Hena Sanjaya. Model sekaligus aktris dengan bayaran termahal harus terjebak hubungan asmara yang tidak masuk akal dengan seorang Pria yang sebelumnya tidak ia kenal.
Kariernya mengalami masalah setelah namanya terseret skandal dengan sang mantan kekasih, Samuel Harvey.
Demi menyelamatkan kariernya Hena memilih mengikuti hubungan yang ditawarkan Pria tidak dikenalnya tersebut "Asmara settingan" terdengar konyol bagi Hena.
Entah apa keuntungan yang Pria itu dapatkan dengan hubungan ini. Mampukah Hena mengembalikan nama baiknya yang sudah memburuk dan mempertahankan kariernya yang sudah ia jalani selama 8 tahun terakhir, dengan hanya menjalin "Asmara Settingan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara Settingan 23.
"Itu hanya berita miring. Kehidupan publik figur memang seperti itu," Mom Anita dengan cepat bersuara. "Buktinya beritanya sudah hilang, semua hanya hoax"
"Benarkah hanya hoax?"
Seorang wanita yang usianya terlihat tidak jauh berbeda dari Hena itu mempertanyakan langsung pada sang model.
"Saya hanya pernah terlibat hubungan pekerjaan dengan pak Samuel Harvey, tidak lebih"
Lawan bicara Hena terlihat menganggukkan kepala.
"Ayo sayang kita mendekat pada Oma," Mom Anita kembali mengerahkan Hena untuk melangkah. "Kamu jangan khawatir, mereka hanya bertanya. Tidak akan berani menindas mu, karena Agam pasti akan mengamuk" dengan tawa kecil Mom Anita mengatakannya.
"Mengamuk?"
Langkah Mom Anita jadi terhenti karena wanita cantik yang bergelar kekasih putranya itu mengulang pertanyaannya.
Sebelum menjawab, Mom Anita terlihat mengedarakan pandangan hingga berhenti pada sosok yang kini terlihat berada di sekitar Dad Jon dan beberapa pria muda maupun paruh baya.
"Lihat," Mom Anita mengarahkan pandangan Hena agar menatap pada satu sosok. "Agam itu selalu diam. Tidak banyak bicara jika dengan orang lain, pelit. Ah....bukan. Lebih tepatnya irit bicara"
Ke-dua wanita berbeda usia itu kini memperhatikan Agam yang berdiri tepat di samping Daddynya. Dengan satu tangan yang terbenam di saku celana, Agam terlihat hanya diam dengan sesekali memberi senyum tipis pada orang-orang di sekitarnya yang sedang berbincang.
"Tapi dia bisa mengamuk dan itu sangat mengerikan," Mom Anita kini menyentuh kedua lengan Hena. Mengarahkan sang model agar menghadap pada dirinya. "Jika ada yang mengganggu orang-orang yang dia sayang"
Hena hanya diam dan memberikan senyum canggung pada Mom Anita yang kini tersenyum tulus padanya. Ditatap sedemikian intens oleh Mom Anita berhasil membuat Hena serba salah.
"Dia pernah membuat perusahaan orang tua teman Nathan bangkrut," Mom Anita kembali bersuara. "Karena selalu mengerjai adik kesayangannya di sekolah"
"Agam memiliki adik?"
Mom Anita terlihat mengangguk dan tersenyum lembut pada Hena. "Namanya Nathan, masih duduk di sekolah menengah atas"
Tidak heran jika Hena tidak mengetahui semua anggota keluarga Agam. Mengenal Pria Arogan itu saja hanya karena sebuah ketidak sengajaan. Semesta terlihat sedang bermain-main dengan jalan hidupnya hingga ia terjebak dalam hubungan asmara settingan.
"Kenapa Agam tidak menceritakan adiknya padamu? Apa dia takut bersaing?" raut wajah wanita paruh baya itu sempat terlihat heran sebelum akhirnya melanjutkan langkah. "Sudahlah. Ayo kita mendekat pada Oma"
Hena mengekor di samping Mom Anita dengan tangannya yang tidak lepas dari dekapan calon ibu mertua.
Rambut yang semuanya sudah memutih itu tergulung rapi dengan hiasan tiara kecil berwarna pink. Sorot mata itu masih terlihat tajam meski di sekitarnya ada guratan. Nyonya Chintya Rusi Pariwara. Yang merupakan istri mendiang Tuan Jacob Raksa.
"Mom. Ini Hena kekasihnya Agam," Mom Anita memperkenalkan Hena pada ibu dari suaminya tersebut.
Oma tersenyum lembut pada calon cucu menantunya. Menyambut uluran tangan seputih salju tersebut dan mengusap pucuk kepala Hena saat sang model mencium takzim tangannya.
"Semoga Oma selalu diberkahi," Hena terlihat memberikan kotak hadiah kecil ke pada Oma.
