang sangat banyak, namun nyatanya ekspresi wajah Juan Bai seolah-olah tidak menunjukkan fluktuasi apapun.
Bahkan, pandangannya seperti orang yang melihat segerombolan anjing.
Melihat Juan Bai tak bergeming, salah satu penjaga kota yang membawa pedang berteriak pada Juan Bai, "Hei bocah kecil, cepat serahkan kepalamu dengan patuh." Wajahnya nampak sangat garang, berusaha mengintimidasi Juan Bai.
Juan Bai tersenyum sedikit aneh.
Orang-orang ini memiliki usia rata-rata 30 tahun ke atas, namun mereka bersikap sangat galak pada anak remaja 16 tahun. Ini hanya bisa menunjukkan satu hal, mereka semua adalah sekelompok sampah.
"Benar-benar sekelompok sampah!" Juan Bai menggelengkan kepala, "Ayo sini ambil kepalaku."
Melihat seorang remaja bau kencur yang memprovokasi mereka, seketika para penjaga kota murka, "Cari mati, bunuh dia!"
Semua orang menyerang Juan Bai dengan gagah berani seperti melawan musuh yang sangat kuat, sementara pemimpinnya yang bernama Lason hanya berdiri diam seperti patung.
"Bodoh, apa gunanya mengirim semut untuk membunuhku!" Juan Bai mencibir, kemudian dia langsung masuk di dalam kerumunan secepat kilat.
Saat Juan Bai memasuki kerumunan, dia seperti harimau di dalam kawanan domba, membunuh dengan gila bahkan tanpa berkedip.
Ces! Ces! Ces!
Satu persatu kepala putus oleh energi pedang yang sangat tajam dan cepat.
"Ahh!"
"Ahh!"
"Tidakkk!"
Raungan kesakitan dan raungan putus asa terus-menerus terdengar, bersamaan dengan itu penjaga kota juga secara bertahap semakin berkurang.
Hanya dalam dua tarikan nafas, dari 50 orang penjaga kota, yang tersisa hanya 20 orang.
Bahkan Lason yang sebelumnya sangat arogan juga tidak bisa lagi berdiam diri, siapa yang mengira bahwa anak kecil seperti Juan Bai ternyata bisa sekuat itu.
Perlu di ketahui, meskipun dia juga berada di alam Pemahaman, namun jika harus melawan 50 orang sekaligus juga tetap akan memerlukan banyak waktu dan menguras tenaga. Namun Juan Bai ini, hanya dalam waktu singkat sudah bisa membunuh lebih dari setengahnya.
Di sisi Juan Bai, dia terus membunuh semua penjaga kota tanpa memiliki rasa kasian di hatinya.
Semenjak kematian kedua orang tuanya, sebenarnya dia sudah tidak memiliki rasa kasih sayang lagi pada orang lain, namun karena usia yang masih remaja, rasa kebenciannya tidak terlalu besar.
Namun untuk hal seperti ini, orang-orang ini berani menindas kerabatnya bahkan mau membunuhnya, dia tidak akan berbelas kasih. Bahkan jika komandan penjaga kota atau walikota datang sendiri pun dia tidak takut.
Duarrrrr!
Tinjuan Juan Bai menghancurkan salah satu kepala penjaga kota, kemudian melayangkan sebuah tendangan pada penjaga lain.
Ledakan! Ledakan!
Satu persatu orang tergeletak di tanah baik itu mati akibat energi pedang atau mati karena tidak sanggup menahan pukulan Juan Bai.
Namun, pada saat ini Juan Bai merasakan perasaan krisis yang datang dari belakang kepalanya.
Karena tidak memiliki waktu untuk menghindari serangan tiba-tiba, Juan Bai memiringkan bahunya.
Hanya seper sekian detik, sebuah tongkat menghantam tubuh Juan Bai yang lainnya.
Bruukk!
Juan Bai terlempar puluhan meter membuat selokan kecil di sepanjang jalan, meskipun tubuhnya terasa mati rasa, dia tidak berani lalai.
Dengan cepat dia langsung bangun, dia khawatir orang-orang itu akan menangkap paman Ling Zhei dan Wu Ling untuk mengancamnya. Jika hal itu terjadi, dia tidak akan punya kesempatan untuk melawan semua orang.
"Tidak heran, kamu ternyata memiliki kemampuan!" Lason yang melihat Juan Bai bangun dengan cepat, sedikit keterkejutan muncul di matanya.
"Cihh, jika hanya seperti ini kemampuanmu, maka kamu terlalu payah!" Juan Bai mencibir, kemudian dia langsung menyerang Lason dengan sebuah tinju.
Dari arah ratusan meter jauhnya, seorang pria setengah baya tengah mengambang di udara dan menatap tempat Juan Bai bertarung.
Kadang-kadang dia akan mengangguk, kadang-kadang dia akan menggelengkan kepala ketika melihat gerakan Juan Bai yang berantakan.
Namun hal ini bisa di maklumi, sebab di lihat dari cara bertarung, sepertinya Juan Bai tidak memiliki guru yang membimbingnya.
. . .
Paman Ling Zhei, yang berada di dalam rumah juga terus-menerus bergetar ketakutan.
Juan Bai hanyalah seorang diri, dan masih remaja berusia 16 tahun, namun melawan puluhan penjaga kota yang terkenal sadis tanpa ampun, belum lagi juga ada salah satu pemimpinnya.
Dia mengalihkan pandangannya pada anak gadisnya yang sangat kurus, mata Wu Ling juga penuh dengan ketakutan, namun dia tidak bisa bangun dan berbicara.
"Nak, jangan takut, saudaramu pasti bisa melawan para penjahat itu, setelah ini kita akan pindah ke tempat yang lebih baik." Ling Zhei mencoba memberikan semangat pada Wu Ling.
Wu Ling sebenarnya ingin menjawab kata-kata ayahnya, namun apa daya dia tidak bisa berbicara, hanya air mata yang menetes keluar.
Dalam hati dia juga merasa sedih, dia merasa seperti anak yang tidak berbakti hanya menyusahkan ayahnya.
Di luar, pertempuran rupanya sudah hampir selesai.
Dari 50 orang penjaga kota, tidak ada satupun yang bertahan hidup, semuanya mati. Tentunya ini semua ulah Juan Bai.
Namun Juan Bai juga tidak bernasib baik, energinya terkuras banyak dan dia kelelahan. Belum lagi terdapat banyak luka di tubuhnya yang cukup parah.
Luka yang paling parah terdapat pada perutnya, ada luka tusukan pisau yang sangat mengerikan. Pelakunya adalah salah satu penjaga yang mencoba menghancurkan Diafragma Juan Bai, namun dia harus kecewa, sebab Juan Bai tidak memiliki Diafragma seperti orang lain.
Tentu saja penjaga itu merasa terkejut, namun sebelum dia sadar dari keterkejutannya, dia sudah mati dengan kepala terpenggal.
Sementara kondisi Lason terlihat cukup baik, tanpa ada luka yang terlalu parah.
"Menarik, baru kali ini aku bertemu seseorang yang bisa melawan orang sebanyak ini, namun sejenius apapun kamu, tetaplah akan mati hari ini." Lason mengayunkan tongkatnya ke arah Juan Bai, namun gerakannya kini nampak berbeda dari sebelumnya.
"Teknik Seribu Tongkat!"
Dengan teriakan Lason, energi spiritual mengelilingi tongkat di tangannya, lalu berubah menjadi tongkat kedua, lalu tongkat ke tiga, dan akhirnya muncul ratusan tongkat yang menyerang ke arah Juan Bai.
Pemandangan ini benar-benar spektakuler jika di lihat dari atas, ini seperti ratusan kelelawar yang terbang keluar dari gua menyerang Juan Bai.
Tentu saja Juan Bai tidak akan bersikap pasif, meskipun dia sudah kelelahan, namun tidak ada rasa takut di matanya. Kalaupun hari ini harus mati, dia akan memilih mati dengan cara melawan.
"Pedang Spiritual!" Juan Bai meraung.
Dengan energi yang tersisa, dia mengeluarkan jurus terbaiknya untuk melawan Lason.
Ratusan energi pedang bertabrakan dengan ratusan tongkat.
Duarr! Duarr! Duarr!