"Terimakasih sayang. Ternyata kau jauh terlihat lebih cantik aslinya dari pada di layar kaca"
Hena tersenyum mendengar pujian yang dilontarkan Oma untuk dirinya.
"Dan kenalkan ini sepupu Agam dari pihak Oma," Mom Anita memperkenalkan seorang wanita yang tepat duduk di samping Oma. "Dia baru mendarat siang tadi dari Swiss, sepertinya hanya untuk menghadiri acara ini" Mom Anita memberikan tatapan menggoda pada wanita tersebut.
"Hena"
"Reta. Reta Cahya Pariwara"
Wanita berambut pendek di atas bahu dengan ujungnya yang berwarna putih itu terlihat berpenampilan sederhana dari para tamu yang ada. Wanita yang memperkenalkan diri sebagai Reta tersebut hanya mengenakan celana hitam panjang berpadu blouse senada, dengan aksen reffly di bagian dadanya.
"Kalian pasti cocok jika membahas tentang mode, Sayang. Reta pebisnis yang menjalankan pasar raya dan berbagai mall besar di beberapa negara"
"Mom!" wanita yang namanya baru disebut Mom Anita itu terlihat protes. "Jangan mengatakannya seperti itu"
Mom Anita tertawa kecil seraya mendekat pada Reta. "Iya... Iya... Anak Mommy yang satu ini hanya bekerja di perusahaan biasa....tapi milik sendiri" kekeh Mom Anita diakhir kalimatnya.
Hena yang melihat interaksi Mom Anita dengan wanita pemilik nama Reta itu tersenyum. Mom Anita benar-benar wanita yang ramah. Ibu dari Agam dan Nathan itu dapat merangkul semua orang.
"Kakak Ipar!!"
Teriakan Nathan berhasil mencuri perhatian semua orang. Pria muda dengan rambut berwarna gradasi pink itu terlihat setengah berlari menuruni anak tangga meninggalkan dua pria muda lainnya.
Sampai kakinya menginjak anak tangga terakhir. Nathan mempercepat larinya ke arah Hena. Seakan ingin menabrakkan diri ke pada wanita yang ia sebut sebagai Kakak Ipar.
Semua yang melihat tingkah putra ke-dua dari Joni Raksa itu hanya bisa menggelengkan kepala. Tindakan implusif Nathan tersebut terhenti karena sosok yang kini tepat berdiri di depan Hena menatapnya dengan garang.
"Kamu mau ngapain ha?"
"Ayolah Mom, aku hanya ingin menyapa Kakak Ipar"
"Kamu mau dapat masalah dari Kakakmu?" Mam Anita terlihat sedikit mengangkat dagunya mengarah pada sosok yang kini berjalan di belangkang Nathan.
Nathan berbalik dan mendapati Kakaknya-Agam kini sudah berhenti tidak jauh dari posisinya berdiri. "Aku hanya ingin berkenalan dengan Kakak Ipar"
"Kamu yang ada di rooftop?" Hena mendekati Nathan dan menelisik Pria Muda itu dari samping. "Rambut perak....headphone hitam dan mengenakan seragam sekolah?"
Nathan tersenyum dan dengan cepat mengarah serta menatap pada wanita yang ia sebut Kakak Ipar.
"Sebegitu mempesonanya aku sampai Kakak Ipar mengingat detail pertemuan pertama kita"
Hena sedikit kaget dan salah tingkah mendengar perkataan Nathan. Memang benar jika di pertemuan pertama mereka Hena sempat terpesona, tapi bukan itu maksud dari kata-katanya.
"Dia adikku," Agam maju karena melihat Hena yang diam saja. "Kau sudah menyapa Oma?"
Hena mengangguk.
"Ikut aku. Aku akan mengajakmu berkeliling"
Hena memandang pada Agam yang sudah dengan cepat membalikan badan lalu mulai melangkah.
"Pergilah sayang, kau bisa berkeliling dengan Agam di taman Oma" Mom Anita menyentuh lengan calon menantunya tersebut.
"Jangan Kakak Ipar. Kau akan bosan dengannya, biar aku saja yang meman.... Awwww!" Nathan dengan cepat menyentuh telinganya. "Mom...jangan menyiksaku di depan umum"
Mom Anita tidak memperdulikan rengekkan putra ke-duanya. Ia sedikit mendorong Hena agar cepat mengikuti langkah Agam.
gak seru jadinya. di siksa dulu dong 😂
itu udah sangat fatal
semoga kesalahan mu di ampuni.
mati aja lalu jihanAM, semoga kau membusuk.
tpi maaf sebelumnya jgn diikut campurkn bahasa kk
*awak artinya kamu dalam bahasa indonesia kk/Pray//Pray/
minta plastik yang kamu bawa dong..
air sama sama bisa bungkus rendang 🤣🤣🤣
tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya..
hanya Alam luas lah yang bisa mengurung nya.
Seluas Alam terhampar... Luas dan indahnya Kabupaten "Agam" di Sumatera Barat 🤣🤣🤣